Kamis, 11 Februari 2016

Kategori Akuatik

25.  KATEGORI: AKUATIK

SUB-KATEGORI: KUALITAS AIR

VARIABEL:  pH

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
pH suatu larutan mencerminkan aktivitas kation hidrogennya, dan dinyatakan sebagai logaritma negatif dari aktivitas kation hidrogen dalam mole per liter pada suhu tertentu.  Istilah pH lazimnya digunakan untuk  menyatakan intensitas kondisi asam atau alkalin suatu larutan.  Kalau pH antara 1 dan 7, ini merupakan kisaran asam, dan kisaran alkalin adalah pH 7 - 14.  pH air permukaan biasanya berkisar antara 6.5 - 9.0.
Kualitas air yang ada, ditinjau dari nilai pH, harus dideskripsikan untuk suatu kawasan proyek.  Perhatian harus diberikan kepada variasi pH-perairan secara musiman akibat peristiwa alamiah ataupun karena aktivitas manusia.

PENDUGAAN.DAMPAK:
Pendugaan.dampak.suatu.proyek harus memperhatikan besarnya penyimpangan nilai pH dari nilai normal (alami) di suatu wilayah. Kurva fungsional berikut disusun berdasarkan konsep bahwa  penurunan kualitas lingkungan akan terjadi kalau pH. di.suatu.lokasi.berubah.dari.kondisi.normal/alaminya...Perhatian.harusditujukankepada.potensial.perubahan.pH.yang.mungkin terjadi akibat kegiatan konstruksi atau operasi proyek.  Kalau suatu proyek melibatkan kegiatan pembendungan air,  maka diperkirakan akan terjadi perubahan pH. Pembangunan industri diduga juga akan mengakibatkan perubahan pH. perairan. karena adanya pembuangan limbah.

KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas
   1.0





0.8





0.6





0.4





0.2





        0.0
        -6.............-4...............-2...............      .0.................   .2................       4................6

              
                         pH,.......(penyimpangan.dari.kondisi.alami,..pH=7.0)


PERHATIAN KHUSUS:
Penetapan nilai pH “alami” untuk lokasi proyek harus dilakukan secara hati-hati sekali.



26. KATEGORI: AKUATIK

SUB-KATEGORI: KUALITAS.AIR

VARIABEL: TURBIDITAS

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air , dimana cahaya yang menembus air akan mengalami “pemantulan” oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal.  Satuannya adalah Jackson Turbidity Unit (JTU), dimana 1 JTU sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh  1 mg/l SiO2 dalam air.  Dalam danau atau perairan lainnya yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloidan dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air.  Dalam sungai yang mengalir , turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi.  Pada umumnya kalau turbiditas meningkat,  nilai estetika menurun, filtrasi air lebih sulit dan mahal, dan efektivitas desinfeksi berkurang.  Turbiditas dalam perairan mungkin terjadi karena material alamiah, atau akibat aktivitas proyek, pembuangan limbah, dan operasi pengerukan.
Informasi tentang tingkat turbiditas awal dalam perairan di daerah proyek harus diperoleh.  Perhatian harus diberikan terhadap hubungan antara tingkat turbiditas dengan laju aliran air didaerah proyek.

PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak harus memperhatijan perubahan turbiditas selama masa konstruksi dan operasi proyek.  Pendekatan matematika dapat digunakan untuk menduka peningkatan sedimen dan turbiditas sebagai akibat dari pembangunan proyek (Canter, 1977).  Perubahan turbiditas dapat terjadi akibat pembendungan aliran air.


PERHATIAN KHUSUS:
Perhatian harus diberikan terhadap berbagai teknik pengukuran turbiditas .  Karena kemiripan definisi dan/atau interpretasi tentang informasi turbiditas, padatan tersuspensi, dan sedimen tersuspensi, maka harus benar-benar hati-hati dalam mereka-yasa, menduga, dan menginterpretasikan informasi tentang turbiditas. 





KURVA FUNGSIONAL:



 


 Indeks Kualitas
 


      1.0


 


      0.8


 


     0.6


     0.4
 




     0.2
 




     0.0

                    0          20              40              60             80           100        120
             

                                               Satuan Turbiditas Jackson
                               (Sumber: NSF = National Sanitation Foundation)





27.  KATEGORI: AKUATIK

SUB-KATEGORI: KUALITAS.AIR

VARIABEL: SUSPENDED SOLID (SS)

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
SS adalah padatan yang terkandung dalam air dan bukan merupakan larutan, bahan ini dibedakan dari padatan terlarut dengan jalan uji filtrasi laboratorium.  Satuannya adalah mg/l.  SS terdiri atas komponen settleable, floating dan non-soluble (suspensi koloidal).  SS lazimnya mengandung senyawa  organik dan anorganik.  Satu ciri dari SS adalah berkaitan dengan karakteristik turbiditas.  SS sangat penting karena pengaruhnya terhadap kualitas estetika, filtrasi (penjernihan) dan desinfeksi; dan potensial dampaknya terhadap ekosistem akuatik.  Pada umumnya air yang mengandung banyak  SS kurang bagus ditinjau dari sudut pandang estetika, lebih sulit dan mahal untuk menjernihkannya, dan memerlukan lebih banyak bahan kimia untuk dis-infeksinya.  SS yang berlebihan dapat membahayakan ikan dan jasad akuatik lainnya melalui penyelimutan insang, reduksi radiasi matahari, dan selanjutnya akan berpengaruh pada rantai makanan alami.
Informasi awal tentang SS dalam air permukaan di lokasi proyek harus diperoleh.  Perhatian khusus harus diarahkan pada variasi musiman SS dalam kaitannya dengan variasi aliran air.


PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak harus melibatkan  peningkatan SS sebagai akibat dari aktivitas konstruksi.  Pertimbangan perlu diberikan untuk mengantisipasi pembuangan limbah sebagai akibat dari operasional proyek sumberdaya air, dan akibat dari dampak sekunder peningkatan populasi dan pembangunan industri.  Banyak literatur yang dapat digunakan untuk kuantifikasi dugaan konsentrasi SS dan perilakunya kalau ia dibuang ke perairan permukaan yang ciri hidrauliknya berbeda (Canter, 1977). 





KURVA FUNGSIONAL:

Berikut ini adalah konsep dari U.S. Department of the Army (1975):

Konsentrasi SS (mg/l)
Kategori Kualitas Lingkungan
4
Ekselen
10
Baik
15
Cukupan
20
Jelek
35
Sangat jelek


 Indeks Kualitas

      1.0
 


      0.9
     
 


      0.75
 


        
     

      0.5
            

    




 


     0.1
    

     0.0
                   0          5          10           15          20          25         30           35
                                         Konsentrasi SS (mg/l)
PERHATIAN KHUSUS:
Karena adanya kesamaan definisi dan/atau interpretasi informasi tentang turbiditas, SS, dan sedimen tersuspensi, maka harus hati-hati dalam menghimpun, menduga dan  menginterpretasikan informasi mengenai SS.  Tergantung pada data yang tersedia, tin inter-disiplin dapat menggunakan turbiditas atau SS sebgaai peubah dalam pendugaan dampak.


28.  KATEGORI:  AKUATIK

SUB-KATEGORI:..KUALITAS.AIR

VARIABEL:  TEMPERATUR AIR

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
Temperatur merupakan derajat panas atau dinginnya air yang diukur pada sekala definit seperti derajat celsius (oC) atau derajat Fahrenheit (oF). Temperatur air merupakan regulator utama proses-proses alamiah di dalam lingkungan akuatik. Ia dapat mengendalikan fungsi fisiologis organisme dan berperan secara langsung atau tidak langsung bersama dengan komponen kualitas air lainnya mempengaruhi kualitas akuatik.  Temperatur air mengendalikan spawning dan hatching, mengendalikan aktivitas, memacu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan; dapat menyebabkan kematian kalau air menjadi panas atau dingin sekali secara mendadak.  Air yang lebih dingin lazimnya menghambat perkembangan; air yang lebih panas umumnya mempercepat aktivitas.  Temperatur air juga mempengaruhi berbagai macam reaksi fisika dan kimiawi di dalam lingkungan akuatik.
Determinasi kondisi awal untuk temperatur air meliputi pengumpulan informasi yang ada tentang temperatur air di daerah lokasi proyek.  Perhatian harus diberikan kepada variasi musiman temperatur air serta variasi temperatur menurut kedalaman tubuh perairan.

PENDUGAAN DAMPAK:
Banyak aktivitas yang berhubungan dengan konstruksi dan operasi proyek sumberdaya air dapat mengakibatkan perubahan temperatur air,  dan pembendungan air dapat mengakibatkan perubahan suhu pada permukaan air dan pada berbagai kedalaman air.  Banyak referensi ilmiah yang dapat digunakan untuk menduga perubahan suhu air akibat  kontruksi dan operasi proyek sumberdaya air. Semua negara mempunyai baku mutu air untuk temperatur, dan baku mutu ini dapat digunakan untuk menduga dampak potensial dari proyek pembangunan sumberdaya air.    Kurva fungsional berikut ini menyatakan bahwa “kunci pokok” terletak pada variasi suhu air dari kondisi normal alamiahnya.  Sesuai dengan observasi  untuk kebanyakan ikan, kurva fungsionsal menyatakan efek yang kurang serius akibat perubahan suhu yang mendinginkan lingkungan alamiah dibandingkan dengan perubahan suhu yang memanaskan lingkungan alamiah.

KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)
Indeks Kualitas
         1.0
 






0.8






0.6






0.4




NSF

0.2






        0.0
                    -10               -5                 0                 +5                  +10                   +15

               oC, Penyimpangan dari kondisi kesetimbangan
                   NSF = National Sanitation Foundation

PERHATIAN KHUSUS:
Tim interdisiplin harus secara hati-hati memperhatikan variasi “alamiah” suhu air yang terjadi di daerah proyek.


29.  KATEGORI:  AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS AIR

VARIABEL:  OKSIGEN TERLARUT (DO)

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
Oksigen terlarut mungkin merupakan parameter kualitas air yang paling umum digunakan. Kelarutan oksigen atmosfer dalam air segar/tawar berkisar dari 14.6 mg/liter pada suhu 0oC hingga 7.1 mg/liter pada suhu 35oC pada tekanan satu atmosfer.  Rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air berpengaruh buruk terhadap kehidupan ikan dan kehidupan akuatik lainnya, dan kalau tidak ada sama sekali oksigen terlarut mengakibatkan munculnya kondisi anaerobik dengan bau busuk dan permasalahan estetika. 
Kebutuhan oksigen ikan beragam dengan spesies dan umur ikan.  Ikan air dingin membutuhkan lebih banyak  oksigen terlarut daripada ikan lainnya (seperti carp dan pike), mungkin karena jenis ikan yang pertama lebih aktif dan predator.  Kisaran antara 3 - 6 mg/liter merupakan tingkat kritis DO untuk hampir semua jenis ikan.  Di bawah 3 mg/liter, penurunan lebih lanjut hanya penting dalam kaitannya dengan munculnya kondisi anaerobik lokal; kerusakan utama terhadap ikan dan kehidupan akuatik lainnya telah terjadi pada kondisi seperti ini.  Di atas 6 mg/liter, keuntungan utama dari penambahan oksigen terlarut adalah sebagai cadangan atau penyangga untuk menghadapi “shock load” buangan limbah yang membutuhkan banyak oksigen.
Penentuan kondisi awal harus mencakup informasi yang ada tentang konsentrasi DO dalam perairan permukaan di lokasi proyek.  Perhatian khusus harus diberikan kepada variasi DO sebagai fungsi dari musim (suhu air)  dan konsentrasi padatan terlarut, seperti misalnya pada perairan pantai.



PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak proyek terhadap DO harus mencakup fase konstruksi dan operasi proyek.  Banyak model matematika yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk menduga perubahan potensial DO sebagai akibat dari pembendungan air, perubahan hidraulik lainnya, dan/atau pembuangan limbah.  Markofsky dan Harlemen (1971) menyediakan model-model prediktif untuk menduga pengaruh stratifikasi thermal terhadap DO dalam waduk. Baku mutu DO yang ada dapat digunakan untuk sarana pendugaan dampak potensial pembangunan proyek terhadap DO.

KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)
Indeks Kualitas
         1.0
 







0.8






0.6






0.4



Sesuai dengan NSF,
diasumsikan jenuh = 9 mg/liter
0.2






        0.0
        0          1          2         3          4           5          6         7             8                9          10
                                                      mg/l
 


                     NSF = National Sanitation Foundation
PERHATIAN KHUSUS:

Perhatian khusus harus diberikan terhadap perubahan alamiah DO di lokasi proyek.


30. KATEGORI:  AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS AIR

VARIABEL:  BOD

DEFINISI DAN PENGUKURAN KONDISI AWAL:
BOD didefinisikan sebagai jumlah oksigen (mg/l) yang diperlukan oleh bakteri untuk mendekomposisikan bahan organik (hingga stabil) pada kondisi aerobik.  Kondisi uji yang tipikal  adalah inkubasi lima hari pada suhu 20oC.  Karena BOD merupakan  ukuran tidak langsung dari jumlah bahan organik yang dapat didekomposisi secara biologis, maka ini dapat menjadi indikator jumlah oksigen terlarut  yang akan digunakan (hilang dari air) selama asimilasi biologis polutan organik secara alamiah.  Uji BOD merupakan salah satu uji yang lazim digunakan dalam evaluasi kualitas air.
Penentuan kondisi awal (rona awal) untuk variabel ini harus mencakup agregasi informasi kualitas air (BOD) di daerah proyek.  Variasi musiman harus dicatat, demikian juga kecenderungan historis BOD.  Perhatian khusus harus diberikan terhadap persyaratan baku mutu dalam kaitannya dengan pengendalian pembuangan limbah organik.  Disamping menelaah konsentrasi BOD dalam air, mungkin juga diperlukan dalam mendeskripsikan rona awal lingkungan dalam kaitannya dengan total buangan limbah ke dalam perairan. 


PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak potensial suatu proyek terhadap BOD harus memperhitungkan limbah organik yang berasal dari fase konstruksi dan operasi proyek, serta mempertimbangkan sumber-sumber limbah yang masuk ke perairan (point  dan non-point sources).  Selain itu juga perlu dipertimbangkan informasi yang ada dalam pustaka-pustaka, seperti Canter (1977), untuk memperhitungkan jumlah limbah yang akan masuk ke perairan.  Perhatian juga harus diberikan pada  dekomposisi bahan organik dalam perairan melalui proses perombakan biologis.  Model-model matematika dapat digunakan untuk menduga konsentrasi BOD dalam aliran sungai.  Pendugaan dampak pembendungan aliran air tehadap BOD juga harus dilakukan kalau ada proyek pembangunan sumberdaya air yang diikuti dengan pembendungan aliran air.
Rasionalitas yang melandasi kurva fungsional berikut ini ialah bahwa BOD sangat penting karena ia merangsang pengurangan oksigen terlarut atau pertumbuhan organisme benthos yang tidak diinginkan.  Dalam aliran sungai yang lambat atau waduk, BOD sebesar 5 mg/liter mungkin telah cukup untuk menimbulkan kondisi buruk, sedangkan sungai-sungai di pegunungan yang aliran airnya deras dapat mengandung BOD 30 mg/liter atau lebih tanpa menimbulkan efek yang buruk.  Hal ini karena aliran sungai yang deras mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk re-aerasi dan mencegah terjadinya akumulasi bahan organik di sedimen dasar. Kurfa fungsional dari NSF berada di antara kedua kondisi ekstrem tersebut.


PERHATIAN KHUSUS:
Dalam kaitannya dengan kajian BOD perairan permukaan, sangat penting diperhatikan adalah sumber-sumber pencemaran yang bersifat non-point.





KURVA.FUNGSIONAL: (Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 







0.8


Sungai yang alirannya deras


0.6






0.4

NSF




0.2
                 Waduk





          0.0                10                 20              30               40             50             60         70

                                          BOD, mg/l
                       



31. KATEGORI:  AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS.AIR

VARIABEL:  PADATAN TERLARUT

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Total padatan tersuspensi (TDS) merupakan agregat dari karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat dan garam-garam lainnya dari Ca, Mg, Na, K, dan senyawa lainnya.  TDS dipisahkan dari SS melalui teknik filtrasi laboratorium. Satuannya adalah mg/liter.  TDS sangat penting karena pengaruhnya terhadap palatabilitas dan efeknya untuk menyebabkan  reaksi fisiologis yang buruk.  Air yang kaya mineral juga kurang bagus bagi aplikasi industri, dan juga kualitasnya untuk irigasi agak terbatas.
Penetapan kondisi awal  untuk peubah ini melibatkan penghimpunan informasi yang ada  tentang TDS dalam air di lokasi proyek.  Harus diperhatikan adanya variasi konsentrasi TDS  sebagai fungsi dari variasi aliran air sungai.


PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak harus memperhatikan dampak fase konstruksi dan operasi, meskipun fokus utama untuk variabel ini berkaitan dengan fase operasi proyek.  Kuantifikasi dugaan TDS yang akan masuk lingkungan perairan akibat dari operasi proyek dapat dilakukan melalui  aplikasi berbagai unit faktor penghasil limbah (Canter, 1977).  Pendugaan perilaku padatan terlarut setelah memasuki  perairan  dapat dilakukan dengan bantuan model matematik yang berdasarkan pada prinsip-prinsip pengenceran.  Haris diperhatikan bentuk-bentuk kimiawi dari padatan terlarut serta potensi pengendapan kimiawi yang dapat terjadi sebagai fungsi  dari perubahan pH dan temperatur. Juga harus dipertimbangkan  potensi pembentukan TDS sebagai akibat evaporasi dari proyek pembendungan aliran air sungai.
Baku mutu yang ada dapat digunakan untuk menduga dampak potensial  akibat proyek pembangunan sumberdaya air.  Kurva fungsional berikut ini menyatakan bahwa kualitas lingkungan terhadap TDS menunjukkan hubungan yang menurun, sehingga peningkatan TDS akan menurunkan kualitas lingkungan.  Kurva fungsional ini menunjukkan  beberap nilai konsentrasi TDS sangat esensial pada ekstrim rendah dalam kaitannya untuk mencapai keseimbangan kimia dalam air.


