Aset terbesar yang dimiliki seseorang adalah pikirannya.
Setiap hari adalah sebuah pilihan dan dimanapun selalu dihadapkan pada sebuah pilihan.Termasuk untuk mau belajar atau tidak, mau membaca atau tidak,
mau mendengarkan atau tidak.Terkadang kita terlalu "penuh" hingga "meluber".
Tak heran, orang-orang berpengaruh malah menyarankan untuk tetap merasa bodoh,
merasa goblok.
Tak perlu jadi seperti tongsis, yang harus diangkat terus semua orang tersenyum.
Cukup jadi diri sendiri.
Akhir-akhir ini saya membaca sebuah buku yang selalu direkomendasikan oleh para
pengusaha. Rich Dad, Poor Dad - Apa yang diajarkan oleh orang kaya terhadap anak-anak mereka yang tidak diajarkan oleh orang miskin dan kelas menengah.
Judulnya kontroversional, bahkan baca covernya pun sudah sangat menarik saya.
Buku ini saya habiskan perlahan, menyerap informasi serta gaya cerita tentang perbandingan
pola pikir orang miskin dan kelas menengah.
Aku mendapati 3 kata. Mencegangkan, miris, merinding..Tentang perumpamaan “terjebak
dalam perlombaan tikus”, karena dari akar permasalahan kurangnya intelegensi tentang
finansial dalam mereka-mereka yang terjebak dalam perlombaan tikus.
Kadang kita mengira hal yang merupakan “gaya hidup” seperti rumah, mobil, handphone
adalah aset. Padahal sejatinya itu adalah bentuk pengeluaran yang semakin menjadi.
Dalam buku ini menjelaskan, bahwa sebagian besar orang yang tidak memahami bagaimana
mengelola keuangan justru akan menambah kemiskinannya dikemudian hari bila diberikan
uang yang banyak. Aku sering termenung sendiri menyaksikan bagaimana perlombaan tikus
selalu hadir menggerogoti hingga akhirnya mereka tidak menyadari bahwa waktunya kini
semakin singkat, hidupnya berjalan standar, dan hutang malah semakin menjadi..
Buku ini menjadi salah satu momentum dalam hidup.
Bahwa masing-masing pribadi manusia memiliki pilihan.
Tak perlu memaksakan keinginanmu pada orang lain, atau malah memaksakan keinginan
orang lain pada dirimu.
Semalam aku menuangkan pikiran-pikiranku pada mama.
Lihatlah ma, anakmu sudah tumbuh, umurnya kini mendekati 23 tahun.
Dia punya pilihan dan tujuan yang baik untuk kehidupannya sendiri.
Untuk pilihan hatinya sendiri. Bukan tanpa arti..
Pepatah mengatakan, jangan mengajarkan singa untuk terbang, karena dia takkan bisa.
Atau malah menyuruh ikan untuk berlari, ikan bisa mati.
Apapun yang ada di dunia ini memiliki keunikannya masing-masing.
Benar, banyak nasihat yang telah kudengarkan.
Kamu 5 tahun ke depan adalah cermin dari buku-buku apa yang kamu baca,
kebiasaan-kebiasaan apa yang sering kamu lakukan, orang-orang mana yang kamu temui,
pilihan-pilihan apa yang telah kamu pilih.Tujuan yang baik.Doa yang baik.Keinginan untuk
terus menjadi lebih baik.
Jadilah tangguh agar siap menjadi wanita hebat yang sukses dan mensukseskan.
Setiap hari adalah sebuah pilihan dan dimanapun selalu dihadapkan pada sebuah pilihan.Termasuk untuk mau belajar atau tidak, mau membaca atau tidak,
mau mendengarkan atau tidak.Terkadang kita terlalu "penuh" hingga "meluber".
Tak heran, orang-orang berpengaruh malah menyarankan untuk tetap merasa bodoh,
merasa goblok.
Tak perlu jadi seperti tongsis, yang harus diangkat terus semua orang tersenyum.
Cukup jadi diri sendiri.
Akhir-akhir ini saya membaca sebuah buku yang selalu direkomendasikan oleh para
pengusaha. Rich Dad, Poor Dad - Apa yang diajarkan oleh orang kaya terhadap anak-anak mereka yang tidak diajarkan oleh orang miskin dan kelas menengah.
Judulnya kontroversional, bahkan baca covernya pun sudah sangat menarik saya.
Buku ini saya habiskan perlahan, menyerap informasi serta gaya cerita tentang perbandingan
pola pikir orang miskin dan kelas menengah.
Aku mendapati 3 kata. Mencegangkan, miris, merinding..Tentang perumpamaan “terjebak
dalam perlombaan tikus”, karena dari akar permasalahan kurangnya intelegensi tentang
finansial dalam mereka-mereka yang terjebak dalam perlombaan tikus.
Kadang kita mengira hal yang merupakan “gaya hidup” seperti rumah, mobil, handphone
adalah aset. Padahal sejatinya itu adalah bentuk pengeluaran yang semakin menjadi.
Dalam buku ini menjelaskan, bahwa sebagian besar orang yang tidak memahami bagaimana
mengelola keuangan justru akan menambah kemiskinannya dikemudian hari bila diberikan
uang yang banyak. Aku sering termenung sendiri menyaksikan bagaimana perlombaan tikus
selalu hadir menggerogoti hingga akhirnya mereka tidak menyadari bahwa waktunya kini
semakin singkat, hidupnya berjalan standar, dan hutang malah semakin menjadi..
Buku ini menjadi salah satu momentum dalam hidup.
Bahwa masing-masing pribadi manusia memiliki pilihan.
Tak perlu memaksakan keinginanmu pada orang lain, atau malah memaksakan keinginan
orang lain pada dirimu.
Semalam aku menuangkan pikiran-pikiranku pada mama.
Lihatlah ma, anakmu sudah tumbuh, umurnya kini mendekati 23 tahun.
Dia punya pilihan dan tujuan yang baik untuk kehidupannya sendiri.
Untuk pilihan hatinya sendiri. Bukan tanpa arti..
Pepatah mengatakan, jangan mengajarkan singa untuk terbang, karena dia takkan bisa.
Atau malah menyuruh ikan untuk berlari, ikan bisa mati.
Apapun yang ada di dunia ini memiliki keunikannya masing-masing.
Benar, banyak nasihat yang telah kudengarkan.
Kamu 5 tahun ke depan adalah cermin dari buku-buku apa yang kamu baca,
kebiasaan-kebiasaan apa yang sering kamu lakukan, orang-orang mana yang kamu temui,
pilihan-pilihan apa yang telah kamu pilih.Tujuan yang baik.Doa yang baik.Keinginan untuk
terus menjadi lebih baik.
Jadilah tangguh agar siap menjadi wanita hebat yang sukses dan mensukseskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar