Sabtu, 27 Februari 2016

When I'm be an Outbond Call

hello bloggers,

kali ini aku ingin curhat colongan dikit tentang pengalaman yang ku jalani selama 30 hari di sebuah perusahaan telekomunikasi swasta :)
tepatnya sejak tanggal 11 Januari - 11 Februari 2016 dan i'm be an outbond call.

yeahh,
banyak yang nanya, apaan sih outbond call itu?
jadi begini ceritanya tuh perusahaan lagi punya promosi untuk ke costumernya, kalau ada sebuah layanan pergantian kartu perdana karena sebuah

Kamis, 25 Februari 2016

Thats WHY

Tidak ada hal yang kebetulan dalam dunia ini.
Tentu saja semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, begitu katanya. 
Dan kamu hadir begitu saja, tanpa permisi. Masuk, kemudian masuk kebagian terdalam.
Hampir saja, aku terhisap dengan hadirnya dirimu.

Bukan karena parasmu yang sering kau umbar-umbar itu.
Pendamping hidup yang ganteng tidak terlalu penting, yang penting itu manis sudah cukup.
Yup, tapi kuakui kamu memang termasuk ganteng, meski aku tak pernah menganggap kegantenganmu adalah nilai pertama.
Yang kutahu pasti, aku menyukai pria bertubuh tinggi. Terlepas bagaimana rupanya, jadi jangan terlalu bangga ya.. Bisa jadi itu boomerang kalau kau tak tahu bersikap.

Aku menyukai cerita-cerita itu, yang sebenarnya sederhana.
Ketika kau bercerita tak membawa mobil ketika diajak nongkrong oleh teman kampusmu, ku akui ketika mendengarnya aku benar-benar senang. Oh, ternyata ada pria yang berpikir sama seperti ku. Yang lebih mementingkan kenyamanan ketimbang gengsi.
Ada? Iya, aku baru menemukannya pada mu.

Kau ingat? aku pernah tertawa terbahak-bahak, ketika kau bercerita selama ini selalu salah memilih pacar. "Harus makan berdindinglah, harus bawa mobil kalau jalan-jalan" . Kau bahkan baru kali itu makan pecel lele yang berada di samping kampus. Lelenya memang enak kan? garing. Ohya, jangan lupa pesanan minum favoritku adalah air putih. Meski kau heran, karena dikira aku penghematan heheh.. Padahal memang air putih lebih sehat kan? Kalau kamu sih kayaknya ikutan karena mau hemat :p

Iya, kamu memang ga perlu keluar banyak uang ketika bersamaku. Kamu tahu kenapa? karena menikmati kebersamaan itu menurutku jauh lebih penting. Tapi jangan kaget juga loh, kalau tahu "selera orang kaya" ku, karena sudah dipastikan berkelas dan menurutku kalau belum mampu dan masih "nadah" ke orang tua, mendingan di pending dulu. Aku tak pernah keberatan.

Kau bercerita semua mantan-mantanmu dahulu, ya ku akui semua cantik kok. Bukan sembarang orang ya? tentu saja. Tapi untuk apa mengkoleksi mantan, terus mencoba-coba. Itulah mengapa aku mengatakan "aku tak mau jadi mantanmu juga". 

Masih jelas hari itu, ketika kita berpayung dibawah semangatnya sinar mentari. Perjalanan panjang, lalu berdagang bersama. Kau tahu, moment seperti itu memang sudah lama ku impikan bersama seseorang yang spesial. Rasanya seperti tiada beban, senang sekali. Lalu sorenya kita bernyanyi ditemani hujan yang cukup deras dari luar mobil. Lagu teman hidup.. kemudian lagu fuck you hhhahaha. Oh ya, tentang cerita-cerita masa kecilmu yang kita obrolkan hingga pukul 7 malam. Tentang Mualimin, Jogja, dan sebagainya. Kadang aku berpikir, mungkin kegiatanku di Jogja memang merupakan salah satu kesempatan untuk lebih mengenal kota itu.
Kau bercerita tentang ibu mu yang menurutmu dulu sangat kejam. Kau kira aku takut?
Oh tidak sama sekali, aku malah sangat ingin untuk bercerita dan kenal dengannya lebih jauh. Rasanya beliau perlu untuk dilakukan pendekatan.. Kisah-kisah kecil itu kuanggap pembentuk masa depanmu.


Kejadian waktu aku dijambret dan menyebabkan tas ku ada padamu itu sungguh tak terduga.
Jujur saja, apa kau telah membaca buku catatanku? apa kau lihat semua kekecewaan yang ku tuang dalam tulisan-tulisan singkat. Mengertilah dan jangan gegabah. Dulu kau pernah berkata untuk jangan buru-buru. Ya, semoga itu bukan pilihan disaat terburu-buru. Senang dengan pilihanmu? entah mengapa hatiku cuma menjadi tenang, bahwa yang melewatkanku takkan pernah jadi milikku. Bila jodoh pun, tinggal datang kerumah. kau tentu tahu alamatnya kan?

Bukan apa-apa, aku bukan menutup hati. Namun sebuah proteksi diri agar nantinya tak salah lagi. Agar nantinya dijadikan istri yang turut pada suami. Saat ini aku takkan mengganggumu bersama dia. Toh aku pun pasti marah bila suatu saat pacarku masih dekat dengan wanita lain. 
aku jadi lebih kuat.

Sampai kapan kita mendiamkan rasa, terlepas begitu saja. Sejujurnya amat sedih, aku cuma yakin bila memang jodohku, pasti akan bertamu membawa rombonganmu.
Bila tidak?
Terima kasih atas semangatnya.


Seperti bebas lepas tanpa beban :) :) :)

MID oseanografi

Rounded Rectangle: NAMA : Mutia
NIM : 08101005042
 


SOAL MID SEMESTER
MK. Pengantar oseanografi

Jawaban di kumpul pada hari Jumat, tanggal 18 November 2011

  1. Jelaskan Mekanisme Pergeseran Dasar Benua Dan Samudera Dengan Teori “Plate Tectonics”!!!
  2. Jelaskan Bagaimana Distribusi SALINITAS Secara Horizontal Di Laut Terbuka!!!
  3. jelaskan tentang gambar berikut :

  1. jelaskan tentang gambar berikut :

  1. Mengapa warna cahaya di bawah permukaan laut di dominasi warna biru-hijau ?






Jawab :
1. Teori “plate tectonics” dalam bidang geologi dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Permukaan bumi dibagi enam bagian lempeng tektonik besar yang saling berhubung. Mekanisme terjadinya pergeseran dasar benua dan samudera bahwa tektonik ini bergerak secara perlahan-lahan melintasi dasar lautan dengan kecepatan rata-rata beberapa centimeter setiap tahunnya. Pada setiap lempengan akan bergerak sudut siku-siku mengarah menjauhi oceanic ridge dan hal ini menyebabkannya bergerak ke arah batas benua. Kerak bumi yang baru selalu terbentuk secara terus-menerus dan menambah lempengan pada system ridge. Cairan batu-batuan basal dari bagian dalam bumi didorong ke atas melalui retakan-retakan dan kemudian menjadi keras membentuk kerak lautan yang baru. Kerak yang baru terbentuk kemudian mendorong dan memisahkan sisa lempengan tektonik dan melintasi dasar lautan.

2.   Distribusi salinitas secara horizontal dilaut terbuka yaitu daerah yang memiliki salinitas paling tinggi berada pada daerah lintang antara 30°LU dan 30°LS kemudian menurun ke arah lintang tinggi dan khatulistiwa. Salinitas di daerah laut tropis (daerah di sekitar khatulistiwa) lebih rendah daripada salinitas di laut subtropis. Hal ini terjadi karena curah hujan lebih tinggi daripada penguapan di laut tropis yang mengakibatkan salinitas pada daerah laut tropis memiliki salinitas yang lebih rendah. Berbeda dengan daerah laut subtropis yang penguapannya lebih tinggi dibandingkan dengan curah hujan sehingga menyebabkan salinitasnya lebih tinggi daripada laut tropis.

3.  Dalam diagram ini dijelaskan bahwa hubungan suhu dan  salinitas, suhu dari densitas maksimal dan titik beku terhadap salinitas. Suhu dari densitas maksimum akan menyebabkan nilai salinitas yang nilainya mencolok, sedangkan pada saat dititik bekunya nilai salinitas tidak begitu mencolok dan agak stabil.

4. Pada gambar tersebut terdapat suatu bagian di Samudera Pasifik yang mempunyai perbedaan suhu yang mencolok yang dinamakan termoklin. Pada daerah tersebut terjadinya perubahan suhu yang terjadi bergantung pada kedalaman dan letak geografis dari bagian Samudera Pasifik tersebut.


5.  Masing-masing warna memiliki panjang gelombang tersendiri. Kemampuan cahaya untuk menembus air tergantung pada panjang gelombangnya. Semakin pendek gelombang cahaya maka akan semakin besar kekuatannya untuk menembus air. Karena itu, cahaya warna merah akan terserap pada kedalaman  kurang dari 20 meter, dan setelah itu keberadaanya tersembunyi atau tidak terlihat. Disinilah mulai muncul kegelapan warna merah. Cahaya warna oranye terserap pada sekitar kedalaman 30 meter, setelah ada kegelapan warna merah maka di bawahnya ada kegelapan warna oranye. Cahaya warna kuning terserap pada kedalaman 50 meter. Cahaya warna hijau terserap pada sekitar kedalaman 100 meter. Pada kedalaman 200 meter cahaya warna biru terserap dan begitu seterusnya. Dengan demikian, terciptalah kegelapan warna cahaya matahari di lautan secara berlapis-lapis, yang disebabkan air menyerap warna pada kedalaman yang berbeda-beda. Kegelapan di laut dalam semakin bertambah seiring kedalaman laut, hingga didominasi kegelapan pekat yang dimulai dari kedalaman lebih dari 200 meter. Lalu cahaya tidak ada sama sekali pada kedalaman lebih dari 1000 meter. 

Pengukuran Kualitas Air dan Kelimpahan Fitoplankton di Tanjung Putus Indralaya Sumatera Selatan

PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

PENGUKURAN PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR SERTA KELIMPAHAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON
DI PERAIRAN TANJUNG PUTUS INDRALAYA
SUMATERA SELATAN


OLEH
KELOMPOK IV :
1.     ABDY W.  BANJARNAHOR         (08101005030)
2.     KURNIAWAN                                  (08101005002)
3.     M. SATRIADI                                  (08101005018)
4.     MUTIA                                             (08101005042)
5.     RAMADHAN P. PUTRA                (08101005012)
6.     RACHMAT ADI FILIPUS              (08101005021)
7.     YESHI ARISTIANTIN                    (08101005017)          

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN

PENGUKURAN PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR SERTA KELIMPAHAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON
DI PERAIRAN TANJUNG PUTUS INDRALAYA
SUMATERA SELATAN
foto2378.jpg

OLEH
KELOMPOK IV :
1.                ABDY W.  BANJARNAHOR              (08101005030)
2.                KURNIAWAN                                     (08101005002)
3.                M. SATRIADI                                     (08101005018)
4.                MUTIA                                                (08101005042)
5.                RAMADHAN P. PUTRA                     (08101005012)
6.                RACHMAT ADI FILIPUS                  (08101005021)
7.               YESHI ARISTIANTIN                        (08101005017)             
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan praktikum Ekologi Perairan ini dengan tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini sendiri berjudul tentang “Kelimpahan Dan Struktur Komunitas Fitoplankton Di Perairan  Danau/Waduk, Universitas  Sriwijaya” Laporan  ini berguna untuk menunjang pembelajaran kami para mahasiswa dalam mata kuliah Ekologi Perairan. Laporan ini sendiri menjelaskan tentang  hasil praktikum lapangan yang telah dilakukan di danau  beberapa hari yang lalu.
Kami sangat berterima kasih dengan Dosen Pengampu mata kuliah Ekologi Perairan dan juga Kepada Seluruh Para Asisten yang telah membimbing kami dari Praktikum hingga dalam  pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan  ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Indralaya,   Desember  2011


                                                                     Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Danau merupakan suatu cekungan pada permukaan bumi yang berisi badan air yang dikelilingi oleh daratan dan dikelompokkan sebagai  salah satu jenis lahan basah dan bagi sejumlah air yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air (Andhi, 2010).
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Laut kita sebenarnya penuh dengan plankton, yakni makhluk (tumbuhan dan hewan) yang hidupnya melayang atau mengambang dalam air, yang selalu terbawa hanyut oleh arus. Merupakan suatu kenyataan bahwa fitoplankton itu ada dimana-mana. Tumbuhan renik ini terdapat di seluruh permukaan laut, sampai kedalaman yang dapat ditembus cahaya matahari. Pada permukaan laut yang bebas dari fitoplankton, dari perairan muara sungai sampai ke tenmgah perairan samudera, dari perairan tropis hingga perairan kutub (Anonim, 2011).
Plankton sebagai organisme yang sangat kecil memiliki ukuran 0,45 mm yang tak tampak oleh mata telanjang dan tersebar luas di perairan tawar dan laut. Dalam struktur piramida makanan, fitoplankton sangatlah penting karena menempati posisi sebagai produksi primer. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air  (Iyam, 2007).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air (Nontji, 2007).
Praktikum Ekologi Perairan  ini dilaksanakan di Danau Universitas Sriwijaya. Pada Praktikum Ekologi Perairan ini para praktikan akan melakukan pengambilan sampel plankton. Ada beberapa cara untuk memperoleh/mengambil sampel plankton, sampling secara Horizontal, metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik dilaut ditarik kapal mebuju titik lain. Jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net.
Sampling secara vertical, yaitu meletakkan plankton net sampai kedasar perairan kemudian menariknya keatas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang terendam dalam air sebelum digunakan untuk menarik plankton net ke atas. Volume air tersaring adalah kedalaman air dikalikan dengan diameter mulut plankton net. Terdapat dua lokasi dalam pengambilan sampel plankton, yaitu yang pertama di sebelah kanan jalan, dan di sebelah kiri jalan. Lalu sampel yang telah di dapat akan diberi formalin, agar tidak terjadi kekosongan plankton dalam botol film tersebut, karena kalau tidak diberi formalin/alcohol plankton akan di makan oleh zooplankton.
Penghitungan parameter fisika untuk mengetahui suhu, salinitas, dissolved Oxygen serta kuatnya arus juga kami lakukan untuk mengetahui lebih kualitas perairan danau di tanjung putus Inderalaya sehingga dapat diketahui apakah perairan di danau ini tergolong perairan yang efektif untuk kehidupan biota yang didalam perairan tersebut.

1.2. Tujuan
a.      Untuk mengetahui jenis fitoplankton yang telah di identifikasi
b.     Untuk mengetahui kelimpahan fitoplankton pada masing-masing stasiun.
c.      Untuk mengetahui keanekaragaman, keseragaman, dan dominasi fitoplankton.
d.     Untuk mengetahui nilai parameter fisika dari perairan danau/waduk tersebut.

1.3.Manfaat
a.      Dapat mengetahui berbagai macam jenis fitoplankton.
b.     Dapat mengetahui metode pengambilan sampel fitoplankton.
c.      Dapat mengetahui fungsi dan manfaat fitoplankton, khususnya di perairan danau/waduk.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fitoplankton merupakan tumbuh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari setotal besar kelas yang berbeda. Fitoplankton merupakan produsen utama zat-zat organik. Seperti tumbuhan, plankton membuat ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan anorganik sederhana yang bergantung pada sinar matahari yang cukup. Dua kelompok besar fitoplankton yang sering teramati yaitu Diatome dan Dinoflagellata (Sahala dan Steward, 2008).
Fitoplankton terdapat di semua perairan alam di darat, seperti di sungai, danau, dan rawa. Peran terpenting fitoplankton itu adalah pada kemampuannya untuk melakukan fotosintesis, yakni suatu proses yang dapat menyadap energi surya dan membentuk senyawa organik dari senyawa anorganik. Senyawa organik ini merupakan sumber energi yang diperlukan oleh semua jasad untuk berbagai kegiatannya termasuk untuk bergerak, bertumbuh, dan bereproduksi. Karena itu fitoplankton merupakan tumpuan bagian hampir semua kehidupan di perairan, baik secara langsung maupun tak langsung, lewat rantai makanan (Kiki, 2010).
Sama dengan tumbuhan lainnya, fitoplankton mempunyai klorofil, sehingga jasad renik ini dapat berfotosintesis. Karena itu, fitoplankton hanya ditemukan pada lapisan fotik yaitu lapisan yang masih ditembusi cahaya matahari. Fitoplankton sebagai produsen primer dalam jarring makanan perairan. Fitoplankton mengandung klorofil dan karenanya mempunyai kemmapuan berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik (Abbas dkk, 1997).
Fitoplankton hanya dijumpai pada lapisan permukaan saja karena hanya dapat hidup di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang cukup untuk melakukan fotosintesis. Fitoplankton mengandung klorofil dan karenanya mempunyai kemmapuan berfotosintesis yakni menyadap energi surya untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik. Karena kemampuannya memproduksi bahan organik dari bahan anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer (Hutabarat dan Evans, 1985).
Bagi kebanyakan makhluk akuatik, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu (Kiki,2010).
Banyak spesies yang makan fitoplankton lebih berat daripada tubuhnya dalam setiap hari. Perkiraan kasarnya, dibutuhkan sepuluh ribu kilogram fitoplankton untuk pakan seribu kilogram zooplankton kecil. Plakton dianggap sebagai hutan yang tak terlihat yang harus dilindungi karena kemampuan fitoplankton dalan menyerap gas karbon monoksida kurang-lebih sama dengan tumbuhan darat. Oleh sebab itu, kuantitas plankton dapat menentukan banyak sedikitnya ikan di suatu perairan (Nonjti, 2008).
Pemanfaatan ikan pemakan plankton (plankton feeder) merupakan pengendalian pencemaran biologis. Pengendalian secara biologis adalah pengendalian dengan menggunakan mahluk hidup secara alami, misalnya ikan sebagai sarana pengendalian. Pengendalian secara biologis berarti pengrusakan atau penghambatan terhadap suatu organisme oleh organisme lain. Cara yang dilakukan sebagai pengendalian secara biologis adalah dengan penebaran/budidaya ikan-ikan penting ke perairan danau/waduk. Beberapa jenis ikan pemakan tumbuhan dapat memakan alga atau fitoplankton sehingga kandungan-kandungan pencemar penyebab eutrrofikasi dapat dikendalikan. Jenis ikan yang sangat efektif untuk pengendalian pencemaran adalah ikan mola, bandeng, nila, nilem, tawes dan oskar (Andhi, 2010).
Fitoplankton biasa ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaan laut sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotosintesis. Zona ini dikenal sebagai zona eufotik, tebalnya bervariasi dari beberapa puluh centimeter pada air yang keruh hingga lebih 150 meter pada air yang jernih. Besarnya dimensi ruang zona eufotik yang menjadi habitat fitoplankton menyebabkan fitoplankton yang mikroskopis ini berfungsi sebagai tumbuhan yang paling penting artinya dalam ekosistem laut Fitoplankton mempunyai sifat fototaksis positif, sehingga fitoplankton selalu bergerak untuk mendekati cahaya (Abbas dkk, 1997).
