BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap Organisme di dunia ini tersusun atas
sel-sel yang saling berintegrasi membentuk suatu fungsi tertentu dalam tubuh
makhluk hidup. Baik organisme tingkat seluler (Uniseluler) maupun organisme Multiseluler.
Semua sel berasal dari sel yang telah
ada sebelumnya, di dalam sel terjadi fungsi-fungsi vital demi kelangsungan
hidup organisme dan terdapat informasi mengenai regulasi fungsi tersebut yang dapat diteruskan
pada generasi sel berikutnya (Tom & Andrew 1999 : 1).
Sel pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke
pada tahun 1665 yang mengamati jaringan gabus pada pada tumbuhan dengan
menggunakan lensa pembesar. Robert Hooke telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop
yang dirancangnya sendiri. Gabus merupakan bangunan yang berlubang-lubang kecil
seperti susunan sarang lebah yang dipisahkan oleh “diafragma“.
Bangunan seperti sarang lebah ini selanjutnya disebut dengan Cell
(sel). Nama sel diambilnya dari bahasa Yunani “Kytos”
yang berarti ruang kosong, sedangkan bahasa latin ruang kosong adalah “cella“. Bahasa
Latin cellula yang berarti rongga/ruangan (Anshory 1994: 1).
Pada tahun 1835, sebelum teori sel menjadi lengkap, Jan Evangelista PurkynÄ› melakukan
pengamatan terhadap granula pada tanaman melalui
mikroskop. Teori sel kemudian dikembangkan pada tahun 1839 oleh Matthias Jakob
Schleiden dan Theodor Schwann yang mengatakan
bahwa semua makhluk hidup atau organisme
tersusun dari satu sel tunggal, yang disebut uniselular, atau lebih, yang
disebut multiselular (Anshory 1994: 2).
Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan
hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang
ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga
memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota
beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota
beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi (Tom & Andrew 1999: 1).
Diferensiasi sel adalah
proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak
pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan.
Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit. Saat
sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan berulang
kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang
spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan diferensiasi (Anonim A
2010: 3).
Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh
genom. Genom yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set
gen yang berbeda, bergantung pada
jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya, pada sel retina mata, tentu gen
penyandi karakteristik penangkap cahaya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih
banyak daripada ekspresi gen indera lainnya (Anonim A 2010: 3).
Secara umum setiap sel memiliki membran
sel, sitoplasma,
dan inti sel
atau nukleus. Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma
berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang
memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel
memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan
"kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya
reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh
jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah
bentuk. (Tom & Andrew 1999: 2).
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati bentuk-bentuk
dan mengenali bagian-bagian sel pada hewan dan tumbuhan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Sel tumbuhan adalah bagian terkecil
dari setiap organ tumbuhan. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan
itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik
lainnya. Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan memiliki beberapa kekhususan
yang tidak ditemukan pada sel hewan. jika kamu perhatikan beberapa jenis hewan,
baik invertebrate maupun vertebrata dapat melakukan pergerakan untuk
berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lainnnya. Seekor harimau dengan
sangat lentur berlari kencang mengejar mangsanya. Hal tersebut karena struktur
satuan penyusun jaringan tubuhnya tidak kaku (Anonim B 2010: 1).
Menurut (Anonim D 2010: 1), bahwa fitur-fitur berbeda
tersebut meliputi:
·
Vakuola yang besar dibanding sel hewan (dikelilingi membran,
disebut tonoplas,
yang menjaga turgor sel dan mengontrol pergerakan molekul di antara sitosol dan
getah. Vakuola sel tumbuhan bersifat menetap. Sel-sel tumbuhan yang memiliki
vakuola –paling– besar adalah sel-sel parenkim dan kolenkim.
·
Dinding
sel yang tersusun atas selulosa dan protein, dalam banyak kasus lignin, dan
disimpan oleh protoplasma di luar membran sel.
Ini berbeda dengan dinding sel fungi, yang dibuat dari kitin, dan
prokariotik, yang dibuat dari peptidoglikan.
Diantara
dinding dua sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, tersusun atas magnesium
dan kalium pekat berupa gel. Diantara dua sel bertetangga (saling menempel)
terdapat pori. Melalui pori ini dua sel dihubungkan oleh benang-benang plasma
yang dikenal plasmodesmata. Dinding sel dibentuk oleh diktiosom. Bersama dengan
vakuola, dinding sel berperan dala turgiditas sel (kekakuan sel). Ia
mengakibatkan bentuk sel tetap. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan
penunjang. Dinding yang terbentuk pada waktu sel membelah disebut dinding
primer dan setelah mengalami penebalan, berubah menjadi dinding skunder.
Dinding primer sel merupakan selaput tipis yang tersusun atas serat-serat
selulosa. Serat ini amat kuat daya regangnya. Dinding sel yang kaku tersusun
atas polisakarida: hemiselulosa dan pektin. Dinding sel skunder dimiliki oleh sel-sel dewasa. Dinding sekunder
memiliki kandungan selulosa lebih banyak berkisar 41-45%, juga hemiselulosa dan
lignin (Tom & Andrew 1999: 2).
·
Plasmodesmata,
merupakan pori-pori penghubung pada dinding sel memungkinkan setiap sel
tumbuhan berkomunikasi dengan sel berdekatan lainnya. Ini berbeda dari jaringan
hifa yang digunakan
oleh fungi.
·
Plastida, tidak terdapat di dalam sel hewan, terutama kloroplas
yang mengandung klorofil,
pigmen yang
memberikan warna hijau bagi tumbuhan dan memungkinkan terjadinya fotosintesis.
Bentuk
plastida bisa bulat, oval maupun cakram. Plastida dibedakan menjadi leukoplas,
kromoplas dan kloroplas, dimana ketiganya merupakan perkembangan dari
proplastida (plastida muda).
·
Kelompok tumbuhan tidak berflagella (termasuk konifer dan tumbuhan berbuga) juga
tidak memiliki sentriol yang terdapat di sel hewan.
Tumbuhan
sama sekali tidak mampu melakukan pergerakan dan bersifat menetap serta kaku.
Perbedaan ini jelas menggambarkan bahwa komponen penyusun sel pada tumbuhan
berbeda dengan penyusun sel pada hewan, tumbuhan mampu menghasilkan atau
mensintesis makanan sendiri, sedangkan hewan sama sekali tidak mampu. Hal ini
membuktikan bahwa komponen sel tumbuhan berbeda dengan hewan (Alberts 2002: 4).
Sel hewan adalah nama umum untuk sel eukariotik yang
menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel
eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel,
dan kloroplas,
dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak
memiliki dinding
sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya. Sel manusia adalah salah satu
jenis sel hewan (Anonim C 2010:
1).
Secara
umum sel hewan tidak memiliki vakuola. Jika ada vakuola, ukurannya sangat
kecil. Pada beberapa jenis hewan bersel satu ditemukan adanya vakuola, misalnya
Amoeba dan Paramecium. Terdapat dua macam vakuola, yaitu vakuola kontraktil sebagai
alat osmoregulasi dan vakuola non
kontraktil sebagai penyimpan makanan (Anonim C 2010: 1).
Bagian
paling besar pada sel hewan adalah nukleus. Dalam satu sel hewan terdapat
dua sentriol. Kedua sentriol ini terdapat dalam satu tempat yang disebut
sentrosom. Saat pembelahan sel, tiap sentriol memisahkan diri menuju kutub yang
berlawanan dan memancarkan benang-benang gelendong pembelahan yang akan
menjerat kromosom (Johnson 2002: 2).
Siklus sel
adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom
yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan
yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang
(siklik). Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan
yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup (Anshory 1994: 2).
Menurut Anonim A (2010: 2), bahwa selel tumbuhan dan
sel hewan mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:
·
Sel Tumbuhan
Sel
tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai
dinding
sel dari selulosa,
mempunyai plastida,
mempunyai vakuola atau rongga sel yang besar, menyimpan
tenaga dalam bentuk butiran (granul)
pati, tidak
mempunyai sentrosom,
tidak memiliki lisosom
dan nukleus lebih kecil daripada vakuola.
|
|||
|
|||
Menurut Anonim D
(2010: 2), bahwa terdapat sel-sel khusus yaitu :
·
Sel Tidak Berinti
Contohnya trombosit dan
eritrosit
(Sel darah merah). Di dalam sel darah merah, terdapat hemoglobin
sebagai pengganti nukleus (inti sel).
·
Sel Berinti Banyak
Contohnya Paramecium
sp dan sel otot.
·
Sel hewan berklorofil
Contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan
uniseluler berklorofil.
·
Sel pendukung
Contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati
dan meninggalkan dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua
ini sangatlah membantu dalam proses transpirasi pada tumbuhan.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22
September 2010, pukul 13.20-15.20 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol
70%, kaca objek, kaca penutup, mikroskop, pipet tetes, pinset, sendok, silet
atau cutter dan skalpel. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini
adalah daun Hydrilla verticilata,
Larutan JKJ atau metilen blue (jika ada), sel epitel mukosa rongga mulut, serta
selaput dalam umbi lapis (bawang).
3.3. Cara kerja
1. Sel Epitel Rongga Mulut
Tangkai skalpel dibersihkan dengan alkohol 70% dengan
menggunakan scalpel atau bisa juga dengan cutton bud, bagian pipi dikorek untuk
mengambil mukosa sel epitel, kemudian korekan tadi dioleskan pada gelas benda
dan ditetesi larutan janus green B (dapat diganti akuades) lalu di tutup dengan
kaca penutup, dan mikroskop di amati mulai dari perbesaran kecil lalu untuk
perbesaran besar akan di gambar 2 atau 3 sel beserta keterangannya dari
bagian-bagian sel yang tampak.
2. Sel Umbi Lapis Bawang
Selaput bagian dalam umbi lapis yang berwarna putih
dari bawang merah diambil dengan menggunakan pinset, kemudian selaput tipis
tadi diletakkan pada kaca atau gelas objek, di tetesi larutan JKJ/metilen blue,
lalu ditutup dengan gelas penutup dan mikroskop di amati mulai dari perbesaran
kecil lalu untuk perbesaran besar akan di gambar 2 atau 3 sel beserta
keterangannya dari bagian-bagian sel yang tampak.
3. Sel Daun Hydrilla verticilata
Daun Hydrilla
verticillata diletakkan pada gelas objek kemudian ditetesi air, ditutup
dengan gelas penutup, kemudian mikroskop diamati sambil memperhatikan aliran
sitoplasma pada setiap sel dan mikroskop di amati mulai dari perbesaran kecil
lalu untuk perbesaran besar akan di gambar 2 atau 3 sel beserta keterangannya
dari bagian-bagian sel yang tampak aliran sitoplasma akan ditandai dengan tanda
panah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
1. Sel Epitel Rongga Mulut
Klasifikasi:
Kingdom :
Divisi/Phylum :
Class :
Ordo :
Family :
Genus :
Spesies :
Nama Umum :
Keterangan Gambar :
2. Sel Umbi Lapis Bawang
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Ordo :
Liliales
Family : Alliaceae
Genus : Allium
Spesies : A. ascalonicum
Nama Ilmiah : Allium ascalonicum
Nama Umum :
Bawang merah
Keterangan Gambar:
3. Sel Daun Hydrilla verticillata
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi/Phylum :
Class :
Ordo : Alismatales
Family : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla
verticillata
Nama Umum : Hydrocharitaceae
Keterangan Gambar:
4.2. Pembahasan
Dari praktikum didapat hasil berupa gambar sel epitel
rongga mulut, sel umbi lapis bawang, dan Sel Daun Hydrilla verticillata.
Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan
fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Perbedaan
antara sel hewan dan sel tumbuhan dapat kita lihat dari organel-organel yang
dimiliki oleh masing-masing sel hewan dan sel tumbuhan.
Dinding sel hanya ditemukan pada sel tumbuhan,
sehingga sel tumbuhan bersifat kokoh dan kaku atau tidak lentur seperti sel
hewan. Dinding sel tumbuhan banyak tersusun atas selulosa, suatu polisakarida
yang terdiri atas polimer glukan (polimer glukosa). Dinding sel tumbuhan
berfungsi untuk melindungi, mempertahankan bentuknya serta mencegah kehilangan
air secara berlebihan. Adanya dinding sel yang kuat, menyebabkan tumbuhan dapat
berdiri tegak melawan gravitasi bumi (Anonim D 2007: 2).
Tumbuhan memiliki beberapa bagian yaitu dinding sel,
kloroplas ini mengandung pigmen fotosintesis yang mampu melangsungkan proses
fotosintesis, sehingga tumbuhan digolongkan sebagai produsen karena
kemampuannya menghasilkan makanan sendiri., lisosom, sentriol, cincin
kontraktil, vakuola, plasmodesmata (Anonim
D 2007: 2).
Menurut Ensiklopedia Nasional
Indonesia (1997: 136) sel yang dikatakan hidup adalah sel yang masih memiliki
inti sel dan sitoplasma. Sel Hewan tidak memiliki dinding sel dengan bentuk
yang tidak tetap sedangkan sel tumbuhan memiliki dinding sel, membran sel,
kloroplas dan bentuk yang tetap (memiliki bentuk). Sel bawang merah (Allium
cepa) berbentuk heksagonal, di dalamnya terdapat protoplasma sehingga sel
bawang merah dinyatakan hidup dengan warna merah muda. Perbesaran yang
dilakukan sebesar 10 x dengan menggunakan mikroskop listrik.
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel
hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel
dari selulosa,
mempunyai plastida,
mempunyai vakuola atau rongga sel yang besar, menyimpan tenaga
dalam bentuk butiran (granul)
pati, tidak mempunyai sentrosom, tidak
memiliki lisosom
dan nukleus lebih kecil daripada vakuola (Anonim A 2010: 2).
