PEMBANGUNAN
PARIWISATA
BAHARI
MANGROVE SELUAS 150Ha
DI
PERAIRAN SUNGSANG BANYUASIN SUMATERA SELATAN
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
KETUA :
HERIANSYAH HIDAYAT 08101005009
ANGGOTA : 1. ASTRI SIMANGUNGSONG 08091005031
2. ARESTU PRANANA 08101005027
3. DESTRI RIZKI ARIFELIA 08101005043
4. MUTIA 08101005042
5. RACHMAT ADI PHILIPUS 08101005021
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
Latar
Belakang
Ekowisata
merupakan konsep pariwisata alternatif yang secara konsisten mengedepankan
nilai-nilai alam, sosial, dan masyarakat yang memungkinkan adanya interaksi
positif antar-para pelakunya. Kegiatan wisata di kawasan pesisir, laut, atau
keduanya yang masih alami dan dikembangkan berdasarkan prinsip pembangunan
berkelanjutan ini disebut dengan ekowisata bahari (META, 2002).
Ekowisata
menjadi salah satu pilihan dalam mempromosikan lingkungan yang khas yang masih terjaga
keasliannya sekaligus menjadi suatu kawasan kunjungan wisata. Potensi yang ada
adalah suatu konsep pengembangan lingkungan yang berbasis pada pendekatan
pemeliharaan dan konservasi alam. Konsep ini sangat unik dengan pengembangan
dan pelibatan pengelolaan sektor yang terpadu serta seluruh stakeholders yang
terkait. Kesadaran dan apresiasi masyarakat terhadap upaya pemeliharaan dan
kelestarian hutan mangrove berdampak pada perlunya pengembangan pariwisata yang
berkelanjutan dan memperhatikan lingkungan yang lebih luas.
1.
Wajib
AMDAL/tidak
Berdasarkan Peraturan Pemerintah LH No. 5 tahun 2012
tentang jenis rencana usaha yang wajib
memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup maka kegiatan rencana
pembangunan pariwisata bahari mangrove seluas 150 Ha di Perairan Sungsang tergolong
wajib AMDAL.
2.
Kewenangan
Wajib AMDAL
Kewenangan
wajib AMDAL pada rencana kegiatan pembangunan pariwisata bahari mangrove seluas
150 Ha, maka yang berwenang adalah Pemerintah Kabupaten Banyuasin.
3.
Pelingkupan
AMDAL
Pelingkupan
merupakan proses untuk menentukan atau
menemukan dampak penting yang sering disebut sebagai masalah utama (main issues) dari suatu proyek
pembangunan terhadap lingkungan. Pelingkupan digunakan sejak awal dari proses
rencana pembangunan suatu proyek. Pelingkupan sudah dilakukan sejak awal, yaitu
dalam langkah dasar menyusun kerangka acuan dan menyusun rencana penelitian
lapangan.
3.1.Batasan Wilayah
Peta wilayah
Sungsang dari citra Google Map
Peta ruang lingkup ekosistem
mangrove di daerah Sungsang, Sumatera Selatan oleh Pusat Perpetaan Kehutanan
Badan Planologi Kehutanan Departemen Kehutanan
Tabel Luas Wilayah Dan Jumlah
Penduduk Sungsang
No.
|
Nama Desa
|
Jml KK
|
Jml Jiwa (org)
|
Luas Wilayah
|
1.
|
Sungsang I
|
1.325
|
5.046
|
67.522 Km
|
2.
|
Sungsang II
|
1.264
|
5.014
|
58.678 Km
|
3.
|
Sungsang III
|
776
|
2.868
|
53.246 Km
|
4.
|
Sungsang IV
|
1.091
|
4.321
|
60.554 Km
|
|
Jumlah
|
-
|
-
|
240.000 km
|
Dengan batas wilayah sebagai berikut
:
1.
Berbatasan dengan Marga Muara Telang
·
Sebelah kiri mudik dengan air Gasing sampai dengan Bedegun Besar.
· Sebelah kanan
mudik Air Gasing Sampai dengan Sungai Rengit.
2.
Berbatasan dengan Marga Upang
· Sebelah mudik kali musi
sampai dengan sungai peresapan dan keliling laut sampai dengan sungai berdaunan
· Sebelah kanan mudik kali
musi sampai dengan sungai peradenan.
3. Berbatasan dengan Provinsi Jambi
· Sungai benuh sebelah kiri
masuk
4.
Berbatasan dengan Marga Penuguan
· Sebelah kiri Tanjung
Bungin (sungai Terusan Bungin) pulau Rimau
· Sebelah kanan sampai
dengan Sungai Cawan.
5. Berbatasan
dengan Marga Tanjung Lago
· Sebelah kiri air Sendah (Air
Banyuasin) sampai dengan Tanjung Bayan ( Tanjung Genuk Besar).
3.2. Parameter Lingkungan.
3.2.1. Parameter Lingkungan Abiotik.
No.
|
Komponen
Kegiatan
|
Tahap Pra Konstruksi
|
Tahap Konstruksi
|
Tahap Operasi
|
|
Komponen
Lingkungan
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
A
|
FISIK
– KIMIA
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
Udara
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
-TP
|
-TP
|
-
|
-
|
-TP
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
-TP
|
2
|
Kebisingan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
-TP
|
-TP
|
-
|
-
|
-TP
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
-TP
|
3
|
Ruang,
Laut, dan Lahan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-P
|
-P
|
-P
|
-
|
-
|
-p
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
-
|
4
|
Kualitas
air
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
-TP
|
-TP
|
-
|
-
|
-p
|
-p
|
-p
|
-p
|
-TP
|
-p
|
B
|
BIOTIK
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1
|
Flora
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Fauna
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
Biota
Perairan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
p
|
-
|
-
|
-
|
-p
|
-p
|
-
|
-p
|
-
|
-p
|
C
|
SOSEKBUD
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
|
-
|
-
|
1
|
Kependudukan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
Kesempatan
Kerja
|
TP
|
-
|
-
|
-
|
p
|
TP
|
-
|
TP
|
-TP
|
P
|
-TP
|
|
-
|
-
|
-TP
|
-
|
3
|
Peningkatan
pendapatan
|
TP
|
-
|
-
|
-
|
P
|
TP
|
TP
|
TP
|
-TP
|
P
|
-TP
|
|
-
|
-
|
-TP
|
--
|
4
|
Ekonomi
lokal/regional
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
TP
|
-
|
|
|
-
|
|
-
|
-
|
P
|
-
|
5
|
Keamanan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-TP
|
|
|
-
|
-P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
Persepsi
Masyarakat
|
TP
|
-
|
TP
|
P
|
TP
|
-
|
TP
|
TP
|
TP
|
P
|
-
|
P
|
P
|
-
|
-
|
P
|
7
|
Lalu
lintas
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
Kesehatan
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
|
-
|
-P
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3.2.2. Parameter Lingkungan Biotik.
Tabel Komposisi Famili dan Spesies
Tumbuhan berdasarkan jenis komponen
mangrove (Indriani, dkk : 2009)
No
|
Family
|
Spesies
|
Kategori Mangrove
|
1
|
Arececeae
|
Nypa fruticans Wurmb
|
***
|
2
|
Asteraceae
|
Wedelia biflora (L) DC
|
*
|
3
|
Asclepiadaceae
|
Sarcolobus glabosa R. dan S.
|
*
|
4
|
Bignomiaceae
|
Dolichandrone spathacea (L.F) K. Schum
|
*
|
5
|
Combretaceae
|
Combretum tetralopum C.B. Clarke
|
*
|
6
|
Caesalpiniaceae
|
Caesalpinea crista L
|
*
|
7
|
Euphobiaceae
|
Bridhelia tomentosa Blum
|
*
|
|
|
Excoearia agallocha L.
|
**
|
|
|
Glochidion littorale Bl
|
*
|
8
|
Fabaceae
|
Cynometra ramiflora L
|
*
|
9
|
Lecythidaceae
|
Barringtonia racemosa (L.) Spreng
|
*
|
|
Moraceae
|
Ficus microcarpa L. F
|
*
|
|
|
Ficus benjamina L
|
*
|
|
|
Ficus fistulosa Reinw ex Bl
|
*
|
10
|
Malvaceae
|
Thespesia populnea Sol ex Correae
|
*
|
11
|
Meliaceae
|
Aphanamixis polystachya (Wall.) R.N.Parker
|
*
|
12
|
Nephrolepidiaceae
|
Nephrolepis cardifolia (L.) Press
|
*
|
13
|
Pteridaceae
|
Acrosticum aureum Linn
|
**
|
14
|
Rhizophoraceae
|
Rhizophora apiculata Blume
|
***
|
15
|
Sterculiaceae
|
Heritiera littoralis Aiton
|
**
|
16
|
Vitaceae
|
Cayratia trifolia (L.) Domin
|
**
|
|
Sub-total
famili/spesies
*** = 2/2
** = 3/3
* =13/16
|
Ket: *** mangrove mayor,
** mangrove minor, * asosiasi mangrove
3.3.3. Parameter Lingkungan Budaya.
Masyarakat Sungasang dalam
penggunaan bahasa bersifat nasionalisme dengan menggunakan bahasa Indonesia,
namun dalam percakapan sehari-hari lebih banyak menggunakan bahasa
melayu, Palembang dan Jawa walaupun ada yang menggunakan bahasa-bahasa suku
masing-masing dalam sekala kecil.
Adat istiadat yang ada di Sungsang hampir sama
dengan Palembang, pertalian adat dalam marga Sungsang ini seadat dengan serasan yang mengurus
adat dalam marga adalah Ngabehi (Pasirah) kemudian diatur sampai kemasyarakat
sesuai dengan tingkat permasalahannya yaitu untuk yang paling kecil di dalam
kampung diurus oleh Kliwon/ pengawa untuk permasalahan adat yang tidak dapat
diselesaikan oleh Kliwon / pengawa diselesaikan oleh Proatin / Kerio
sedangkan urusan yang bertalian dengan adat diurus oleh Ngbehi / Pasirah.
Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Sungsang masih memakai adat dan tradisi yang
telah diatur dalam undang-undang dan peraturan daerah anatara lain :
1. Pembuatan jembatan / jalan
dengan cara dibagi rata panjang jalan dengan jumlah penduduk yang ada.
2. Menjaga ketertipan dan keamanan
merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat tanpa kecuali dengan dipinpin oleh
petugas yang ditunjuk.
3. Bagi masyarakat yang pekerjaannya
sebagai nelayan pemerintah memberikan hak usaha untuk berkarang / menangkap
ikan.
4. Untuk tanah tungguan tidak dilakukan
lelang tetapi itu merupakan hak usaha p9usaka yang turun menurun dari fulan ke
fulan.
5. Untuk penguasaan hutan dan sungai
yang dikenal oleh masyarakat sejak dahulu adalah, sewa bumi, sewa sungai, kapak
kayu, dan pancung alas.
6. Selain hak-hak tadi ada larangan
yang harus dipatuhi dan tidak boleh dilanggar antara lain rimba larangan untuk
persediaan kayu bagi penduduk dan rimba larangan untuk menjaga mata air /
sumber air.
Masyarakat Sungsang sejak Zaman Belanda sudah patuh dan
taat terhadap peraturan dengan menerapkan undang-undang sibur cahaya dan dalam
penerapan undang-undang ini dibagi dua tingkatan hakim:
1. Hakim Dusun
Hakim ini
menangani perkara-perkara adat jika melakukan kesalahan dan tidak menjatuhi
hukuman tetapi hanya membayar ” tepung tawar ” yaitu nasi kunyit, seekor ayam,
emas sekupang, selembar kain panjang, dan uang seringgit.
2. Hakim Marga
Hakim
ini berlaku terhadap pelanggaran adat dengan hukuman denda setinggi-tingginya
12 ringgit, perkara ini tidak lagi melibatkan Hakim Dusun dan harus
dirapatkan oleh Hakim Marga jika dapat diselesaikan melalui damai maka
didamaikan jika tida maka dilanjutkan ke pengadilan negeri.
4.
Metode Pengumpulan Data
4.1.
Metode Sistem Informasi Geografis
Peta wilayah
Sungsang dari citra Google Map
Pengumpulan data
dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis merupakan kombinasi antara
fotogrametri dan interpreasi foto udara. Komponen kemudian akan dipergunakan
untuk menyimpan, menganalisis, dan mempresentasikan data. Semua informasi
tentang komponen lingkungan dan aktivitas proyek dimasukkan dalam peta pada
unit analisis ini. Untuk mengalisis
lokasi rencana pembangunan wisata bahari, maka dengan menggunakan metode Sistem
Informasi Geografis diharapkan akan mendapat informasi mengenai cakupan wilayah
yang akan dijadikan tempat pariwisata.
4.2. Metode Checklist
Dampak Lingkungan
|
Tak ada dampak
|
Dampak +
|
Dampak -
|
Kegunaan
|
Berlawanan
|
Masalah
|
Jangka Panjang
|
Dapat Kembali
|
Tak Dapat Kembali
|
Satwa liar
|
|
|
x
|
|
|
x
|
x
|
|
|
Spesies yang akan pudah
|
|
|
x
|
|
|
x
|
x
|
|
x
|
Vegetasi alam
|
|
|
x
|
|
|
x
|
|
x
|
|
Kualitas air
|
|
|
x
|
|
|
|
|
|
|
Kesehatan
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Nilai ekonomi
|
|
x
|
|
x
|
|
|
|
x
|
|
Tenaga Kerja
|
|
x
|
|
x
|
|
|
|
|
|
5.
Identifikasi Dampak dan Perkiraan Dampak
Data yang diperlukan sebelum langkah
pendugaan/prakiraan dampak adalah: Keadaan tingkat kualitas dan kuantitas air
yang ada sebelum kegiatan/proyek berjalan. Pendugaan/prakiraan dampak pada kualitas dan kuantitas
air perlu memperhatikan hal-hal sbb:
1. Menetapkan tipe dan kuantitas dari pencemar air yang akan
dihasilkan oleh setiap alternatif aktivitas yang diusulkan baik dalam fase
pembangunan maupun dalam fase proyek yang sudah berjalan.
2. Menetapkan keadaan kualitas dan kuantitas air sebelum
proyek dibangun. Keadaan yang perlu diketahui adalah:
a.
Kualitas
dan kuantitas air permukaan di areal yang akan dibangun, baik dalam bentuk
nilai rata-rata ataupun frekuensi distribusinya.
b.
Masalah2
air yang spesifik pernah terjadi dan juga yang masih
terjadi.Misalnya masalah pencemaran
c.
Kualitas
dan kuantitas air bumi/air tanah
d.
Data
meteorologi terutama data tentang rata2 curah hujan bulanan, evaporasi dan
temperatur
e.
Baku
mutu kualitas air (air permukaan dan air tanah) yang berlaku di daerah
tersebut, juga baku mutu buangan yang diizinkan, dan persyaratan teknologi
pengelolaan buangan yang berlaku
f.
Keadaan
buangan bahan organik dan inorganik, sedimentasi,kandungan bakteri, seta
menetapkan sumber2 pencemarnya.
g.
Data
tentang macam dan jumlah penggunaan air yang telah ada didaerah yang
bersangkutan
Pendugaan dampak kualitas dan
kuantitas air ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pencemaran
air permukaan dan air bawah tanah terhadap lingkungan. Oleh karena itu, sebelum mengkaji interaksi antara kegiatan dengan
rona lingkungan perlu mengetahi dan memahami terjadinya pencemaran. Menurut
definisi pencemaran yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No20 tahun 1990:
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi dan
atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya.
Besarnya
potensi pencemaran yang akan terjadi tergantung dari dua aspek yaitu:
1.
Intensitas
limbah
Intensitas
limbah tergantung dari jenis kegiataan dan bahan baku, kapasitas kegiatan dsb
2.
Daya
dukung perairan
Daya dukung
perairan tergantung dari kondisi alam dan fisik seperti iklim, topografi, debit
sungai dsb.
Untuk mengukur besarnya dampak
pencemaran di perairaan yang mengalir digunakan model matematika yang
didasarkan pada hukum kekebalan masa (Masa yang masuk sama dengan masa keluar).
Berbagai
pencemar air dihitung sejauh mana konsentrasi di daerah aliran air dengan
variasi berbagai jarak dari sumber pencemar. Pendugaan ini dilakukan dengan model matematika yang
telah banyak dikembangkan.
6. Metode Studi
pengumpulan dan analisis data
A. ANGKET
Agket (self-administered
questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden
adalah orang yang menjawab atau memberikan tanggapan atas pertanyaan yang
diajukan.