Plankton hidup diperaliran, baik di sungai, danau, waduk, maupun diperaliran payau dan laut. Mikro organisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan (Jonghuat, 2003).
Perairan dikatakan blooming fitoplankton jika kelimpahan fitoplanktonnya mencapai 5 x 106 sel/l, akibatnya eutrofikasi menjadi masalah bagi perairan danau/waduk yang dikenal dengan algal bloom. Hal ini dikenali dengan warna air yang menjadi kehijauan, berbau tidak sedap dan kekeruhannya menjadi semakin meningka. Bila kualitas air di perairan danau/waduk menjadi sangat rendah yang diikuti oleh rendahnya konsentrasi oksigen terlarut, bahkan sampai batas nol. Dapat menyebabkan ikan dan spesies lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik pada akhirnya terjadi kematian massal ikan (Andhi, 2010).
Kisaran suhu pada daerah tropis relatif stabil karena cahaya matahari lebih banyak mengenai daerah ekuator daripada daerah kutub. Hal ini dikarenakan cahaya matahari yang merambat melalui atmosfer banyak kehilangan panas sebelum cahaya tersebut mencapai kutub. Densitas berpengaruh terhadap perubahan temperature karena saat perubahan suhu terjadi, akan terjadi perubahan volume yang mengakibatkan perubahan densitas. Perubahan temperatur yang terjadi merupakan perubahan temperature adiabatic (tanpa pertukaran energi panas) karena sesungguhnya, perubahan temperature yang terjadi tidak terlalu signifikan sehingga tidak terjadi pertukaran energi panas. Tetapi perubahan tersebut cukup berpengaruh kepada nilai densitas yang ada (Suwendi, 2011).
Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah tangga. Kisaran pH dalam perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi karbon dioksida yang merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi  16 perairan lainya menyerap karbon dioksida dari perairan selama proses fotosintesa berlangsung sehingga pH cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.  Proses nitrifikasi oleh bakteri dapat mengurangi nilai pH perairan karena adanya konsumsi karbonat dan pelepasan ion hidrogen selama proses berlangsung (Brown, 1980).
Distribusi salinitas sangat membantu dalam mempelajari gerak massa air, dimana berhubungan dengan percampuran (mixed). Sebaran salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, curah hujan, dan aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah sekitar kuala dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif lebih ringan  dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air sangat menentukan (Sahala dan Steward, 2008).
Distribusi densitas dalam perairan dapat dilihat melalui stratifikasi densitas secara vertikal dalam kolom perairan dan perbedaan secara horizontal yang disebabkan oleh arus. Distribusi densitas berhubungan dengan karakter arus dan daya tenggelam suatu massa air yang berdensitas tinggi pada lapisan permukaan pada kedalaman tertentu. Secara umum densitas meningkat dengan meningkatnya salinitas, tekanan atau kedalaman, dan menurunnya suhu. (Setiawan, 2005).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air (Nontji, 2007).
Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen. Walaupun pada kondisi terbuka, kandungan oksigen perairan tidak sama dan bervariasi berdasarkan siklus, tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian, musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas fotosintesa, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air. Kebutuhan oksigen  mempunyai dua kepentingan yaitu: kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhankonsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005)
Penurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat aktivitas ikan. Oksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhn akan oksigen antara tiap spesies tidak sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaanstruktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan partialoksigen dalam air dan dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah. Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya sangat kecil sehingga tidak menggangu kehidupan ikan (Brown, 1980).






















BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Ekologi Perairan yang berjudul “Identifikasi dan Analisis Plankton” ini dilaksanakan pada tanggal 26 November 2011 pukul 15.00 s/d selesai, yang bertempat di Danau/Waduk, Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1.     Alat dan Bahan di Lapangan
Alat dan bahan pada saat di lapangan :
No.
Alat dan Bahan
Fungsi
1.
Plankton net
Untuk menyaring plankton.
2.
Ember (10 liter)
Untuk mengambil air laut yang akan di saring.
3.
Botol Film
Tempat penyimpanan sampel.
4.
Formalin 4 %
Untuk mengawetkan sampel.

3.2.2.     Alat dan Bahan di Laboratorium
Alat dan bahan di laboratorium :
No.
Alat dan Bahan
Fungsi
1.
Mikroskopis Binokuler
Untuk mengidentifikasi plankton.
2.
Pipet tetes
Untuk mengambil sampel dari botol film
3.
Aquades
Untuk kalibrasi alat SRCC.
4.
SRCC ((Sedgwick Rafter Counting Cell)

Untuk menaruhkan sampel yang akan di identifikasi di mikroskop.
5.
Tissue
Untuk kalibrasi SRCC.
6.
Laptop
Untuk menyimpan data/gambar yang telah di dapat dari identifikasi.
7.
Plasdisk
Untuk menyimpan data.
1.1.Cara Kerja
1.1.1.     Cara Pengambilan Sampel Plankton di Lapangan
Sampel fitoplankton diambil pada 2 stasiunyang telah ditentukan lokasinya dengan menggunakan jaring plankton (plankton net) dengan ukuran mata jaring 20 μm


Langkah pertama diambil air sebanyak 100 liter dan disaring


Alat yang digunakan untuk menyaring adalah jaring plankton (plankton net) dengan 3 kali pengulangan


Sampel yang sudah didapatkan ditampung pada tabung pengumpul plankton ukuran 30 ml lalu diawetkan dengan formalin

1.1.2.     Cara Identifikasi Plankton di Laboratorium
Mikroskop dan laptop untuk penyimpanan data disiapkan


SRCC dibersihkan dengan menggunakan aquades, lalu dikeringkan dengan menggunakan tissue


Sampel plankton diambil menggunakan pipet tetes, kemudian diteteskan di atas SRCC sebanyak 1ml (40 tetes)


SRCC diletakkan di mikroskop kemudian diatur perbesarannya



Kemudian diamati dengan 20 lapang pandang


Jika ditemukan jenis plankton disimpan dengan cara men
gklik Shot

Setelah tersimpan 20 lapangan pandang dan dilakukan identifikasi plankton dengan menggunakan buku identifikasi










1.2. Pengolahan Data
1.2.1.     Kelimpahan Plankton
N = np x Oi / Op x Vr / Vo x 1 / Vs

Keterangan :
N = jumlah individu per liter
n = jumlah plankton pada seluruh lapang pandang
p = jumlah lapang pandang yang teramati
Oi  = luas Sedgwick Rafter Counting Cell (mm2)
Op = luas satu lapang pandang (mm2)
Vr  = volume air tersaring (ml)
Vo  = volume air yang diamati dalam Sedgwick Rafter Counting    Cell (ml)
Vs  = volume air yang disaring (liter)
1.2.2.     Indeks Keanekaragaman
H’ = -

Keterangan :
H’ = indeks keanekaragaman
Pi  = ni/N
ni  = jumlah individu jenis ke-i
N  = jumlah total individu
1.2.3.     Indeks Keseragaman
E = H’ / Hmax

Keterangan :
E      = Indeks keseragaman jenis
H’    = Indeks keragaman
Hmax = log2 S
S       = Jumlah jenis
Dimana :
E < 0,6                 = keseragaman jenis tinggi
0,6 ≥ E ≥ 0,4        = keseragaman jenis sedang
E < 0,4                 = keseragaman jenis rendah
1.2.4.     Indeks Dominasi
C = 2

Keterangan :
C = indeks dominansi
ni = jumlah individu
N = jumlah total individu
Dimana :
0 < C ≤ 0,5           = tidak ada genus yang mendominasi
0,5 < C < 1           = terdapat genus yang mendominasi











BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tabel Pencacahan

No
Kelas
Stasiun 1
Stasiun 2

Bacillariophyceae

1
Coscinodiscus
5
6
2
Hemiaulus
1
0
3
Rhizosolenia
5
3
4
Streptotheca
2
1
5
 Thalassiothrix
1
0

Chlorophyceae

6
Gonatozygon
4
1
7
Oscillatoria
2
1
total
20
12

4.2. Tabel Kelimpahan

No
Kelas
Stasiun 1
Stasiun 2

Bacillariophyceae

1
Coscinodiscus
24
29
2
Hemiaulus
5
0
3
Rhizosolenia
24
14
4
Streptotheca
10
5
5
 Thalassiothrix
5
0

Chlorophyceae

6
Gonatozygon
19
1
7
Oscillatoria
10
1
total
97
50
4.3. Tabel Keanekaragaman

            Stasiun 1
No
Kelas
ni
Pi
Log2 Pi

Bacillariophyceae




1
Coscinodiscus
5
0.25
-2
0.125
2
Hemiaulus
1
0.05
-4.32193
0.011569
3
Rhizosolenia
5
0.25
-2
0.125
4
Streptotheca
2
0.1
-3.32193
0.030103
5
 Thalassiothrix
1
0.05
-4.32193
0.011569

Chlorophyceae




6
Gonatozygon
4
0.2
-2.32193
0.086135
7
Oscillatoria
2
0.1
-3.32193
0.030103
total
20



Keanekaragaman (H') = 0.419497


            Stasiun 2
No
Kelas
ni
Pi 
Log2 Pi
  -∑ Pi Log2 Pi

Bacillariophyceae




1
Coscinodiscus
6
0.5
-1
0.5
2
Hemiaulus
0
0
0
0
3
Rhizosolenia
3
0.25
-2
0.125
4
Streptotheca
1
0.083333
-3.58496
0.023245
5
 Thalassiothrix
0
0
0
0

Chlorophyceae




6
Gonatozygon
1
0.083333
-3.58496
0.023245
7
Oscillatoria
1
0.083333
-3.58496
0.023245
total
12



Keanekaragaman (H') = 0.694736
4.4. Tabel Keseragaman

            Stasiun 1
H'
S
Hmax
0.419479
7
2.807355
E = 0.149421
           

Stasiun 2
H'
S
Hmax
0.694736
7
2.807355
E = 0.24747



4.5. Tabel Dominasi

            Stasiun 1
No
Kelas
ni
Pi
[Pi]2

Bacillariophyceae



1
Coscinodiscus
5
0.25
0.0625
2
Hemiaulus
1
0.05
0.0025
3
Rhizosolenia
5
0.25
0.0625
4
Streptotheca
2
0.1
0.01
5
 Thalassiothrix
1
0.05
0.0025

Chlorophyceae



6
Gonatozygon
4
0.2
0.04
7
Oscillatoria
2
0.1
0.01
total
20


Dominasi (C) = 0.19
Stasiun 2
No
Kelas
ni
 Pi
 [Pi]2

Bacillariophyceae



1
Coscinodiscus
6
0.5
0.25
2
Hemiaulus
0
0
0
3
Rhizosolenia
3
0.25
0.0625
4
Streptotheca
1
0.083333
0.006944
5
 Thalassiothrix
0
0
0