Sedangkan sel hewan lebih kecil
daripada sel tumbuhan, tidak mempunyai bentuk yang tetap, tidak mempunyai dinding sel, tidak mempunyai plastida, tidak
mempunyai vakuola walaupun kadang-kadang sel beberapa hewan
uniseluler memiliki vakuola tapi
tidak sebesar
yang dimiliki tumbuhan
berisi enzim hidrolitik, misalnya
lipase dan
protease organel ini berfungsi dalam proses
pencernaan intraseluler
(Anonim A 2010: 2).
Lisosom banyak ditemukan pada fagosit atau sel –sel
yang berfungang masuk ke dalam jaringmasuk kedalam jaringan tubuh, yang biasa dimiliki hewan adalah vesikel dan menyimpan
tenaga dalam bentuk butiran (granul) glikogen, memiliki lisosom dan nukleus lebih besar daripada vesikel. Plasmodesmata
merupakan bentuk hubungan atau komunikasi antar sel satu dengan sel tetangganya
yang terjalin karena adanya juluran membrane retikulum endoplasma sel yang satu
ke sel lainnya melalui suatu celah khusus yang
terbentuk di antara kedua sel yang berhimpitan
(Anonim A 2010: 2).
Tumbuhan sama sekali tidak mampu melakukan pergerakan
dan bersifat menetap serta kaku. Perbedaan ini jelas menggambarkan bahwa
komponen penyusun sel pada tumbuhan berbeda dengan penyusun sel pada hewan,
tumbuhan mampu menghasilkan atau mensintesis makanan sendiri, sedangkan hewan
sama sekali tidak mampu. Hal ini membuktikan bahwa komponen sel tumbuhan
berbeda dengan hewan (Alberts 2002: 4).
Daun Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air
yang memiliki klorofil, sehingga terlihat berwarna hijau, selnya berbentuk
heksagonal panjang seperti susunan bata,
di dalamnya terdapat bintik-bintik berwarna hijau yang disebut kloroplas.
Kloroplas juga terbungkus oleh dua membran, yaitu membran luar dan membran
dalam di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membrane, jika
diurutkan dari luar ke dalam, bagian-bagian pembangun kloroplas adalah membran
luar, ruang antimembran, membran dalam, dan stroma yang di dalamnya terdapat
tilakoid (Alberts 2002: 4).
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai “Melihat Struktur Sel
Tumbuhan dan Hewan” dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1.
Sel tumbuhan
adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan, sedangkan sel hewan bagian terkecil dari setiap
organ hewan.
2.
Semua sel berasal dari sel yang telah ada sebelumnya, di dalam
sel terjadi fungsi-fungsi vital demi kelangsungan hidup organisme dan terdapat
informasi mengenai regulasi fungsi
tersebut yang dapat diteruskan pada generasi sel berikutnya.
3.
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai
bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel dari selulosa, mempunyai
plastida, mempunyai vakuola atau rongga
sel yang besar, menyimpan tenaga dalam bentuk butiran (granul)
pati, tidak mempunyai sentrosom, tidak
memiliki lisosom
dan nukleus lebih kecil daripada vakuola.
4.
Sel hewan
adalah nama umum untuk sel eukariotik yang
menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel
eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel,
dan kloroplas,
dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak
memiliki dinding
sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya. Sel manusia adalah salah satu
jenis sel hewan.
5.
Tumbuhan sama sekali tidak mampu melakukan pergerakan
dan bersifat menetap serta kaku berbeda dengan hewan.
6.
Epitel adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang
satu sama lain langsung melekat pada suatu membrane dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K,
Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. New York and London: Garland
Science
Anonim A . 2010. Sel. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_%28biologi%29
Diakses tanggal 20 September 2010. Pukul 19.06 WIB.
Anonim B. 2010. Sel Tumbuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_tumbuhan
Diakses tanggal 20 September 2010. Pukul 19.10 WIB.
Anonim C. 2010. Sel Hewan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_hewan
Diakses tanggal 20 September 2010. Pukul 19.12 WIB.
Anonim D . 2007. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan. http://biologi.blogsome.com/2007/07/30/sel-tumbuhan-2/
Diakses tanggal 21 September 2010. Pukul 19.35 WIB.
Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1997. PT Delta Pamungkas :
Jakarta.
Tom Strachan, Andrew P Read
(1999). Human
Molecular Genetics (edisi ke-2). Wiley-Liss. hlm. Chromosomes in
cells. ISBN 1-85996-202-5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=hmg&part=A127
Tidak ada komentar:
Posting Komentar