Spesial untukmu : Dedek Eta Setia Budi Bin Sujadi (Alm)
hei teman, sedang apakah kau disana?
apa kau masih sibuk dengan urusan reportermu atau sedang bercanda gurau ditengah padang masyar menunggu.
hei teman,
malam ini entah kenapa aku melihat facebookmu,
begitu banyak ucapan doa membanjiri dinding membawa nama mu.
Ketika malam ini, saatku hendak menyempurnakan rancangan proposal gebyar ultah 21tahun LPMGS.
Raut wajahmu menghampiri lagi.
hei engkau yang dahulu memimpin kami atas kegiatan ini juga.
engkau yang dulu bukan apa - apa, tapi semangatmu lebih dari biasa.
lelaki yang sebelumnya tidak pernah ku kenal, tp kita bertemu ditempat itu.
kotak segi empat kebanggaan kita yang disebut sekret.
kau tidak pernah memanggilku dengan sebutan kakak, walau secara angkatan aku menjadi lebih tua.
hei teman, teringat sekali dengan jelas saat - saat dimana kau menegurku karena sering terlambat.
karena aku sering tak dapat bus, padahal rumahku dekat dengan terminal.
ternyata engkau hampir tak pernah telat, kau berangkat disaat aku baru bergegas untuk mandi.
dan akhirnya, aku mengunjungi rumahmu disaat kau telah pergi.
Begitu terasa kehilanganmu, ketika tidak ada teman berebut bus dipagi hari, teman ketika kepulangan sudah menuju sore hari.
tidak. tidak ada lagi.
masih teringat jelas ketika saat itu kita bersepuluh menikmati perjuangan menghadapi macet.
mulai dari jalan kaki hingga berkilometer, menumpang mobil pick up, naik truk sapi, dan terakhir tawar - menawar angkot menuju kampus bukit.
semua menyenangkan teman, itu karena kita semua bersama.
masih teringat jelas, ketika itu saat menjelang pjtd..
kita bersama - sama menyelesaikan perlengkapan.
hingga malam, bahkan sampai ban motormu pecah.
dan akhirnya kelaparan ketika menuju ke rumahku.
kau reporter, kameramen, layouter, ilustrator, bahkan redaktur.
semua kau jalani teman..
hei temanku,
entah apa kata yang pantas aku sandingkan sebagai penghormatan atas mu.
kau mengajak dan menginspirasiku.
kau tahu, betapa langka nya menemukan sosok sepertimu.
yang kepedean, jarang tersinggung, dan apa adanya.
kau selalu dapat diandalkan dan itu sudah lebih dari tampan.
hari itu, hari ketika terakhir kalinya kami mengantarkan kepergianmu.
kulihat sejumlah wanita - wanita cantik yang "biasanya" takut panas, kini rela berpanas.
kulihat sejumlah lelaki yang "biasanya" naik mobil dan motor, kini rela jalan kaki.
kulihat sejumlah bapak - bapak yang "biasanya" bekerja, kini menghiraukan pekerjaannya.
dan sejumlah ibu - ibu yang "biasanya" tidur siang, kini berkumpul.
semuanya jadi satu ketika mengantarkan kepergianmu teman.
kulihat juga sosok yang kau sayangi dengan badan lemah mengantarkanmu teman.
isak dan tangis menyatu.
mendoakan detik - detik terakhir melepaskanmu.
hei temanku, sampai sekarang pun aku masih tak percaya.
tapi kuasa Allah SWT siapa yang menyangka?
teman..
ajaranmu untuk menulis, kini mulai kupelajari lebih dalam, kulatih lebih sering..
dan,
tulisan ini spesial untukmu,
temanku yang baik hatinya.
Alm. Dedek Eta Setia Budi Bin Sujadi..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar