Selasa, 31 Januari 2017

Papa ku, Ir.H. A.Lagan, MM

copas dari resensi buatan sahabatku, Oktaviana di halaman faspage papa ketika mau melaju pemilihan DPRD Sumsel. Sayang kalau dihapus begitu saja hheh


Semoga papa suka, proud to you pa :)


Setelah baca-baca buku mungil berjudul "Penyambung Lidah Rakyat-Profil Anggota DPRD Provinsi Sum-Sel Periode 2004-2009" mimin ketemu profil Bapak Lagan nih, tertulis sedikit kisah tentang beliau dan menurut mimin menarik, 
so... mimin coba share deh disini.

Tidak pernah terlints sedikitpun di benak Ir.H.A. Lagan, MM kalau dirinya akan terjun ke dunia politik. Pasalnya walaupun sudah aktif di oeganisasi sejak masih duduk di bangku sekolah, namun tidak membuat suami Dra. Khoriah ini berniat aktif di politik.

Masuknya di dunia politik juga tergolong unik dan tidak direncanakan sama sekali. 
Ketika itu sekitar tahun 1985-1986, pria kelahiran Palembang 17 Juli 1962 ini melihat ketidak adilan antara ketiga partai yaitu Golkar, PDI, dan PPP. 
Padahal dalam buku tentang parpol yang sempat dibacanya jelas kalau hak ketiga parpol kala itu sama.


"Saat itu saya melihat di kawasan Jl. Radial ada bendera Golkar, jumlahnya sangat banyak sementara bendera parpol lain tidak ada. Melihat hal itulah saya berpikir ada ketidak adilan di sana. 
Makanya tanpa bermaksud apa-apa, saya pasang saja bendera PDI yang ukurannya cukup besar," ujar pria yang sempat terlibat dalam peristiwa kuda tuli 1998 dan penyerbuan kantor DPD PDI SS ini.

Dari tindakannnya tersebut, ayah tiga anak ini langsung dipanggil perangkat desa, seperti RT, lurah hingga camat. Tidak hanya itu, ia juga dipanggil Danramil. "Saya diminta untuk menurunkan bendera tersebut, tapi saya menolak karena dari buku yang saya baca, hak partai politik sama, dan itu saya jelaskan kepada Danramil," tegas alumnus Magister Manajemen STIE Jayakarta ini.

Walaupun hal tersebut sudah dijelaskan bukan berarti permasalahan bendera itu selesai. 
Setelah itu, pria yang juga pernah berprofesi sebagai konsultan teknik dan kontraktor ini dibawa ke Mapoltabes Palembang dan sore hari baru dilepaskan. Disana sosok yang ramah ini sempat ditahan selama satu malam. "Saya baru dilepaskan, setelah berjanji akan menurunkan bendera tersebut," ujar Lagan.

Perisitiwa pahit yang dialaminya bukan membuat jera Lagan, tetapi justru memacu semangatnya untuk terus berjuang menegakkan keadilan. 
Sejak saat itulah, tepatnya 1987 dirinya masuk dan aktif di PDI, ketika itu ia dipercaya sebagai pembantu komisaris desa di kelurahan 26 DI atau sekarang setingkat kelurahan yang wilayahnya berada di seputaran Jl. Kapten A. Rivai.

Setelah aktif di partai yang dipimpin Megawati tersebut, akhirnya ia dipercaya sebagai ketua PDI cabang kota Palembang sehingga akhirnya PDI menjadi besar dan berganti nama menjadi PDIP. Dan hingga sekarang sosok itu masih dipercaya sebagai wakil ketua DPD PDIP Sumsel.
 "Saat masuk partai tidak terlintas sedikitpun untuk menjadi anggota dewan, karena yang di benak saya ketika itu menegakkan demokrasi dan memberantas ketidak adilan," ujar anggota komisi IV DPRD Sumsel ini.

Lantas bagaimana setelah duduk sebagai anggota DPRD Sumsel, pria yang sempat duduk di DPRD Kota Palembang ini mengaku tidak ada perubahan yang berarti terutama dalam hal memperjuangkan demokrasi dan ketidak adilan. 

“Tidak ada yang berubah namun cakupannya menjadi lebih luas, karena dulunya hanya sebagai partai. Kini meluas menjadi masyarakat sumsel.” Terangnya.

Selama duduk sebagai wakil rakyat, pria satu ini selalu berusaha menjalankan tugas-tugas pokok dari anggota dewan tersebut, yaitu legalisasi, anggaran dan pengawasan disamping tentunya memperjuangkan nasib masyarakat terhadap kritik pedas yang kerap dialamatkan kepada anggota dewan, Lagan mengaku memaklumi, namun hendaknya kritikan tersebut harus memperhatikan, tidak memvonis. Karena terkadang tidak semua anggota dewan itu sama.

“Dukanya ketika masyarakat memvonis dewan itu korupsi padahal kita tahu dewan tidak memegang anggaran, kalaupun ada tidak berarti semuanya, memang ada yang bermain tetapi tidak semuanya. 
Hal inilah yang sangat menyedihkan karena hal tersebut juga berimbas kepada keluarga,” terangnya.

Mengenai kondisi DPRD Sumsel sekarang dengan yang dulu, Lagan menilai cukup banyak perbedaannya terutama dalam hal SDM, kalau dulu yang jadi anggota dewan itu bermodalkan kemauan dan keberanian. Nah, kalau sekarang beda, selain dua hal tersebut juga didukung keahlian.

Untuk pemilu setelah masa jabatan habis, Lagan mengaku tidak mempermasalahkan. Jika masih dipercaya saya siap, jika tidak tentu tidak masalah.
 Satu yang di pegang Lagan, dia tak ingin berkhianat dengan partai, walaupun tidak lagi duduk sebagai pengurus, karena PDIP lah yang telah membesarkannya.

Nah, itu riwayat singkat dari beliau yang mimin temukan selama masa jabatannya tahun 2004-2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar