Kamis, 25 Februari 2016

Plankton

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota, yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup. Pemanfaatan biota laut yang makin hari makin meningkat dibarengi oleh kemajuan pengetahuan tentang kehidupan biota laut yang tertampung dalam ilmu pengetahuan laut yang dinamakan biologi laut atau ilmu biologi laut (marinebiology).Biologi Laut adalah ilmu yang mempelajari latar Belakang tentang hewan dan mahluk-mahluk lain yang hidup di laut termasuk tumbuhan tingkat rendah jenis (plankton) dan tumbuhan tingkat tinggi (berbunga, bersel banyak). Tingginya keanekaragaman jenis biota laut barangkali hanya dapat jenis ditandingi oleh keanekaragaman jenis biota dihutan hujan    tropik ( Syafiih , 2009).
Biologi laut, yakni ilmu pengetahuan tentang kehidupan biota laut, berkembang begitu cepat untuk mengungkapkan rahasia kehidupan berbagai jenis biota laut Biologi Laut adalah ilmu yang mempelajari latar Belakang tentang hewan dan mahluk-mahluk lain yang hidup di laut termasuk tumbuhan tingkat rendah (plankton) dan tumbuhan tingkat tinggi (berbunga, bersel banyak). Biologi Laut terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti planktonologi, zoologi, ekologi, invertebrata, avertebrata, dan oceanografi. Kemajuan teknologi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekosistem laut.
Pentingnya keberadaan ekosistem laut bagi seluruh makhluk hidup membuat pemanfaatan dan pengelolaannya sangat dijaga dan diperhatikan. Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mulai mengerti betapa pentingnya laut beserta isinya bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan praktikum ini praktikan diharapkan dapat mempelajari berbagai jenis biota yang terdapat di ekosistem laut, termasuk alga, formasi pes-caprae dan karakteristik habitat intertidal (Anonim, 2009).
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut. Organisme ini baik dari segi jumlah dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi sejumlah konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan. Mikroorganisme (plankton) ini ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti bahwa hewan dan kita sebagai hewani (zooplankton) dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimulasi (photosyntesis) seperti halnya tumbuhan. Kelompok ini disebut plankton nabati (phytoplankton). Plankton juga mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat dan dapat dengan mudah dibudidayakan secara massal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan mereka akan punah. (Rizky,2009).
1.2  Tujuan
1.2.1.     Adapun tujuan dari materi Penggunaan Mikroskop adalah :
·       Menambah ketrampilan mahasiswa terutama dalam penggunaan mikroskop dan memelihara mikroskop
·       Menambah kemampuan mahasiswa untuk menghitung luas bidang pandang
1.2.2.     Tujuan dari materi Jenis dan Klasifikasi Plankton adalah
·       Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan klasifikasi plankton
·       Menambah ketrampilan mahasiswa dalam identifikasi plankton
1.2.3.     Tujuan dari materi Kelimpahan Plankton adalah
·       Menambah pemahaman mahasiswa tentang jenis dan kelimpahan plankton
·       Menambah ketrampilan mahasiswa dalam menghitung kelimpahan plankton
1.3.     Manfaat
·       Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis plankton
·       Mahasiswa dapat membedakan zooplankton dan Fitoplankton
·       Mahasiswa Dapat mengetahui tingkat zooplankton dan fitoplankton

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan (Dawes, 1981). Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak.Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Fajrieb, 2009).
Selain itu menurut Nybakken (1992), plankton adalah kelompok-kelompok organisme yang hanyut bebas dalam laut dan daya renangnya sangat lemah. Kemampuan berenang organisme-organisme planktonik demikian lemah sehingga mereka sama sekali dikuasai oleh gerakan air, hal ini berbeda dengan hewan laut lainnya yang memiliki gerakan dan daya renang yang cukup kuat untuk melawan arus laut. Plankton adalah suatu organisme yang terpenting dalam ekosistem laut, kemudian dikatakan bahwa plankton merupakan salah satu organisme yang berukuran kecil dimana hidupnya terombang-ambing oleh arus perairan laut (Hutabarat dan Evans, 2000)
Menurut ukurannya, plankton dibagi ke dalam beberapa kelompok, yaitu makroplankton (lebih besar dari 1 mm), mikroplankton (0,06–1 mm) dan nanoplankton (kurang dari 0,06 mm) meliputi berbagai jenis fitoplankton. Diperkirakan 70 % dari semua fitoplankton di laut terdiri dari nanoplankton dan inilah yang memungkinkan terdapatnya zooplankton sebagai konsumer primer (Muhammad, 2011).
Berdasarkan daur hidupnya, plankton terbagi dalam dua golongan yaitu holoplankton yang merupakan organisme akuatik dimana seluruh hidupnya bersifat sebagai plankton,dimana sepanjang hidupnya golongan kedua yaitu meroplankton yang hanya sebagian dari daur hidupnya bersifat sebagai plankton
 (Bougis, 1976; Nybakken, 1992).
Berdasarkan keadaan biologisnya, Newel (1963) menggolongkan plankton sebagai berikut : (a) Fitoplankton yang merupakan tumbuhan renik, (b) Zooplankton yang merupakan hewan-hewan yang umumnya renik. Zooplankton merupakan anggota plankton yang bersifat hewani, sangat beraneka ragam dan terdiri dari bermacam larva dan bentuk dewasa yang mewakili hampir seluruh filum hewan. Zooplankton memiliki ukuran yang lebih besar dari fitoplankton (Nontji, 1987).
Romimohtarto dan Juwana (1998) menyatakan bahwa Crustacea merupakan jenis zooplankton yang terpenting bagi ikan-ikan, baik di perairan tawar maupun di perairan laut. Diantara anggota filum Arthropoda, hanya Crustacea yang dapat hidup sebagai plankton dalam perairan. Menurut Davis (1955), kelimpahan zooplankton sangat ditentukan oleh adanya fitoplankton, karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton. Silvania (1990) mengemukakan bahwa di perairan fitoplankton mempunyai peranan sebagai produsen yang merupakan sumber energi bagi kehidupan organisme lainnya.
Hal ini juga didukung oleh Arinardi (1977) yang menyatakan bahwa kepadatan zooplankton sangat tergantung pada kepadatan fitoplankton, karena fitoplankton adalah makanan bagi zooplankton, dengan demikian kuantitas atau kelimpahan zooplankton akan tinggi di perairan yang tinggi kandungan fitoplanktonnya, kelimpahan zooplankton sangat di tentukan oleh adanya fitoplankton karena fitoplankton merupakan makanan bagi zooplankton itu sendiri, fitoplankton mempunyai peranan sebagai produsen yang merupakan sumber energy bagi kehidupan organism lain. Zooplankton sangat di tentukan oleh adanya fitoplankton (Neni , 2011 ).
2.1.  Materi Pengumpulan Plankton
Parameter kualitas air dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan plankton :
2.1.1 Parameter fisika
·       Suhu
Menurut Cholik. Etall (1996), suhu sangat berpengaruh terhadapproses kimiawi dan biologi. Kaidah umum menunjukkan bahwa reaksi kimia dan biologi meningkatkan lipat dua untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC.Hal ini dapat diartikan bahwa jasad perairan akan menggunakan oksigen terlarut dua kali lebih banyak pada suhu lebih kritis dalam air bersuhu tinggi dibanding dengan yang rendah.  Pertumbuhan dari kehidupan biota budidaya sangat dipengaruhi suhu air. Umumnya batas-batas tertentu kecepatan pertumbuhan biota meningkat sejalan dengan naiknya suhu air. Sedangkan derajat kelangsungan kehidupan bereaksi sebaliknya terhadap kenaikan suhu (Kordi dan Andi, 2007).
·       Kecerahan
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam persen dari beberapa panjang gelombang didaerah spectrum yang terlihat cahaya yang melampauilapisan sekitar 1 meter, jatuh agak lurus pada permukaan air. Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (terbidity) air,kekeruhan dipengaruhi oleh (1) benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur dan sebagainya,(2) adanya jasad-jasad renik (plankton) dan (3) warna air (Kordi dan Andi,2007). Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan, kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk (Effendi, 2003).