Chlorophyceae



6
Gonatozygon
1
0.083333
0.006944
7
Oscillatoria
1
0.083333
0.006944
total
12


Dominasi (C) = 0.333





4.6. Hasil
Keterangan
Stasiun 1
Stasiun 2
H'
0.414161
0.694739
E
0.149421
0.24747
C
0.19
0.333










4.7.  Grafik








4.2. Pembahasan
Plankton mempunyai variasi yang besar dalam  distribusi vertikal di dalam air. Kondisi kualitas air di permukaan sampai dasar yang bervariasi juga berpengaruh terhadap kelimpahan plankton di perairan tersebut. Perhitungan kelimpahan plankton pada suatu perairan berguna untuk mengetahui keberadaan organisme plankton pada perairan tersebut, mengingat arti pentingnya keberadaan plankton di dalam suatu perairan yang berperan sebagai pakan alami bagi organisme perairan lainnya. Perhitungan nilai kelimpahan plankton ini bertujuan untuk penilaian terhadap tingkat kesuburan suatu perairan yang ditinjau dari parameter biologi suatu perairan. Nilai kelimpahan plankton yang terlalu tinggi akan membawa dampak negatif terhadap biota perairan lainnya pada perairan tersebut khususnya terhadap ikan, karena dapat menyebabkan perairan tersebut kekurangan oksigen.       
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan di Danau Tanjung Putus, terdapat perbandingan kelimpahan komunitas plankton yang cukup mencolok antara praktikum yang telah dilakukan di perairan laut Kepulauan Seribu dengan kelimpahan komunitas plankton di daerah danau tersebut. Kami menemukan 7 genus dari fitoplankton yang dari kelas Bacillariophyceae, yaitu Coscinodiscus, Hemiaulus, Rhizosolenia, Streptotheca, Thalassiothrix dan pada kelas Chlorophyceae, yaitu Gonatozygon serta Oscillatoria
Pada saat mengambilan sampel plankton, cuaca sedang mengalami hujan yang cukup deras ditambah berangin. Cuaca juga mempengaruhi keberadaan fitoplankton, dimana fitoplankton banyak terdapat didaerah dengan sinar matahari yang cukup. Setelah diamati perhitungan data, ternyata lokasi yang berada di dekat mangrove lebih banyak mengandung fitoplankton dibandingkan dengan yang jauh dari lokasi mangrove.
Berdasarkan dari perhitungan yang dilakukan, ternyata perairan laut seperti di Kepulauan Seribu memiliki nilai keseragaman komunitas fitoplankton yang tinggi, dibandingkan dengan daerah danau dengan perairan yang bersalinitas lebih rendah serta mempunyai kecerahan air yang keruh.
Setelah dilakukannya praktikum lapangan yang berlokasi di Pulau Pramuka dan Pulau Karya Kepulauan Seribu didapat beberapa hasil parameter yang digunakan dan dapat dijadikan paduan pada pembahasan ini. Kondisi perairan yang cukup baik menjadikan temapt ini tepat untuk dijadikan lokasi penelitian. Adapun beberapa parameter yang digunakan antara lain, suhu, densitas, arus, kecerahan, salinitas, pasang surut, GPS, dan DO (Dissolved Oksigen ). Pengukuran pada pagi hari kami lakukan dikapal dengan pembagian setiap kelompok mewakili perhitungan suatu parameter, sehingga nantinya pada setiap anggota kelompok itu akan saling memberitahukan hasil yang didapatkannya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Pengkuran DO menggunakan alat yang sama dengan mengukur salinitas yaitu dengan menggunakan handrefracto meter. Pada saat pengukuran DO diambil juga pH dari air tersebut. Rata-rata DO yang didapat saat pengukuran di pantai yaitu 13,68 dan pH yang didapat yaitu 6,8. Hal ini menujukan sifat air laut yang diujikan pHnya hampir mendekati basa, terjadi hal demikian karena pada umunya sifat air laut itu sendiri adalah basa.




BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai teknik sampling, identifikasi, dan analisis plankton maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.     Indeks kelimpahan pada Pulau Karya stasiun I sebesar 139 dan pada stasiun II sebesar 83. Indeks kelimpahan pada Pulau Pramuka stasiun I sebanyak 382 dan stasiun II sebanyak 197.
2.     Fitoplankton yang berhasil diidentifikasi antara lain : Coscinodiscus, Chaetoceros, Hemiaulus, Rhizosolema, Rhizosolenia, Skeletonema, Streptotheca, Thalassionema, Thalassiosira, Thalassiothrix, Gonatozygon Oscillatori dan Ceratium.  
3.     Keseragaman komunitas fitoplankton di perairan Pulau Karya adalah sebesar 0.652399 dan 0.703694. Diperairan Pulau Pramuka sebesar 0.340982 dan 0.663487 yang sebagian besarnya dari genus Skeletonema dan Thalassiothrix.
4.     Fitoplankton dari genus Skeletonema yang lebih mendominasi pada perairan Kepulauan Seribu.
5.     Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, suhu di danau lebih rendah daripada suhu diperairan laut.
6.     Suhu dan Densitas berhubungan terbalik, semakin tinggi suhu semaikin rendah densitas.
7.     Berdasarkan grafik pengukuran, salinitas di laut lebih tinggi dibandingkan dengan di danau dikarenakan kadar garam yang dimiliki laut lebih banyak.
8.      



DAFTAR PUSTAKA


Abbas, Syekh.,dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas.
Anonim,2011. Plankton. http://id.wikipedia.org/wiki/Plankton
(Diakses pada tanggal 20 November 2011, pukul 21.00 WIB)
Kiki, 2010. Macam-macam Bentuk Plankton. http://bumituntungan.blogspot.com/2010/10/bermacam-bentuk-plankton.html (Diakses  pada tanggal 18 November 2011 pukul 20.45 WIB)
Hutabarat dan Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Hutabarat, Sahala dan Evans M, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Iyam. 2007. Keanekaragaman Biota Laut. Bandung: Titian Ilmu.
Juwana, Sri dan Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Nontji, A. 2008.  Plankton Laut. Jakarta: LIPI press.