Keuntungan Teknik Angket
|
Kerugian Teknik Angket
|
Dapat menjangkau sampel dalam
jumlah besar karena dapat dikirim melalui pos
|
Karena dikirim melalui pos,
persentase pengembalian angket relatif rendah
|
Biaya membuat angket relatif murah
|
Pertanyaan dalam angket dapat
salah ditafsirkan dan tidak ada kesempatan mendapatkan penjelasan
|
Tidak terlalu mengganggu responden
karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri
|
Tidak dapat digunakan bagi
responden yang kurang bisa membaca dan menulis, atau memiliki tingkat
pendidikan yang kurang memadai
|
Dua macam pertanyaan dalam instrumen penelitian adalah
pertanyaan terbuka dan tertutup. Di bawah ini akan disebutkan perbedaan antara
keduanya.
Pertanyaan
Terbuka
|
Pertanyaan
Tertutup
|
Jawaban
tidak disediakan sehingga responden bebas menulis jawaban sendiri sesuai
pandangannya
|
Jawaban
sudah disediakan, responden hanya memilih saja
|
Jawaban
dari responden sangat bervariasi sehingga sulit mengolahnya karena harus
menggolongkan jawaban yang ada
|
Mudah
mengolahnya karena jawaban tidak bervariasi
|
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menggolongkan jawaban atas pertanyaan terbuka:
- Penggolongan hanya didasarkan
pada satu prinsip (dimensi) sehingga seseorang tidak masuk ke lebih dari
satu golongan
- Golongan-golongan yang dibuat
harus saling meniadakan (mutually exclusive)
- Golongan yang dibuat harus
menyeluruh (exhaustive), artinya tidak satupun yang tidak termasuk
ke salah satu golongan.
Pedoman yang perlu diperhatikan
dalam membuat pertanyaan untuk instrumen penelitian (Rubin & Habibie,
1989):
- Pertanyaan harus jelas dan
tidak meragukan
- Hindari pertanyaan atau
pernyataan berganda
- Responden harus mampu
menjawab
- Pertanyaan-pertanyaan harus
relevan, artinya berkenaan dengan tujuan penelitian
- Pertanyaan atau pernyataan
pendek adalah yang terbaik
- Hindari pertanyaan, pernyataan,
atau istilah yang bias, termasuk tidak mengajukan pertanyaan yang sugestif
- Mulailah pertanyaan angket
dengan pertanyaan yang menarik, tidak sensitif atau yang sangat pribadi.
Untuk pertanyaan identitas diajukan terakhir
- Petunjuk pengisian harus jelas
B. WAWANCARA
Wawancara
yang juga dikenal dengan interview adalah pengumpulan data
dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden
dan jawaban responden dicatat atau direkam. Selain itu wawancara juga dapat
dilakukan melalui telepon. Teknik wawancara dapat digunakan pada responden yang
buta huruf atau tidak terbiasa membaca atau menulis, termasuk anak-anak.
Keuntungan Wawancara
|
Kerugian Wawancara
|
Dapat digunakan pada responden
yang tidak bisa membaca dan menulis
|
Membutuhkan biaya yang besar untuk
perjalanan pengumpul data
|
Pewawancara dapat segera
menjelaskan jika ada pertanyaan yang kurang dipahami
|
Hanya dapat menjangkau jumlah
responden yang lebih kecil
|
Wawancara dapat mengecek kebenaran
jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding atau dengan melihat
wajah dan gerak-gerik responden
|
Kehadiran pewawancara mungkin
mengganggu responden
|
Dalam kegiatan wawancara calon
responden berhak untuk tidak bersedia menjadi responden. Untuk menghindari hal
tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Penampilan fisik, termasuk cara
berpakaian pewawancara. Penampilan yang baik akan menciptakan kesan yang
baik di mata responden
- Sikap dan tingkah laku
pewawancara. Sikap yang baik dan sopan akan menyenangkan responden
- Identitas. Pewawancara harus
mengenalkan dirinya, bila perlu beserta kartu pengenal dan surat tugas
- Persiapan. Pewawancara harus
menguasai apa saja yang akan ditanyakan pada responden
- Pewawancara harus bersikap
netral, tidak mengarahkan jawaban responden. Bila pewawancara merasa
kesulitan dalam menggolongkan jawaban responden, tanyakan kepada reponden
kategori mana yang menurut responden paling sesuai untuk jawaban itu.
C. OBSERVASI
Observasi diartikan sebagai
pengamatan dengan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan.
