Senin, 28 Desember 2015

PRAKTIKUM SEL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Setiap Organisme di dunia ini tersusun atas sel-sel yang saling berintegrasi membentuk suatu fungsi tertentu dalam tubuh makhluk hidup. Baik organisme tingkat seluler (Uniseluler) maupun organisme Multiseluler. Semua sel berasal  dari sel yang telah ada sebelumnya, di dalam sel terjadi fungsi-fungsi vital demi kelangsungan hidup organisme dan terdapat informasi mengenai  regulasi fungsi tersebut yang dapat diteruskan pada generasi sel berikutnya (Tom & Andrew 1999 : 1).
Sel  pertama kali dikenalkan oleh Robert Hooke pada tahun 1665 yang mengamati jaringan gabus pada pada tumbuhan dengan menggunakan lensa pembesar. Robert Hooke telah meneliti irisan tipis gabus melalui mikroskop yang dirancangnya sendiri. Gabus merupakan bangunan yang berlubang-lubang kecil seperti susunan sarang lebah yang dipisahkan oleh “diafragma“. Bangunan seperti sarang lebah ini selanjutnya disebut dengan Cell (sel).  Nama sel diambilnya dari bahasa Yunani “Kytos” yang berarti ruang kosong, sedangkan bahasa latin ruang kosong adalah “cella“. Bahasa Latin cellula yang berarti rongga/ruangan (Anshory 1994: 1).
Pada tahun 1835, sebelum teori sel menjadi lengkap, Jan Evangelista PurkynÄ› melakukan pengamatan terhadap granula pada tanaman melalui mikroskop. Teori sel kemudian dikembangkan pada tahun 1839 oleh   Matthias Jakob Schleiden dan Theodor Schwann yang mengatakan bahwa semua makhluk hidup atau organisme tersusun dari satu sel tunggal, yang disebut uniselular, atau lebih, yang disebut multiselular (Anshory 1994: 2).
Struktur sel dan fungsi-fungsinya secara menakjubkan hampir serupa untuk semua organisme, namun jalur evolusi yang ditempuh oleh masing-masing golongan besar organisme (Regnum) juga memiliki kekhususan sendiri-sendiri. Sel-sel prokariota beradaptasi dengan kehidupan uniselular sedangkan sel-sel eukariota beradaptasi untuk hidup saling bekerja sama dalam organisasi yang sangat rapi (Tom & Andrew 1999: 1).
Diferensiasi sel adalah proses pematangan suatu sel menjadi sel yang spesifik dan fungsional, terletak pada posisi tertentu di dalam jaringan, dan mendukung fisiologis hewan. Misalnya, sebuah stem cell mampu berdiferensiasi menjadi sel kulit. Saat sebuah sel tunggal, yaitu sel yang telah dibuahi, mengalami pembelahan berulang kali dan menghasilkan pola akhir dengan keakuratan dan kompleksitas yang spektakuler, sel itu telah mengalami regenerasi dan diferensiasi (Anonim A 2010: 3).
Regenerasi dan diferensiasi sel hewan ditentukan oleh genom. Genom yang identik terdapat pada setiap sel, namun mengekspresikan set gen       yang berbeda, bergantung pada jumlah gen yang diekspresikan. Misalnya, pada sel retina mata, tentu gen penyandi karakteristik penangkap cahaya terdapat dalam jumlah yang jauh lebih banyak daripada ekspresi gen indera lainnya (Anonim A 2010: 3).
Secara umum setiap sel memiliki membran sel, sitoplasma, dan inti sel atau nukleus. Sitoplasma dan inti sel bersama-sama disebut sebagai protoplasma. Sitoplasma berwujud cairan kental (sitosol) yang di dalamnya terdapat berbagai organel yang memiliki fungsi yang terorganisasi untuk mendukung kehidupan sel. Organel memiliki struktur terpisah dari sitosol dan merupakan "kompartementasi" di dalam sel, sehingga memungkinkan terjadinya reaksi yang tidak mungkin berlangsung di sitosol. Sitoplasma juga didukung oleh jaringan kerangka yang mendukung bentuk sitoplasma sehingga tidak mudah berubah bentuk. (Tom & Andrew 1999: 2).