PERHATIAN KHUSUS:

Harus diperhatikan variasi TDS secara alamiah dalam perairan di lokasi proyek.



KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 






0.8






0.6






0.4




0.2






        0.0
         0           500            1000                   1500             2000               2500           3000

 


                                                         TDS,  mg/liter






32. KATEGORI:  AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS.AIR

VARIABEL:  NITROGEN ANORGANIK

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang diperlukan untuk melestarikan kehidupan akuatik.  Biasanya diukur dengan satuan mg/liter.  Secara spesifik, nitrogen anorganik dalam bentuk nitrat dan amonia tersedia untuk masuk ke dalam siklus  rantai makanan akuatik.  Nitrogen organik menjadi tersedia setelah mengalami konversi menjadi bentuk anorganik oleh aktivitas bakteri.  Limbah industri, limbah domestik dan residu pupuk dalam air limpasan dari lahan pertanian merupakan sumber utama nitrogen anorganik dalam perairan.
Penetapan rona awal lingkungan untuk variabel ini mencakup agregasi informasi kualitas air variabel nitrogen anorganik di daerah proyek.  Variasi musiman konsentrasi nitrogen anorganik harus dicatat, demikian juga kecenderungan historisnya.
Disamping konsentrasi nitoegn anorganik dalam perairan, perlu dijelaskan pula agregat total input nitrogen ke dalam perairan, dari berbagai sumber. 

PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak proyek terhadap konsentrasi N-anorganik  harus meliputi masukan limbah N-anorganik  selama fase konstruksi dan operasi proyek. Harus diperhatikan pula kemungkinan terjadinya perubahan kimiawi dan  konversi biologis N-anorganik yang terjadi dalam air.  Model-model matematika dapat digunakan untuk menduga konsentrasi N-anorganik dalam aliran sungai.  Pertimbangan tentang dampak pembendungan aliran air terhadap konsentrasi N-anorganik juga harus dimasukkan kalau melibatkan proyek pembendungan sumberdaya air. 
Kurva fungsional berikut ini didasarkan atas pemikiran bahwa ada suatu kisaran optimum konsentrasi N-anorganik , dimana kualitas lingkungan menurun kalau terjadi penyimpangan konsentrasi di atas dan di bawah kisaran optimum.  Sedikit nitrogen sangat esensial untuk mendukung ekosistem ekuatik; kisaran di bawah 0.3 mg/l N-anorganik (dinyatakan sebagai N) dianggap sebagai kisraan defisien. Konsentrasi di sekitar 1.0 mg N /l dianggap sebagai kisaran optimum.  Konsentrasi 10 mg N/l atau lebih mungkin telah menghambat berbagai proses biologis.




KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 






0.8






0.6






0.4




0.2






        0.0
          0       1         2         3           4          5           6           7         8                 9          10   
                                               mg N / l
 




PERHATIAN KHUSUS:
Bentuk kurva fungsional di atas dianggap berlaku secara umum, walaupun  konsentrasi N untuk EQ maksimum beragam dari region ke region.




33. KATEGORI: AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS AIR

VARIABEL: FOSFAT ANORGANIK

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Fosfor merupakan unsur hara esensial yang diperlukan bagi kelangsungan kehidupan akuatik. Biasanya diukur dengan satuan mg/l atau ppm.  Berbagai bentuk P-anorganik telah banyak dibahas dalam kaitannya dengan  problem eutrofikasi.  Sumber fosfor yang masuk ke dalam perairan adalah limbah domestik, limbah industri, air limpasan dari lahan pertanian yang dipupuk fosfat.
Penentuan rona awal untuk peubah ini akan meliputi pengumpulan informasi kualitas air  P-anorganik di lokasi proyek.  Variasi musiman konsentrasi P-anorganik harus diperhatikan , demikian juga kecenderungan historisnya.  Baku mutu harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kemungkinan perubahan masukan P-anorganik dari sumber-sumber buangan limbah.  Selain memperhatikan konsentrasi P-anorganik dalam air, perlu mendeskripsikan kondisi lingkungan yang ada untuk memperkirakan total masukan fosfat ke dalam sumberdaya air.  Informasi yang berguna untuk memperhitungkan total masukan P-anorganik dikemukakan oleh Canter (1977).

PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak proyek harus mempertimbangkan buangan-limbah selama fase konstruksi dan operasi proyek. Demikian juga , informasi kepustakaan, untuk memperhitungkan total P-anorganik.  Perilaku P-anorganik dalam air sangat tergantung pada proses biologis dan reaksi-reaksi kimiawi.  Ada beberapa model matematika yang dapat digunakan untuk  menduga konsentrasi P-anorganik dalam aliran sungai. Pertimbangan tentang dampak pembendungan aliran sungai terhadap konsentrasi P-anorganik juga harus dimasukkan ke dalam analisis dampak proyek pembendungan sungai.
Rasionalita kurva fungsional berikut ini ialah bahwa meskipun konsentrasi P-anorganik yang menimbulkan masalah beragam dengan ciri-ciri lingkungan akuatik dan kandungan unsur hara lainnya, namun danau yang relatif tidak terkontaminasi ternyata airnya mengandung 0.001 - 0.003 mg P / l (total fosfor).  Daerah ini dianggap defisien hara.  Di atas 0.02 mg P/l  dianggap sebagai daerah potensial blooming algae.  Di atas 0.10 mg P/l, air dianggap sangat diperkaya.



KURVA FUNGSIONAL:  (Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 





0.8





0.6





0.4




0.2





        0.0
        0               0.022                      0.04               0.066             0.088             0.10   
                                                 mg P / liter
 




PERHATIAN KHUSUS:
Bentuk kurva fungsional di atas dianggap berlaku secara umum, meskipun konsentrasi P untuk EQ maksimum dapat beragam antar wilayah.



34. KATEGORI:  AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS AIR

VARIABEL:  SALINITAS

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Salinitas didefinisikan sebagai total padatan dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida diganti dengan klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi. Satuan untuk salinitas lazimnya adalah g/kg atau satu per seribu. Salinitas merupakan peubah penting dalam perairan pantai dan estuarine, dan perubahan salinitas dapat menyebabkan perubahan kualitas ekosistem akuatik, terutama ditinjau dari tipe-tipe dan kelimpahan organisme.  Salinitas harus digunakan sebagai parameter pendugaan dampak  untuk semua proyek pengembangan sumberdaya air yang berhubungan dengan  perairan pantai dan estuaria.
Penentuan rona awal untuk peubah ini akan melibatkan pengumnpulan informasi yang ada mengenai nilai-nilai salinitas di sekitar lokasi proyek.  Perhatian perlu diberikan kepada variasi salinitas harian dan musiman, serta variasinya terhadap kedalaman air pada lokasi tertentu.

PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak terutama dipusatkan pada perubahan salinitas yang mungkin terjadi sebagai akibat dari aktivitas konstruksi dan operasi proyek.  Teknik-teknik pendugaan telah ada, dengan  pendekatan yang berhubungan dengan  karakteristik hidraulik dari zone pantai dan/atau estuaria. 
Kurva fungsional di bawah ini didasarkan pada pemikiran bahwa perubahan dari kondisi salinitas normal  akan diikuti oleh penurunan kualitas lingkungan.  Perubahan salinitas dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kualitas lingkungan, tergantung pada aktivitas proyek.

KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 







0.8






0.6






0.4






0.2






        0.0
       -10            -5                -2.5             Normal         +2.5               +5           +10
                                    
                                   Perubahan salinitas (%)



PERHATIAN KHUSUS:
Hati-hati dalam menentukan kisaran salinitas “NORMAL” di suatu lokasi proyek.  Pendugaan dampak mungkin memerlukan pemodelan hidraulik yang unik.


35. KATEGORI: AKUATIK

SUB-KATEGORI:  KUALITAS  AIR

VARIABEL:  SENYAWA TOKSIK

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Berbagai macam senyawa toksik berada dalam lingkungan akuatik. Limbah yang mengandung logam berat (Hg, Cu, Ag, Pb, Ni, Co, As, Cd, Cr, dan lainnya) sendiri-sendiri atau campurannya hingga konsentrasi tertentu dapat bersifat toksik bagi organisme akuatik, sehingga mempunyai dampak yang serius terhadap ekosistem akuatik.  Senyawa toksik lainnya termasuk  pestisida, senyawa ammonia, sianida, sulfida, fluorida, dan senyawa-senyawa khlor organik. 
Uji bio-essay dapat digunakan untuk menyatakan konsentrasi dalam mg/l pada saat mana senyawa toksik tidak menyebabkan gangguan pada organisme uji.  Akan tetapi, efek jangka panjang dari senyawa toksik mungkin menimbulkan gangguan yang lebih berbahaya, seperti pengkerdilan pertumbuhan, penurunan fertilitas, penyimpangan fisiologis, dan pola perilaku aneh; dan ini semua dapat menyebabkan gangguan yang lebih berbahayadibandingkan dengan sekedar ekeberadaan spesies.  Demikian juga, magnifikasi biologis dan penyimpanan residu bahan pencemar yang toksik dalam organisme akuatik dapat mengakibatkan dampak serius.  Karena alasan ini semuanya, dan didukung alasan praktis, senyawa toksik, kalau mereka dapat dideteksi dalam perairan alami dengan metode canggih analisis kualitas air, dapat mengakibatkan air tidak layak bagi perbanyakan kehidupan akuatik yang sehat.
Penetapan rona awal untuk variabel ini harus mencakup agregasi informasi kualitas air mengenai senyawa toksik yang ditetapkan di atas konstentrasi yang mungkin terjadi di lokasi proyek. Kalau ada data tentang kecenderungan historis konsentrasi senyawa toksik (potensial) juga harus dicatat.  Disamping memperhatikan konsentrasi yang ada dalam air, dengan kemungkinan terjadi di lokasi proyek, maka tim interdisiplin harus juga mempertimbangkan adanya titik-titik sumber pencemaran yang ada di daerah aliran sungai. 

PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak proyek terhadap senyawa toksik harus mempertimbangkan peluang introduksi material toksik selama fase konstruksi dan operasionalisasi proyek.  Pertimbangan harus diberikan kepada siklus lingkungan dari berbagai senyawa toksik, yaitu mereka cenderung mengendap dari larutan (air), menguap ke atmosfer, atau diambil dalam berbagai bentuk akuatik.  Informasi yang ekstensif mengenai perilaku berbagai senyawa toksik  dalam lingkungan dapat dikaji dari literatur tentang limbah radioaktif, karena berbagai macam radio-nuklida merupakan isotop dari logam-logam toksik.  Model matematik umumnya masih belum ada untuk menduga konsentrasi berbagai bentuk senyawa toksik dalam aliran sungai.  Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kemungkinan terjadinya interaksi sinergistik atau antagonistik di antara senyawa-senyawa campuran yang dapat menyebabkan  efek yang berbeda selain yang disebabkan oleh masing-masing senyawa toksik secara sendiri-sendiri.

KURVA.FUNGSIONAL:.
Belum ada kurva fungsional.  Kurva fungsional yang serupa dengan residu pestisida dapat digunakan.

PERHATIAN KHUSUS:
Kalau beberapa senyawa toksik  atau potensial toksik ada di lokasi proyek, harus dipertimbangkan keberadaannya secara sendiri-sendiri dalam pendugaan dampak di lokasi proyek.


36.  VARIABEL:  RESIDU PESTISIDA

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Pestisida merupakan istilah kolektif yang mencakup insektisida, herbisida, dan algaesida yang dapat digunakan ke lahan atau air, guna mengendalikan gangguan flora dna fauna.  Efek pestisida  sangat beragam  dari satu jenis pestisida ke yang lainnya, demikian juga beragam antar spesies tumbuhan atau satwa akuatik. 
Penetapan rona awaluntuk peubah ini harus mencakup pengumpulan informasi kualitas air dalam  mg/l berbagai residu pestisida di lokasi proyek.  Fluktuasi musiman harus dicatat , demikian juga kecenderungan historis konsentrasi residu pestisida.  Karena pestisida terutama bersumber dari lahan pertanian, maka perlu dihimpun informasi tentang sejarah masa lalu penggunaan pestisida di daerah aliran sungai.



PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak proyek terhadap konsentrasi residu pestisida harus mencakup potensi masuknya pestisida selama fase konstruksi dan fase operasional proyek.  Perilaku residu pestisida dalam perairan permukaan dapat diperkirakan melalui berbagai informasi ilmiah mengenai mekanisme transportasinya.  Model matemaktika umumnya belum ada untuk menduga konsentrasi residu pestisida dalam aliran sungai, demikian juga untuk menduga dampak potensial pembendungan air terhadap residu pestisida.
Karena konsnetrasi maksimum yang diperbolehkan snagat beragam di antara pestisida, dan karena  akan sangat “sulit” untuk menyusun kurva fungsional secara sendiri-sendiri untuk setiap jenis pestisida, maka kurva fungsional berikut ini disusun berdasarkan rasio konsentrasi yang ada (atau konsentrasi dugaan) suatu pestisida tertentu dengan konsentrasi maksimumnya.  Kalau hanya ada satu jenis residu pestisida maka kurva fungsional dpaat digunakan secara langsung.  Dalam hal seperti ini, indeks kualitas bragam secara linear dari 1.0 (zero pesticides) hingga 0.0 kalau  konsentrasi eksisting atau hasil pendugaan mencapai nilai maksimum yang diperbolehkan, maka rasio tersebut tidak berguna.  Untuk mengkaji adanya residu berbagai pestiside dapat digunakan formula berikut ini:

                             N
                             S   QIi
                          i = 1
               QI = -------------------------  (0.9) N
                                N

dimana:
QI = Indeks kualitas untuk keseluruhan residu pestisida yang ada; QI i = indeks kualitas pestisida ke-i yang diperoleh dari kurva fungsional; N = banyaknya macam / jenis residu pestisida.