Keuntungan Observasi
|
Kerugian Observasi
|
Data yang diperoleh adalah data
yang segar, artinya diperoleh dari subjek saat terjadinya tingkah laku
|
Pengamat harus mengamati sampai
tingkah laku yang diharapkan terjadi. Jika dana yang tersedia cukup besar
pengamat dapat menggunakan video perekam
|
Keabsahan alat ukur dapat
diketahui langsung
|
Beberapa tingkah laku, seperti
tingkah laku kriminal yang bersifat pribadi sukar diamati bahkan dapat
membahayakan pengamat
|
Berdasarkan keterlibatan pengamat
dalam kegiatan orang yang diamati, observasi dapat dibedakan menjadi:
1. Observasi partisipan (participant
observation)
Pengamat ikut serta dalam kegiatan
yang dilakukan oleh subjek yang diteliti namun tetap waspada untuk mengamati
kemunculan tingkah laku tertentu.
2. Observasi takpartisipan (nonparticipant
observation)
Pengamat berada di luar subjek yang
diamati
Berdasarkan cara pengamatan yang
dilakukan, observasi dibedakan menjadi:
1. Observasi tak berstruktur
Pengamat tidak membawa catatan
tentang tingkah laku apa saja yang secara khusus akan diamati. Ia akan
mengamati arus peristiwa dan mencatatnya atau meringkasnya untuk kemudian
dianalisis.
2. Observasi berstruktur
Pengamat memusatkan perhatian pada
tingkah laku tertentu sehingga dapat dibuat pedoman tentang tingkah laku apa
saja yang harus diamati. Tingkah laku lainnya diabaikan.
7. Analisis
Data
Dari
hasil observasi beberapa data dan informasi, proyek pembangunan Pariwisata
bahari mangrove ini membawa keuntungan ditinjau dari aspek ekonomi bagi
Sumatera Selatan. Karena dapat menjadi “ Tambang Emas” bagi Sumatera Selatan
jika nantinya pariwisata ini banyak yang mengunjungi. Selain itu juga membawa
keuntungan bagi kesejahteraan masyarakat di sekitar Proyek pembangunan baik
saat pembangunan maupun pasca pembangunan. Selama proyek pembangunan
dijalankan, telah terlihat perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah
tersebut. Ekonomi masyarakat di sekitar daerah tersebut akan
meningkat dan lebih sejahtera. Dan secara tidak langsung akan menambah Pendapatan
daerah Sumatera Selatan. Diharapkan dengan adanya pariwisata mangrove ini akan dapat membawa nama Sumatera Selatan
di mata dunia.
Untuk
itu kiranya perlu dievaluasi kembali rencana pembangunan pariwisata mangrove
ini yang penempatannya berada di dalam kawasan Hutan Lindung Air Telang dan
sekitar Taman Nasional Sembilang, dengan memperhatikan asfek ekologi kawasan
secara lebih mendalam dan meluas.
Namun
demikian, kiranya pelaksanaan pariwisata mangrove tersebut, harus pula
memperhatikan banyak aspek di dalamnya. Kajian secara komprehensif dan
mendalam, terkait dengan dampak yang ditimbulkan dari usaha tersebut, baik
secara sosial, ekonomi, dan lingkungan, dengan melibatkan banyak fihak,
terutama masyarakat sekitar wilayah projek, merupakan tahapan yang harus
dijalankan oleh pemerintah. Dalam hal ini, transparansi, obyektifitas, dan
keprofesionalan harus menjadi prasyarat, sehingga hasil dari proses
identifikasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat..Ada
baiknya pengerjaan projek pariwisata mangrove untuk sementara ini dihentikan
terlebih dahulu.
REFERENSI
Indriani,
dkk. 2009. Keanekaragaman Spesies
Tumbuhan pada Kawasan Mangrove Nipah (Nypa fruticans Wurmb) di Kecamatan Pulau
Rimau Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Palembang : Universitas Sriwijaya
Laapo, Alimudin, dkk. 2008. Kajian Karakteristik dan Kesesuaian Kawasan
Mangrove Untuk Kegiatan Ekowisata Mangrove di Gugus Pulau Togean, Taman
Nasional Kepulauan Togean. Bogor :
Universitas Pertanian Bogor.
Syulasmi, Ammi dan Tina Safaria.
2009. Hand Out Pengantar Amdal.
FMIPA: UPI.
(ml.scribd.com/doc/103995127/AMDAL2)
fidanurlaeli.files.wordpress.com/2012/10/amdal2.doc