1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati bentuk-bentuk dan mengenali bagian-bagian sel pada hewan dan tumbuhan.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya. Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan memiliki beberapa kekhususan yang tidak ditemukan pada sel hewan. jika kamu perhatikan beberapa jenis hewan, baik invertebrate maupun vertebrata dapat melakukan pergerakan untuk berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lainnnya. Seekor harimau dengan sangat lentur berlari kencang mengejar mangsanya. Hal tersebut karena struktur satuan penyusun jaringan tubuhnya tidak kaku (Anonim B 2010: 1).
Menurut  (Anonim D  2010: 1), bahwa fitur-fitur berbeda tersebut meliputi:
·        Vakuola yang besar dibanding sel hewan (dikelilingi membran, disebut tonoplas, yang menjaga turgor sel dan mengontrol pergerakan molekul di antara sitosol dan getah. Vakuola sel tumbuhan bersifat menetap. Sel-sel tumbuhan yang memiliki vakuola –paling– besar adalah sel-sel parenkim dan kolenkim.
·        Dinding sel yang tersusun atas selulosa dan protein, dalam banyak kasus lignin, dan disimpan oleh protoplasma di luar membran sel. Ini berbeda dengan dinding sel fungi, yang dibuat dari kitin, dan prokariotik, yang dibuat dari peptidoglikan. Diantara dinding dua sel yang berdekatan terdapat lamela tengah, tersusun atas magnesium dan kalium pekat berupa gel. Diantara dua sel bertetangga (saling menempel) terdapat pori. Melalui pori ini dua sel dihubungkan oleh benang-benang plasma yang dikenal plasmodesmata. Dinding sel dibentuk oleh diktiosom. Bersama dengan vakuola, dinding sel berperan dala turgiditas sel (kekakuan sel). Ia mengakibatkan bentuk sel tetap. Dinding sel berfungsi sebagai pelindung dan penunjang. Dinding yang terbentuk pada waktu sel membelah disebut dinding primer dan setelah mengalami penebalan, berubah menjadi dinding skunder. Dinding primer sel merupakan selaput tipis yang tersusun atas serat-serat selulosa. Serat ini amat kuat daya regangnya. Dinding sel yang kaku tersusun atas polisakarida: hemiselulosa dan pektin. Dinding sel skunder dimiliki oleh sel-sel dewasa. Dinding sekunder memiliki kandungan selulosa lebih banyak berkisar 41-45%, juga hemiselulosa dan lignin (Tom & Andrew 1999: 2).
·        Plasmodesmata, merupakan pori-pori penghubung pada dinding sel memungkinkan setiap sel tumbuhan berkomunikasi dengan sel berdekatan lainnya. Ini berbeda dari jaringan hifa yang digunakan oleh fungi.
·        Plastida, tidak terdapat di dalam sel hewan, terutama kloroplas yang mengandung klorofil, pigmen yang memberikan warna hijau bagi tumbuhan dan memungkinkan terjadinya fotosintesis. Bentuk plastida bisa bulat, oval maupun cakram. Plastida dibedakan menjadi leukoplas, kromoplas dan kloroplas, dimana ketiganya merupakan perkembangan dari proplastida (plastida muda).
·        Kelompok tumbuhan tidak berflagella (termasuk konifer dan tumbuhan berbuga) juga tidak memiliki sentriol yang terdapat di sel hewan.
Tumbuhan sama sekali tidak mampu melakukan pergerakan dan bersifat menetap serta kaku. Perbedaan ini jelas menggambarkan bahwa komponen penyusun sel pada tumbuhan berbeda dengan penyusun sel pada hewan, tumbuhan mampu menghasilkan atau mensintesis makanan sendiri, sedangkan hewan sama sekali tidak mampu. Hal ini membuktikan bahwa komponen sel tumbuhan berbeda dengan hewan (Alberts 2002: 4).
Sel hewan adalah nama umum untuk sel eukariotik yang menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas, dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak memiliki dinding sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya. Sel manusia adalah salah satu jenis sel hewan (Anonim C  2010: 1).
Secara umum sel hewan tidak memiliki vakuola. Jika ada vakuola, ukurannya sangat kecil. Pada beberapa jenis hewan bersel satu ditemukan adanya vakuola, misalnya Amoeba dan Paramecium. Terdapat dua macam vakuola, yaitu vakuola kontraktil sebagai alat  osmoregulasi dan vakuola non kontraktil sebagai penyimpan makanan (Anonim C  2010: 1).
Bagian paling besar pada sel hewan adalah nukleus. Dalam satu sel hewan terdapat dua sentriol. Kedua sentriol ini terdapat dalam satu tempat yang disebut sentrosom. Saat pembelahan sel, tiap sentriol memisahkan diri menuju kutub yang berlawanan dan memancarkan benang-benang gelendong pembelahan yang akan menjerat kromosom (Johnson 2002: 2).
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berulang (siklik). Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang dialami sel untuk tetap bertahan hidup (Anshory 1994: 2).
Menurut Anonim A (2010: 2), bahwa selel tumbuhan dan sel hewan  mempunyai beberapa perbedaan seperti berikut:
·     Sel Tumbuhan
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel dari selulosa, mempunyai plastida, mempunyai  vakuola  atau rongga sel yang besar, menyimpan tenaga dalam bentuk  butiran  (granul)  pati, tidak  mempunyai sentrosom, tidak memiliki lisosom dan nukleus lebih kecil daripada vakuola.
·     Sel Hewan
Sel   hewan  lebih  kecil daripada sel tumbuhan, tidak  mempunyai  bentuk   yang  tetap,    tidak     mempunyai   dinding    sel,  tidak    mempunyai  plastida,   tidak mempunyai   vakuola  walaupun kadang-kadang  sel  beberapa  hewan uniseluler memiliki   vakuola  (tapi   tidak  sebesar  yang  dimiliki  tumbuhan),   yang  biasa  dimiliki   hewan   adalah vesikel   dan  menyimpan tenaga  dalam bentuk  butiran  (granul)  glikogen,  memiliki  lisosom  dan  nukleus lebih besar daripada vesikel.


        Menurut Anonim D (2010: 2), bahwa terdapat sel-sel khusus yaitu :

·      Sel Tidak Berinti
Contohnya trombosit dan eritrosit (Sel darah merah). Di dalam sel darah merah, terdapat hemoglobin sebagai pengganti nukleus (inti sel).
·      Sel Berinti Banyak
 Contohnya Paramecium sp dan sel otot.
·      Sel hewan berklorofil
Contohnya euglena sp. Euglena sp adalah hewan uniseluler berklorofil.
·      Sel pendukung
Contohnya adalah sel xilem. Sel xilem akan mati dan meninggalkan dinding sel sebagai "tulang" dan saluran air. Kedua ini sangatlah membantu dalam proses transpirasi pada tumbuhan.







BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22 September 2010, pukul 13.20-15.20 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

3.2. Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol 70%, kaca objek, kaca penutup, mikroskop, pipet tetes, pinset, sendok, silet atau cutter dan skalpel. Sedangkan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah daun Hydrilla verticilata, Larutan JKJ atau metilen blue (jika ada), sel epitel mukosa rongga mulut, serta selaput dalam umbi lapis (bawang).

3.3. Cara kerja
1. Sel Epitel Rongga Mulut
Tangkai skalpel dibersihkan dengan alkohol 70% dengan menggunakan scalpel atau bisa juga dengan cutton bud, bagian pipi dikorek untuk mengambil mukosa sel epitel, kemudian korekan tadi dioleskan pada gelas benda dan ditetesi larutan janus green B (dapat diganti akuades) lalu di tutup dengan kaca penutup, dan mikroskop di amati mulai dari perbesaran kecil lalu untuk perbesaran besar akan di gambar 2 atau 3 sel beserta keterangannya dari bagian-bagian sel yang tampak.
2. Sel Umbi Lapis Bawang
Selaput bagian dalam umbi lapis yang berwarna putih dari bawang merah diambil dengan menggunakan pinset, kemudian selaput tipis tadi diletakkan pada kaca atau gelas objek, di tetesi larutan JKJ/metilen blue, lalu ditutup dengan gelas penutup dan mikroskop di amati mulai dari perbesaran kecil lalu untuk perbesaran besar akan di gambar 2 atau 3 sel beserta keterangannya dari bagian-bagian sel yang tampak.
3. Sel Daun Hydrilla verticilata
Daun Hydrilla verticillata diletakkan pada gelas objek kemudian ditetesi air, ditutup dengan gelas penutup, kemudian mikroskop diamati sambil memperhatikan aliran sitoplasma pada setiap sel dan mikroskop di amati mulai dari perbesaran kecil lalu untuk perbesaran besar akan di gambar 2 atau 3 sel beserta keterangannya dari bagian-bagian sel yang tampak aliran sitoplasma akan ditandai dengan tanda panah.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
1. Sel Epitel Rongga Mulut











Klasifikasi:
Kingdom               :
Divisi/Phylum      :
Class                     :
Ordo                      :
Family                  :
Genus                    :
Spesies                  :
Nama Umum        :

Keterangan Gambar :








2. Sel Umbi Lapis Bawang













Klasifikasi:
Kingdom               : Plantae
Divisi/Phylum      : Magnoliophyta
Class                     : Liliopsida
Ordo                      : Liliales
Family                  : Alliaceae
Genus                    : Allium
Spesies                  : A. ascalonicum
Nama Ilmiah          : Allium ascalonicum
Nama Umum        : Bawang merah

Keterangan Gambar:








3. Sel Daun Hydrilla verticillata













Klasifikasi:
Kingdom               : Plantae
Divisi/Phylum      :
Class                     :
Ordo                      : Alismatales
Family                  : Hydrocharitaceae
Genus                    : Hydrilla
Spesies                  : Hydrilla verticillata
Nama Umum        : Hydrocharitaceae

Keterangan Gambar:











4.2. Pembahasan
Dari praktikum didapat hasil berupa gambar sel epitel rongga mulut, sel umbi lapis bawang, dan Sel Daun Hydrilla verticillata. Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup, baik secara struktural dan fungsional. Sel merupakan satuan dasar yang menyusun organisme. Perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan dapat kita lihat dari organel-organel yang dimiliki oleh masing-masing sel hewan dan sel tumbuhan.
Dinding sel hanya ditemukan pada sel tumbuhan, sehingga sel tumbuhan bersifat kokoh dan kaku atau tidak lentur seperti sel hewan. Dinding sel tumbuhan banyak tersusun atas selulosa, suatu polisakarida yang terdiri atas polimer glukan (polimer glukosa). Dinding sel tumbuhan berfungsi untuk melindungi, mempertahankan bentuknya serta mencegah kehilangan air secara berlebihan. Adanya dinding sel yang kuat, menyebabkan tumbuhan dapat berdiri tegak melawan gravitasi bumi (Anonim D 2007: 2).
Tumbuhan memiliki beberapa bagian yaitu dinding sel, kloroplas ini mengandung pigmen fotosintesis yang mampu melangsungkan proses fotosintesis, sehingga tumbuhan digolongkan sebagai produsen karena kemampuannya menghasilkan makanan sendiri., lisosom, sentriol, cincin kontraktil, vakuola, plasmodesmata (Anonim D 2007: 2).
Menurut Ensiklopedia Nasional Indonesia (1997: 136) sel yang dikatakan hidup adalah sel yang masih memiliki inti sel dan sitoplasma. Sel Hewan tidak memiliki dinding sel dengan bentuk yang tidak tetap sedangkan sel tumbuhan memiliki dinding sel, membran sel, kloroplas dan bentuk yang tetap (memiliki bentuk). Sel bawang merah (Allium cepa) berbentuk heksagonal, di dalamnya terdapat protoplasma sehingga sel bawang merah dinyatakan hidup dengan warna merah muda. Perbesaran yang dilakukan sebesar 10 x dengan menggunakan mikroskop listrik.
Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel dari selulosa, mempunyai plastida, mempunyai  vakuola  atau rongga sel yang besar, menyimpan tenaga dalam bentuk  butiran  (granul)  pati, tidak  mempunyai sentrosom, tidak memiliki lisosom dan nukleus lebih kecil daripada vakuola (Anonim A 2010: 2).
Sedangkan sel   hewan  lebih  kecil daripada sel tumbuhan, tidak  mempunyai  bentuk   yang  tetap,    tidak     mempunyai   dinding    sel,  tidak    mempunyai  plastida,   tidak mempunyai   vakuola  walaupun kadang-kadang  sel   beberapa   hewan uniseluler memiliki   vakuola    tapi       tidak      sebesar
yang  dimiliki  tumbuhan    berisi   enzim   hidrolitik,   misalnya     lipase   dan
protease   organel   ini   berfungsi    dalam    proses    pencernaan    intraseluler
(Anonim A  2010: 2).
Lisosom banyak ditemukan pada fagosit atau sel –sel yang berfungang masuk ke dalam jaringmasuk kedalam jaringan tubuh, yang  biasa  dimiliki   hewan   adalah vesikel   dan  menyimpan tenaga  dalam bentuk  butiran  (granul)  glikogen,  memiliki  lisosom  dan  nukleus lebih besar daripada vesikel.        Plasmodesmata merupakan bentuk hubungan atau komunikasi antar sel satu dengan sel tetangganya yang terjalin karena adanya juluran membrane retikulum endoplasma sel yang satu ke sel lainnya melalui suatu celah     khusus    yang    terbentuk    di   antara   kedua   sel  yang berhimpitan
(Anonim A 2010: 2).
Tumbuhan sama sekali tidak mampu melakukan pergerakan dan bersifat menetap serta kaku. Perbedaan ini jelas menggambarkan bahwa komponen penyusun sel pada tumbuhan berbeda dengan penyusun sel pada hewan, tumbuhan mampu menghasilkan atau mensintesis makanan sendiri, sedangkan hewan sama sekali tidak mampu. Hal ini membuktikan bahwa komponen sel tumbuhan berbeda dengan hewan (Alberts 2002: 4).
Daun Hydrilla verticillata adalah tumbuhan air yang memiliki klorofil, sehingga terlihat berwarna hijau, selnya berbentuk heksagonal panjang seperti  susunan bata, di dalamnya terdapat bintik-bintik berwarna hijau yang disebut kloroplas.                Kloroplas juga terbungkus oleh dua membran, yaitu membran luar dan membran dalam di antara kedua membran tersebut terdapat ruang antar membrane, jika diurutkan dari luar ke dalam, bagian-bagian pembangun kloroplas adalah membran luar, ruang antimembran, membran dalam, dan stroma yang di dalamnya terdapat tilakoid (Alberts 2002: 4).



BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai “Melihat Struktur Sel Tumbuhan dan Hewan” dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain:
1.   Sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan, sedangkan sel hewan bagian terkecil dari setiap organ hewan.
2.   Semua sel berasal  dari sel yang telah ada sebelumnya, di dalam sel terjadi fungsi-fungsi vital demi kelangsungan hidup organisme dan terdapat informasi mengenai  regulasi fungsi tersebut yang dapat diteruskan pada generasi sel berikutnya.
3.   Sel tumbuhan lebih besar daripada sel hewan, mempunyai bentuk yang tetap, mempunyai dinding sel dari selulosa, mempunyai plastida, mempunyai  vakuola  atau rongga sel yang besar, menyimpan tenaga dalam bentuk  butiran  (granul)  pati, tidak  mempunyai sentrosom, tidak memiliki lisosom dan nukleus lebih kecil daripada vakuola.
4.   Sel hewan adalah nama umum untuk sel eukariotik yang menyusun jaringan hewan. Sel hewan berbeda dari sel eukariotik lain, seperti sel tumbuhan, karena mereka tidak memiliki dinding sel, dan kloroplas, dan biasanya mereka memiliki vakuola yang lebih kecil, bahkan tidak ada. Karena tidak memiliki dinding sel yang keras, sel hewan bervariasi bentuknya. Sel manusia adalah salah satu jenis sel hewan.
5.   Tumbuhan sama sekali tidak mampu melakukan pergerakan dan bersifat menetap serta kaku berbeda dengan hewan.
6.   Epitel adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang satu sama lain langsung melekat pada suatu membrane dasar.








DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2002. Molecular Biology of The Cell. New York and London: Garland Science

Anonim A . 2010. Sel. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_%28biologi%29
Diakses tanggal 20 September 2010. Pukul 19.06 WIB.

Anonim B. 2010. Sel Tumbuhan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_tumbuhan
Diakses tanggal 20 September 2010. Pukul 19.10 WIB.

Anonim C. 2010. Sel Hewan. http://id.wikipedia.org/wiki/Sel_hewan
Diakses tanggal 20 September 2010. Pukul 19.12 WIB.

Anonim D . 2007. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan. http://biologi.blogsome.com/2007/07/30/sel-tumbuhan-2/
Diakses tanggal 21 September 2010. Pukul 19.35 WIB.

Ensiklopedia  Nasional Indonesia. 1997. PT Delta Pamungkas : Jakarta.

Tom Strachan, Andrew P Read (1999). Human Molecular Genetics (edisi ke-2). Wiley-Liss. hlm. Chromosomes in cells. ISBN 1-85996-202-5. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi?book=hmg&part=A127


Tidak ada komentar:

Posting Komentar