PERHATIAN KHUSUS:
Kalau diketahui ada penggunaan  dua atau tiga jenis pestisida yang dominan di lokasi proyek, maka tim interdisiplin dapat melakukan pendugaan dampak secara sendiri-sendiri /masing-masing jenis residu pestisida.

KURVA.FUNGSIONAL:.(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 






0.8





0.6





0.4





0.2





        0.0
        0                   0. 2                    0. 4                0. 6                      0.8              1.0   

              Rasio konsentrasi = (konsentrasi) /
                                              (konsentrasi maksimum yang diperbolehkan)

37.  VARIABEL:  BAKTERI  COLIFORM

DEFINISI DAN PENETAPAN KONDISI AWAL:
Air dapat berfungsi sebagai kendaraan untuk menyebarkan penyakit. Adanya organisme coliform dalam air dianggap sebagai bukti kontaminasi  karena organisme ini asal-usulnya  dari dalam saluran pencernaan manusia atau hewan berdarah panas lainnya.  Perlunya uji coliform terhadap suplai air menjadi semakin kurang penting karena teknologi pengolahan air bersih semakin efektif mampu melenyapkan  bakteri penyebab penyakit melalui perlakuan desinfeksi.  Akan tetapi, uji coliform terus menjadi tetap penting karena pemanfaatan air untuk jasa rekreasional melibatkan aktivitas body-contact, dan karena implikasi bahwa penyakit virus dapat ditularkan  melalui kontaminasi tinja dalam suplai air.  Jalur tidak langsung seperti kontaminasi  bahan makanan dengan air irigasi yang tercemar tinja, dan akumulasi kontaminan oleh oyster, clams, dan bangsa siput dari  perairan pantai yang tercemar tinja, terus menjadi masalah yang menarik perhatian.
Penetapan kondisi awal untuk variabel ini akan meliputi pengumpulan informasi kualitas air , termasuk konsentrasi coliform di lokasi proyek.  Konsentrasi dinyatakan dalam MPN per 100 ml (most probable number). Variasi coliform musiman harus dicatat, demikian juga kecenderungan historisnya. Selain memperhatikan konsentrasi coliform dalam air, perlu dideskripsikan kondisi lingkungan yang dalam rangka untuk menduga total masukan limbah ke dalam perairan. 

PENDUGAAN DAMPAK:
Pendugaan dampak proyek terhadap konsentrasi coliform-tinja harus memperhatikan masukan limbah selama fase konstruksi dan operasi proyek.  Perhatian juga harus diberikan pada  fenomena kematian alamaiah organisme ini di permukaan perairan, dan tentu saja juga harus memperhatikan kemungkinan pertumbuhannya kembali setelah  memasuki kondisi akuatik tertentu. 
Sekala koliform pada kurva fungsional di bawah ini  adalah logaritmik dan diukur dalam unit-unit  konvensional  MPN/ 100 ml (Most Probable Number per 100 ml). Pertimbangannya ialah bahwa baku mutu air minum  satu organisme per  100 ml (100) sedangkan konsentrasi koliform tinja dalam limbah mentah  dapat mencapai sebesar 106 organisme atau lebih  per 100 ml. Fungsi nilai yang dikembangkan oleh NSF dan ORSANCO (Ohio River Sanitation Commission) juga disajikan.  Fungsi yang dikembangkan dlaam Battelle  Environmental Evaluation System berada di antara kedua ekstrim tersebut.  Kurva fungsional yang berbentuk “S” mencerminkan unit-unit perubahan yang tidak   konsisten pada zone bawah dan zone atas dari sekala, dan  adanya sifat kritis pada kisaran  102 hingga 104 MPN/100 ml.



KURVA.FUNGSIONAL:.
(Battelle.Environmental.Evaluation.System,.1972)

Indeks Kualitas

         1.0
 






0.8



ORSANCO



0.6

NSF




0.4






0.2






        0.0
          100              101                   102                   10               104             105           106

                                     MPN/100 ml




PERHATIAN KHUSUS:
Kalau data kualitas air yang tersedia mengindikasikan adanya  organisme penyebab penyakit spesifik, maka tim interdisiplin seyogyanya menggunakannya dalam kaitannya dengan data koliform tinja.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar