Senin, 28 Desember 2015

MIKRO EVOLUSI

BAB I
PENDAHULUAN


1.     Latar belakang

Evolusi adalah perubahan pada mahkluk hidup secara bertahap dengan waktu yang lama menuju kearah kesempurnaan. Evolusi itu terjadi perubahan mahkluk hidup kearah sempurna. Perubahan itu karena di lingkungan ada program seleksi sehingga mahkluk hidup beradaptasi terjadi mutasi terbentuk variasi kemudian spesiasi dan terjadilah evolusi.
Evolusi harus perubahannya bertahap tidak segera sehingga perlu waktu lama dan track perubahan bergradasi sempurna (tidak bulat langsung jadi kotak). Karena ada track atau jejak perubahan maka evolusi itu bisa dibandingkan perlunya perbandingan ini , untuk merealisasikan fakta apakah ada evolusi. Evolusi itu harus dari dulunya sama menjadi beda, tidak sebaliknya dari yang beda menjadi sama , maka ujung tombak evolusi dipastikan terjadinya spesiasi yang dulunya spesies yang sama karena seleksi - adaptasi - mutasi pasti akan ada perubahan yang menjadi pembeda,  jika yang berbeda itu sudah tidak bisa interhibridisasi maka terbentuklah spesiasi.
Mengulang pernyataan Darwin tentang evolusi, evolusi mempunyai arti penurunan dari asal yang sama dengan modifikasi. Evolusi merupakan proses satu arah dalam waktu yang tidak dapat terbalikan (irreversible) untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan keanekaragaman dan tingkat organisasi yang lebih tinggi. Proses evolusi tidak dapat dikaji secara eksperimental atau secara empiris, oleh karena itu proses ini hanya bisa didukung melalui bukti-bukti langsung.
            Bukti-bukti yang mendukung teori evolusi meliputi; Adanya variasi pada mahkluk hidup, diketemukan Fosil di berbagai lapisan bumi, adanya pola sebaran geografi makhluk hidup /Isolasi Geografi, adanya homologi organ tubuh pada kelompok mahkluk hidup Vertebrata , adanya persamaan dalam Embriologi perbandingan, adanya persamaan dalam Petunjuk secara biokimia, perbandingan fisiologi organism, peristiwa domestikasi, dan petunjuk alat tubuh yang tersisa (Rudimenter).
Berdasarkan skala perubahannya evolusi dibedakan dua, yaitu Makroevolusi  dan Mikroevolusi. Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skala yang besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya species baru. Sedangkan Mikroevolusi adalah  proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah pada perubahan frekuensi gen atau kromosom.


2.     Permasalahan

            Dalam makalah ini, tim penyusun akan menjelaskan pengertian tentang mikroevolusi serta penyebab atau faktor-faktor dari mikro evolusi dengan lebih mendetail.


3.     Tujuan

            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut apa yang dimaksud mikroevolusi, sehingga kita dapat lebih memahami lebih lanjut apa yang dimaksud evolusi itu sendiri.










BAB II
PEMBAHASAN


Berdasarkan skala perubahannya evolusi dibedakan atas:
  1. Makro evolusi
Makroevolusi adalah perubahan evolusi yang dapat mengakibatkan perubahan dalam skala yang besar. Adanya makroevolusi dapat mengarah kepada terbentuknya spesies baru. Makroevolusi terjadi pada tingkat di atas spesies, seperti  kepunahan dan spesiasi.
                    2 gambar 1.1 : Contoh makro evolusi pada kuda

2.     Mikroevolusi adalah proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah pada perubahan frekuensi gen atau kromosom. Perubahan evolusioner yang kecil, seperti adaptasi yang terjadi dalam spesies atau populasi.

Makroevolusi dianggap sebagai akibat jangka panjang dari mikroevolusi. Sehingga perbedaan antara mikroevolusi dengan makroevolusi tidaklah begitu banyak terkecuali pada waktu yang terlibat dalam proses tersebut. Namun, pada makroevolusi, sifat-sifat keseluruhan spesies adalah penting. Misalnya, variasi dalam jumlah besar di antara individu mengijinkan suatu spesies secara cepat beradaptasi terhadap habitat yang baru, mengurangi kemungkinan terjadinya kepunahan. Sedangkan kisaran geografi yang luas meningkatkan kemungkinan spesiasi dengan membuat sebagian populasi menjadi terisolasi. Dalam pengertian ini, mikroevolusi dan makroevolusi dapat melibatkan seleksi pada tingkat-tingkat yang berbeda, dengan mikroevolusi bekerja pada gen dan organisme, versus makroevolusi yang bekerja pada keseluruhan spesies dan mempengaruhi laju spesiasi dan kepunahan.
Terdapat sebuah miskonsepsi bahwa evolusi bersifat "progresif", namun seleksi alam tidaklah memiliki tujuan jangka panjang dan tidak perlulah menghasilkan kompleksitas yang lebih besar.  Walaupun spesies kompleks berkembang dari evolusi, hal ini terjadi sebagai efek samping dari jumlah organisme yang meningkat, dan bentuk kehidupan yang sederhana tetap lebih umum.  Sebagai contoh, mayoritas besar spesies adalah prokariota mikroskopis yang membentuk setengah biomassa dunia walaupun bentuknya yang kecil, serta merupakan mayoritas pada biodiversitas bumi. Organisme sederhana oleh karenanya merupakan bentuk kehidupan yang dominan di bumi dalam sejarahnya sampai sekarang. Kehidupan kompleks tampaknya lebih beranekaragam karena lebih mudah diamati.


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Mikro evolusi, yaitu:

1.     Genetic Drift
Genetik drift (hanyutan genetika) adalah suatu mekanisme kompleks yang beroperasi melalui fluktuasi kesempatan (maupun fluktuasi yang disebabkan tekanan seleksi) dalam frekuensi allele di dalam suatu populasi. sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Sangat penting suatu peristiwa dimana frekwensi gen populasi keturunan kebetulan menyimpang dari yang ditemukan pada populasi parental. Dengan demikian populasi hampir selalu kecil dan mempunyai suatu kecenderungan ke arah maksud mendalam atau hilangnya suatu allele yang mempengaruhi suatu karakteristik. Seperti Genetik drift cenderung mengurangi variasi dengan perbaikan atau kehilangan alleles.
Genetik drift bukanlah arah dan cenderung menciptakan "kekacauan" gen atau alleles diperbaiki atau hilang dengan cepat pada suatu kesempatan. Walaupun teori Genetik drift adalah masuk akal, operasinya sukar untuk membuktikan dengan pohon berumur panjang dan banyak pertimbangan dapat dikutip mengapa tidak bisa menjadi suatu faktor di dalam variasi pohon hutan yang alami. Tetapi di samping keberatan ini, beberapa tapak alami menunjukkan bentuk variasi yang bisa menjadi hasil genetik drift jika terlaksana. Genetik drift pada umumnya sangat penting dalam breeding populasi kecil barangkali 25 atau lebih sedikit individu, suatu situasi yang sering terjadi dalam kehutanan dalam kaitan catastrophies alami atau pengaruh manusia.
Selain itu hanyutan genetika juga terjadi karena peranan probabilitas dalam penentuan apakah suatu individu akan bertahan hidup dan bereproduksi atau tidak. Dalam istilah matematika, alel berpotensi mengalami galat percontohan (sampling error). Karenanya, ketika gaya dorong selektif tidak ada ataupun secara relatif lemah, frekuensi-frekuensi alel cenderung "menghanyut" ke atas atau ke bawah secara acak (langkah acak). Hanyutan ini berhenti ketika sebuah alel pada akhirnya menjadi tetap, baik karena menghilang dari populasi, ataupun menggantikan keseluruhan alel lainnya.Hanyutan genetika oleh karena itu dapat mengeliminasi beberapa alel dari sebuah populasi hanya karena kebetulan saja. Bahkan pada ketidadaan gaya selektif, hanyutan genetika dapat menyebabkan dua populasi yang terpisah dengan stuktur genetik yang sama menghanyut menjadi dua populasi divergen dengan set alel yang berbeda.
http://htmlimg4.scribdassets.com/83tcp9cjvgnz18g/images/6-8fd50eb274/000.jpggambar 1.2: Grafik hanyutan genetik (genetik drift)

Simulasi hanyutan genetika 20 alel yang tidak bertaut pada jumlah populasi 10 (atas) dan 100 (bawah). Hanyutan mencapai fiksasi lebih cepat pada populasi yang lebih kecil. Hanyutan genetika atau ingsut genetik merupakan perubahan frekuensi alel dari satu generasi ke generasi selanjutnya yang terjadi karena alel pada suatu keturunan merupakan sampel acak (random sample) dari orang tuanya; selain itu ia juga terjadi karena peranan probabilitas dalam penentuan apakah suatu individu akan bertahan hidup dan bereproduksi atau tidak.
                        Dalam istilah matematika, alel berpotensi mengalami galat percontohan (sampling error). Karenanya, ketika gaya dorong selektif tidak ada ataupun secara relatif lemah, frekuensi-frekuensi alel cenderung "menghanyut" ke atas atau ke bawah secara acak (langkah acak). Hanyutan ini berhenti ketika sebuah alel pada akhirnya menjadi tetap, baik karena menghilang dari populasi, ataupun menggantikan keseluruhan alel lainnya. Hanyutan genetika oleh karena itu dapat mengeliminasi beberapa alel dari sebuah populasi hanya karena kebetulan saja. Bahkan pada ketidadaan gaya selektif, hanyutan genetika dapat menyebabkan dua populasi yang terpisah dengan stuktur genetik yang sama menghanyut menjadi dua populasi divergen dengan set alel yang berbeda.
Waktu untuk sebuah alel menjadi tetap oleh hanyutan genetika bergantung pada ukuran populasi, dengan fiksasi terjadi lebih cepat dalam populasi yang lebih kecil. Pengukuran populasi yang tepat adalah ukuran populasi efektif, yakni didefinisikan oleh Sewall Wright sebagai bilangan teoritis yang mewakili jumlah individu berkembangbiak yang akan menunjukkan derajat perkembangbiakan terpantau yang sama.
Walaupun seleksi alam bertanggung jawab terhadap adaptasi, kepentingan relatif seleksi alam dan hanyutan genetika dalam mendorong perubahan evolusioner secara umum merupakan bidang riset pada biologi evolusioner. Investigasi ini disarankan oleh teori evolusi molekuler netral, yang mengajukan bahwa kebanyakan perubahan evolusioner merupakan akibat dari fiksasi mutasi netral yang tidak memiliki efek seketika pada kebugaran suatu organisme. Sehingga, pada model ini, kebanyakan perubahan genetika pada sebuat populasi merupakan akibat dari tekanan mutasi konstan dan hanyutan genetika.
genetic detection
2. Gene Flow
Gene Flow (aliran gen) adalah pelanggaran syarat kesetimbangan Hardy Weinberg. Gene flow dapat terjadi apabila satu individu pergi
meninggalkan populasi asal atau melakukan emigrasi ke populasi lain dan
masuknya individu ke dalam populasi yang berbeda sehingga
mengakibatkan perubahan alel pada individu.
Migrasi ke dalam atau keluar suatu populasi dapat bertanggungjawab terhadap perubahan frekuensi alel (proporsi anggota yang membawa varian gen tertentu). Imigrasi juga dapat menyebabkan penambahan varian genetika baru ke dalam lungkang gen spesies atau populasi tertentu yang telah ada.
Terdapat sejumlah faktor-faktor yang mempengaruhi aliran gen antara populasi-populasi yang berbeda. Salah satu faktor yang paling signifikan adalah mobilitas. Semakin besar mobilitas suatu individu, semakin besar potensi migrasi individu tersebut. Hewan cenderung lebih mudah berpindah daripada tumbuhan, walaupun serbuk sari dan biji dapat diangkut oleh hewan atau angin ke lokasi yang sangat jauh.
Aliran gen antara dua populasi secara terus menerus dan terjaga juga dapat menyebabkan kombinasi dua lungkang gen, mengurangi variasi genetika antara dua kelompok. Adalah karena alasan inilah aliran gen dengan kuat memperlambat/mengurangi spesiasi dengan merekombinasi lungkang gen antar kelompok.
 






Gambar 1.3 :Singa jantan meninggalkan kelompok
 dimana ia lahir, dan menuju ke kelompok
 yang baru untuk berkawin.
Hal ini menyebabkan aliran gen antar kelompok singa.

Aliran gen merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari. Transfer gen antar spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer gen horizontal.
Migrasi ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat menambah bahan genetika baru ke lungkang gen yang telah ada pada suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi antara dua populasi yang berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, aliran gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan genetika yang berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi oleh barisan gunung, samudera, dan padang pasir. Bahkan bangunan manusia seperti Tembok Raksasa Cina dapat menghalangi aliran gen tanaman.
Bergantung dari sejauh mana dua spesies telah berdivergen sejak leluhur bersama terbaru mereka, adalah mungkin kedua spesies tersebut menghasilkan keturunan, seperti pada kuda dan keledai yang hasil perkawinan campurannya menghasilkan bagal. Hibrid tersebut biasanya mandul, oleh karena dua set kromosom yang berbeda tidak dapat berpasangan selama meiosis. Pada kasus ini, spesies yang berhubungan dekat dapat secara reguler saling kawin, namun hibrid yang dihasilkan akan terseleksi keluar, dan kedua spesies ini tetap berbeda. Namun, hibrid yang berkemampuan berkembang biak kadang-kadang terbentuk, dan spesies baru ini dapat memiliki sifat-sifat antara kedua spesies leluhur ataupun fenotipe yang secara keseluruhan baru. Pentingnya hibridisasi dalam pembentukan spesies baru hewan tidaklah jelas, walaupun beberapa kasus telah ditemukan pada banyak jenis hewan, Hyla versicolor merupakan contoh hewan yang telah dikaji dengan baik.
Hibridisasi merupakan cara spesiasi yang penting pada tanaman, karena poliploidi (memiliki lebih dari dua kopi pada setiap kromosom) dapat lebih ditoleransi pada tanaman dibandingkan hewan. Poliploidi sangat penting pada hibdrid karena ia mengijinkan reproduksi, dengan dua set kromosom yang berbeda, tiap-tiap kromosom dapat berpasangan dengan pasangan yang identik selama meiosis. Poliploid juga memiliki keanekaragaman genetika yeng lebih yang mengijinkannya menghindari depresi penangkaran sanak (inbreeding depression) pada populasi yang kecil.
Transfer gen horizontal merupakan transfer bahan genetika dari satu organisme ke organisme lainnya yang bukan keturunannya. Hal ini paling umum terjadi pada bakteri. Pada bidang pengobatan, hal ini berkontribusi terhadap resistansi antibiotik. Ketika satu bakteri mendapatkan gen resistansi, ia akan dengan cepat mentransfernya ke spesies lainnya. Transfer gen horizontal dari bakteri ke eukariota seperti khamir Saccharomyces cerevisiae dan kumbang Callosobruchus chinensis juga dapat terjadi. Contoh transfer dalam skala besar adalah pada eukariota bdelloid rotifers, yang tampaknya telah menerima gen dari bakteri, fungi, dan tanaman. Virus juga dapat membawa DNA antar organisme, mengijinkan transfer gen antar domain. Transfer gen berskala besar juga telah terjadi antara leluhur sel eukariota dengan prokariota selama akuisisi kloroplas dan mitokondria.

3. Mutasi
Suatu mutasi adalah suatu perubahan turun temurun di dalam konstitusi Genetik dari suatu organisma, pada umumnya di tingkat gen. Sejak total genetik diperbaiki pada suatu pohon (genotypenya) ditentukan oleh tindakan dan interaksi beribu-ribu kombinasi allelic dan genic, mutasi dapat terjadi di suatu tempat dalam suatu organisma dengan frekwensi patut dipertimbangkan, tetapi ini tidak akan sering terjadi untuk gen spesifik dan gen lain yang kompleks atau untuk memberikan karakteristik pohon.
         Walaupun membicarakan tentang frekwensi mutasi nyata jumlah tak lain hanya suatu praktek akademis, sebab mereka sangat bertukar-tukar oleh jenis dan loci di dalam jenis, suatu figur umum sering dikutip adalah 1 dalam 10,000 sampai 1 dalam 100,000 gen. Ketika seseorang mempertimbangkan bahwa pohon mempunyai sepuluh ribu gen, biasa untuk pohon tunggal mempunyai beberapa mutasi. Kebanyakan tersimpan dan hanya mempunyai sedikit efek pada phenotype pohon itu.
         Mutasi terjadi kurang lebih secara acak. Kebanyakan mutasi adalah mengganggu, dan banyak yang hilang dari populasi itu. Melewati waktu, kekuatan evolusi sudah membuat banyak populasi yang baik menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan gen dan gen kompleks populasi yang lebih sesuai untuk pertumbuhan dan reproduksi. Kesempatan mutasi acak akan meningkatkan sistem koordinasi yang baik adalah sangat kecil.
Ada sejumlah kekuatan yang mengubah pola variasi dalam populasi. Meningkat dengan mutasi dan gen flow dan yang dikurangi oleh seleksi alami dan genetik drift. Beberapa Mutasi tertahan dalam populasi, sungguhpun merupakan gangguan, sebab mereka dari type yang resesif dan tidaklah dapat ditemukan atau dikenali kecuali jika terbentuk homozygous. Nilai mutasi macam ini tidak mungkin yang diketahui. Mungkin hanya menjadi penting kemudian ketika kekuatan berbeda mempengaruhi lingkungan dan mutasi yang tadinya sia-sia, membuat pohon lebih cocok untuk tumbuh dan atau bereproduksi.
             Mutasi netral atau resesif ini tidak secara normal mengganggu suatu sistem genetik terintegrasi seperti akan suatu yang dominan. Oleh karena itu, mereka dapat terbawa sepanjang populasi untuk banyak generasi. Walaupun mutasi mungkin kecil dan jarang, akan menghasilkan variasi yang mungkin membuat suatu pohon dapat menyesuaikan diri seperti pada perubahan lingkungan.

4. Perkawinan Tak Acak
Perkawinan tak acak dapat mengakibatkan alel yang membawa sifat lebih disukai akan menjadi lebih sering dijumpai dalam populasi, sedangkan alel dengan sifat yang tidak disukai akan berkurang dan mungkin akan hilang dari populasi. Perkawinan yang terjadi antar keluarga dekat dapat mengakibatkan frekuensi gen abnormal atau gen resesif.
Yang dimaksud dengan perkawinan tak acak dalah pelanggaran syarat kesetimbangan Hardy Weinberg yang mengharapkan perkawinan acak. Nyatanya, individu akan lebih sering kawin dengan tetangganya (bahkan kawin dengan dirinya sendiri / selfing yang amat umum pada tumbuhan). Hal ini akan mengurangi jumlah heterozygote dan meningkatkan jumlah homozygote dominan dan resesif. Pun ada jenis perkawinan berdasar pilihan (assortative mating), yakni individu (biasanya betina) cenderung memilih jantan dengan ciri-ciri khusus. Bisa ditebak, ini menyebabkan pergeseran dalam perbandingan alel tertentu.

5. Seleksi Alam
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Seleksi alam kuat yang  pada  umumnya  mengurangi variabilitas (Mason dan Langenhiem,1961).  Sebab menentukan pohon yang     akan tumbuh dan bereproduksi, mempunyai suatu directional (nonrandom) mempengaruhi perbaikan genetik pohon dalam suatu populasi.   Seleksi   alami   menyokong fittest, kombinasi gen membuat lebih cocok untuk tumbuh dan bereproduksi pada lingkungan yang ditentukan.
Seleksi alami memelihara dan mengakibatkan suatu peningkatan dibanyak genotypes yang paling cocok untuk suatu lingkungan spesifik. Walaupun seperti umumnya proses yang mengurangi variabilitas, seleksi alami dapat benar-benar memelihara atau meningkatkan variasi jika seleksi menyokong heterozygotes.
Adanya pendapat bahwa seleksi alam dapat menjelaskan evolusi mikro, namun tidak dapat menjelaskan asal dari spesies baru dan ordo kehidupan yang lebih tinggi. WTX035213biologi evolusioner telah menulis secara luas mengenai bagaimana seleksi alam dapat menghasilkan spesies baru. Sebagai contoh, dalam model yang disebut allopatri, dikembangkan oleh Ernst Mayr dari Harvard University, bila sebuah populasi organisme terisolasi dari spesies lain oleh batasan geografis, ia dapat menjadi subjek dari tekanan selektif berbeda. Perubahan dapat terakumulasi dalam populasi terisolasi. Bila perubahan tersebut menjadi begitu signifikan sehingga kelompok tersebut tidak dapat lagi kawin dengan kelompok asalnya, maka kelompok tersebut dapat terisolasi secara reproduktif dan pada gilirannya menjadi spesies baru. Seleksi alam adalah mekanisme evolusi yang paling baik dipelajari, namun biolog terbuka pada kemungkinan lain pula. Biolog secara tetap mempelajari potensi mekanisme genetik tak wajar yang potensial menyebabkan spesiasi atau untuk menghasilkan fitur kompleks dari organisme. Lynn Margulis dari University of Massachusetts at Amherst dan lainnya telah mengajukan secara persuasif bahwa beberapa organel seluler, seperti pabrik energi mitokondria, berevolusi lewat penggabungan simbiotik organisme purba. Maka, sains mempersilakan kemungkinan evolusi dihasilkan dari gaya2 di luar seleksi alam. Tetap saja gaya2 tersebut haruslah alami; mereka tidak dapat diatributkan pada tindakan kecerdasan kreatif yang misterius yang keberadaannya, dalam istilah ilmiah, tak terbukti.
Ada sumber yang menjelaskan bahwa seleksi alam adalah proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan keberlangsungan dan reproduksi suatu organisme menjadi (dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang "terbukti sendiri" karena:
v  Variasi terwariskan terdapat dalam populasi organisme.
v  Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup
v  Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang tidak menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.
Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah organisme. Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi, alel tersebut menjadi lebih umum dalam populasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan hidup dan fekunditas. Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang menguntungkan atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya menguntungkan bisa menjadi merugikan.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi menengah tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah dapat menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Bidang riset yang aktif dalam bidang biologi evolusi pada saat ini adalah satuan seleksi, dengan seleksi alam diajukan bekerja pada tingkat gen, sel, organisme individu, kelompok organisme, dan bahkan spesies. Dari model-model ini, tiada yang eksklusif, dan seleksi dapat bekerja pada beberapa tingkatan secara serentak. Di bawah tingkat individu, gen yang disebut transposon berusaha menkopi dirinya di seluruh genom. Seleksi pada tingkat di atas individu, seperti seleksi kelompok, dapat mengijinkan evolusi ko-operasi.
Apakah seleksi alami bekerja untuk menyokong heterozygotes (memelihara variabilitas) atau homozygotes (mengurangi variabilitas) sekarang ini suatu topik patut dipertimbangkan ( lihat, sebagai contoh, Lewinton,1974), walaupun kebanyakan ahli genetika berpikir bahwa seleksi bekerja mengurangi variasi dengan kebaikan alleles terbaik dalam suatu kondisi homozygous.
Sering sukar untuk menilai efek seleksi sebab sangat banyak faktor terlibat dalam penentuan pohon yang terbaik dicoba untuk tumbuh dan bereproduksi. Masing-Masing karakteristik baik mempunyai nilai seleksi sendiri, dan adaptasi yang diciptakan oleh satu faktor positif lain atau dengan mengurangi pengaruh yang lain. Secara umum, seleksi alami dianggap sebagai suatu kekuatan kuat untuk mengurangi variabilitas di dalam suatu populasi dalam arah yang ditentukan.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat biston betularia. Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia hitam. Namun setelah terjadinya revolusi industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit daripada ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan ngengat biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas dari asap industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga populasi ngengat biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
ngenat putih.jpg
Gambar 1.4 : ngengat biston betularia putih dan hitam

Intinya adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi. Seleksi alam menyebabkan perbandingan alel yang diturunkan ke generasi berikutnya menjadi berubah dibandingkan perbandingan alel di populasi awal. Di antara semua faktor mikroevolusi yang kita bahas, hanya seleksi alam yang mampu menyesuaikan populasi dengan lingkungannya. Seleksi alam mengakumulasi dan mempertahankan genotipe yang menguntungkan dalam populasi. Jika lingkungan berubah, seleksi alam akan “merespons” dengan mempertahankan genotipe yang cocok dengan lingkungan yang baru. Akan tetapi, derajat adaptasi hanya dapat diperluas dalam ruang lingkup keanekaragaman genetik populasi tersebut.
Gambar 1.5: Seleksi alam populasi berwarna kulit gelap.

Mekanisme utama untuk menghasilkan perubahan evolusioner adalah seleksi alam dan hanyutan genetika. Seleksi alam memfavoritkan gen yang meningkatkan kapasitas keberlangsungan dan reproduksi. Hanyutan genetika merupakan perubahan acak pada frekuensi alel, disebabkan oleh percontohan acak (random sampling) gen generasi selama reproduksi. Aliran gen merupakan transfer gen dalam dan antar populasi. Kepentingan relatif seleksi alam dan hanyutan genetika dalam sebuah populasi bervariasi, tergantung pada kuatnya seleksi dan ukuran populasi efektif, yang merupakan jumlah individu yang berkemampuan untuk berkembang biak. Seleksi alam biasanya mendominasi pada populasi yang besar, sedangkan hanyutan genetika mendominasi pada populasi yang kecil. Dominansi hanyutan genetika pada populasi yang kecil bahkan dapat menyebabkan fiksasi mutasi yang sedikit merugikan. Karenanya, dengan mengubah ukuran populasi dapat secara dramatis mempengaruhi arah evolusi. Leher botol populasi, di mana populasi mengecil untuk sementara waktu dan kehilangan variasi genetika, menyebabkan populasi yang lebih seragam. Leher botol disebabkan oleh perubahan pada aliran gen, seperti migrasi yang menurun, ekspansi ke habitat yang baru, ataupun subdivisi populasi.
Mikroevolusi dapat dikontraskan dengan makroevolusi, yang merupakan peristiwa terjadinya perubahan skala besar pada frekuensi gen dalam suatu populasi selama periode geologis yang panjang. Perbedaan ini pada dasarnya hanya berbeda pada pendekatan yang dilakukan saja. Mikroevolusi bersifat reduksionis, sedangkan makroevolusi bersifat holistik.






BAB III
PENUTUP


1.     Kesimpulan

Dari hasil kajian dan pembahasan tentang mikro evolusi yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :
Mikroevolusi adalah  proses evolusi yang hanya mengakibatkan perubahan dalam skala kecil. Mikroevolusi ini hanya mengarah pada perubahan frekuensi gen atau kromosom.
Makroevolusi dianggap sebagai akibat jangka panjang dari mikroevolusi. Sehingga perbedaan antara mikroevolusi dengan makroevolusi tidaklah begitu banyak terkecuali pada waktu yang terlibat dalam proses tersebut. Namun, pada makroevolusi, sifat-sifat keseluruhan spesies adalah penting. Misalnya, variasi dalam jumlah besar di antara individu mengijinkan suatu spesies secara cepat beradaptasi terhadap habitat yang baru, mengurangi kemungkinan terjadinya kepunahan. Sedangkan kisaran geografi yang luas meningkatkan kemungkinan spesiasi dengan membuat sebagian populasi menjadi terisolasi. Dalam pengertian ini, mikroevolusi dan makroevolusi dapat melibatkan seleksi pada tingkat-tingkat yang berbeda, dengan mikroevolusi bekerja pada gen dan organisme, versus makroevolusi yang bekerja pada keseluruhan spesies dan mempengaruhi laju spesiasi dan kepunahan.
Adanya lima faktor penyebab mikro evolusi, yaitu Genetik drift (hanyutan genetik), Gane Flow (aliran gen), Mutasi, Perkawinan tak acak, dan Seleksi alam.
Mikroevolusi dapat dikontraskan dengan makroevolusi, yang merupakan peristiwa terjadinya perubahan skala besar pada frekuensi gen dalam suatu populasi selama periode geologis yang panjang. Perbedaan ini pada dasarnya hanya berbeda pada pendekatan yang dilakukan saja. Mikroevolusi bersifat reduksionis, sedangkan makroevolusi bersifat holistik.

DAFTAR PUSTAKA


Avers, Charlotte.1989. Process and Pattern in Evolution, Oxford University Press Charles Darwin ,Richard E.Leakey,Origin Of Species.
Marston Bates.1979.Manusia Dengan Alamnya.Dewan Bahasa Dan Pustaka.
R.E Soeriaatmadja ,1973 .Makna Evolusi Bagi Manusia .Jabatan Sains Hayat UKM.
Su, H et al. 2003. The Great Wall of China: a physical barrier to gene flow?.Heredity: Volume 9 Pages 212-219
Sulaiman Haji Nordin & Suzanah Abdullah. 1978. TEORI EVOLUSI Suatu fakta Atau Asas Ideologi. Akademi Sains Islam Malaysia.
Sulaiman Haji Nordin,1997 .Sejarah Pemikiran ; Sumber Ilmu ,Perbandingan Ideologi Dan ‘Order Baru Dunia’. Pusat Pengajian Umum UKM.




GLOSARIUM

Prokariota adalah makhluk hidup yang tidak punya inti sel
Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom
Frekuensi adalah perbandingan banyaknya individu dalam suatu kelas
terhadap jumla seluruh individu.
Frekuensi alel adalah perbandingan suatu
alel setiap individu dalam suatu kelas terhadap jumlah seluruh individu
Frekuensi alel adalah proporsi ataupun perbandingan keseluruhan kopi gen yang terdiri dari suatu varian gen tertentu (alel)
alel (dari bahasa Inggris allele) merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen atau urutan basa nitrogen pada suatu segmen DNA tertentu (lokus). Alel terbentuk karena adanya perbedaan kecil (variasi) pada satu atau sejumlah urutan basa tertentu. Lokus yang memiliki alel dalam suatu populasi dikatakan bersifat polimorfik dan, sebaliknya, dikatakan bersifat monomorfik ("satu bentuk") apabila tidak memiliki variasi. Karena gen atau segmen DNA dapat diekspresikan menjadi suatu fenotipe tertentu, adanya alel dapat mengakibatkan perbedaan penampilan di antara individu-individu dalam suatu populasi.
Fekunditas secara umum berarti kemampuan untuk bereproduksi. Dalam biologi, fekunditas adalah laju reproduksi aktual suatu organisme atau populasi yang diukur berdasarkan jumlah gamet, biji, ataupun propagula aseksual. Dalam bidang demografi[1][2], fekunditas adalah kapasitas reproduksi potensial suatu individu ataupun populasi. Fekunditas berada di bawah kontrol genetik maupun lingkungan dan merupakan ukuran utama kebugaran biologi suatu spesies


Tidak ada komentar:

Posting Komentar