2.1.2  Parameter Kimia
·       Oksigen Terlarut (DO)
Menurut Kordi dan Andi (2007) dilihat dari jumlahnya oksigen adalah satu jenis gas terlarut dalam air dengan jumlah sangat banyakyaitu menempati ukuran kedua setelah nitrogen. Namun jika dilihat dari segi kepentingan untuk budidaya perairan oksigen menempati urutan teratas, oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen merupakan salah satu factor pembatas sehingga bila ketersediaanya didalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka senjata aktivitas biota akan terhambat. Menurut Barnis (2005), sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis selanjutnya air kehilangan oksigen melalui perlepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme air.
·       Karbondioksida (CO2)
Menurut Kordi dan Andi (2007), karbondioksida (CO2) atau biasa disebut orang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umunya perairan alam mengandung karbondioksida sebesar 2mg/l. Pada konsentrasi yang tinggi (> 10mg/l), karbondioksida dapat beracun, karena keberadaanya dalam darat dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Sumber karbon utama dibumi adalah atmosfer dan perairan, terutama lautan. Laut mengandung karbon lima puluh kali lebih banyak daripada karbon diatmosfer (Effendi,2003).
·       pH
Menurut cholik. et all (1986). pH adalah ukuran dari konsentrasi ion hydrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa. Skala pH mempunyai deret 0-14 dan pH 7 adalah netral, berarti air tidak bersifat basa ataupun asam. Bila nilai pH dibawah 7 berarti air tersebut asam dan bila diatas 7 berarti basa. Secara alamiah, pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa bersifat asam. Fitoplankton dan tanaman air lainya akan mengambil karbondioksida dari air selama proses fotosintesis sehingga mengakibatkan pH air meningkat dari siang hari dan menurun pada waktu malam hari. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya pada pH rendah, kandungan oksigen terlarut akan berkurang (Kordi dan Andi,2007).
·       TOM (total organic matter)
Menurut Sutrisno dan Suciastuti (2004), zat organic yang terdapat didalam air bias berasal dari :
- Alam, minyak tumbuh-tumbuhan, serat-serat minyak dan lemak hewan, alcohol, gula, pati, sellulose, dan sebagainya.
- Sintesa berbagai persenyawaan dan buah-buahan yang dihasilkan dari proses-proses dalam pabrik.
- Fermentasi, alcohol, aseton, glycerol, antibiotic,asam-asam dan sejenisnya yang berasal dari kegiatan mikroorganisme terhadap bahan-bahan organic. Adanya bahan organic erat dengan perubahan sifat fisik air seperti warna , bau, rasa dan kekeruhan itu sendiri, jasad mati merupakan sumber nutrisi jasad heterotrofik buangan berbentuk CO2, H2O,alcohol, asam asetat, NH, dan sebagainya. Beberapa digunakan sebagai sumber nutrisi jasad heterotrofik.
·       Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun tawar. Bentuk kombinasi lain dari element isi bias tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan oleh fitoplankton terutama kalau unsure nitrat terbatas. Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton mencakup konversi nitart menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel.
Menurut Barrus (2001), nitrat adalah merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang.
·       Phosphat
Pada perairan alami, phosphorus terdapat dalam bentuk terlarut baik dalam bentuk organic atau anorganik dan Orthophospat kelihatan merupakan sumber utama phosphorus. Sel fitoplankton dapat mengakumulasi phosphat jika nutrient tersedia dalam jumlah yang berlebih. Hal ini disebut “Luxury consumtion”, phosphat tersebut selanjunya akan dimanfaatkan kalau sumber juga bias dimanfaatkan oleh beberapa spesies fitoplankton selama defisiensi phosphat anorganik (Yuli dan Kusriani, 2005).
Menurut Dugon (1972) dalam Effendi (2003), fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan. Fosfat yang berikatan dengan Ferri (Fe2(PO4)) bersifat tidak dan mengendap didsar perairan.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan
A. Fitoplankton
·       Fisika
1.     Suhu
Aktivitas fotosintesis oleh fitoplankton bisa terjadi pada kondisi suhu yang ekstrim seperti habitat antarfik dengan suhu dibawah OoC dan tropical muaflat yang suhunya mencapai 30oC atau bahkan lebih. Pengamatan dilapangan memang menunjukkan fluktuasi yang mempunyai pola musiman yang dikontrol oleh temperature (Yuli dan kusriani,2005).
 2.   Kecerahan
Menurut Nantji (1986), fitoplankton bisa ditemui diseluruh masa air melalui dari permukaan laut sampai pada kedalaman dengan intensitas chaya yang memungkinkan terjadinya fotosintesis. Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan laut setiap harridan perubahan intensitas dengan bertambahnya memegang perairan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton. (Rommimohtartodan Juwana, 2001).
·       Kimia
1. pH
Kisaran pH untuk budidaya alga 7-9 dengan besaran yang optimal 8,2; 8,7 kegagalan dalam budidaya alga dapat disebabkan oleh kegagalan dalam mempertahankan pH media budidaya. Hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan aerasi (Ekawati,2005).
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida da senyawa yang bersifat asam. Fitoplankton dan tumbuhan air lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis, sehingga mengakibatkan pH air meningakat pada siang hari dan menurun pada malam hari (Wirawan, 1995).
2.     Nitrat
Menurut Yuli dan Kusriani (2005), nitrat adalah sumber nitrogen dalam air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari element ini biasa tersedia dalam bentuk amonia, nitrit dan komponen organic. Kombinasi element ini sering dimanfaatkan fitoplankton terutama kalau unsure nitrat terbatas, nitrogen terlarut juga bisa dimanfaatkan oleh jenis blue green algae dengan fiksasi nitrogen. Pemanfaatan nitrogen oleh fitoplankton mencakup konversi nitart menjadi amonia sebelum diasimilasi oleh material sel. Oleh karena itu pengambilan komponen ammonium dalam pengukuran jauh lebih bermanfaat, sementara dari percobaan culture menunjukkan bahwa ammonium –N lebih disukai dalam bentuk nitrat, dan unsur nitrat ternyata tersedia dalam jumlah yang diperairan alami. Menurut beberapa peneliti kadar N diperairan sangat kecil, umunya kurang dari 5 ppm, sedangkan batas minimal untuk tumbuh algae adalah 0,35 ppm. Nitrogen tidak selalu menjadi factor pembatas bagi semua algae, misalnya dari jenis diatome dan cyanophyceae walaupun unsure N ini merupakan bagian dari protoplasma jasad-jasad tersebut (Subahjanto,2005).
·       Biologi
1.  Substrat
Dalam budidaya fitoplankton, media kultur digunakan sebagai tempat bertumbuh dan berkembang biak. Menurut Suriawira (1985), susunan bahan baik bahan alami maupun bahan buatan yang digunakan untuk perkembangan dan berkembang biakan mikro dinamakan media. Media yang digunakan dalan budidaya fitoplankton berbentuk cair yang didalamnya terkandung beberapa senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrient untuk keperluan hidupnya. Selanjutnya menurut Chen J dan H. PC. Slaelye (1991) dalam Nelvy.D dan Sudjiharno (2002), pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton memerlukan berbagai nutrient yang diabsorbsi dari luas (media). Hal ini berarti keterangan unsure mikro nutrient dan makro nutrient dalam media tumbuhnya mutlak diperlukan.
2.  Kompetisi
Organisme akan mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kondisi interfisik dalam memenfaatkan, sumber energy maksimum. Biasanya digunakan untuk kapasitas reduksi yang berlebihan kelimpahan fitoplanktonadalah lebih sedikit dalam kolam 10-25% dibandingkan kolam 0 dan 5% menutupi kolam, kompetisi sejenis bunga baku dengan fitoplankton yang berhubungan dengan macrophytes lain untuk mengurangi efisiensi fitoplankton dalam kolam (Musa dan Yanuhar, 2006).
3.     Predasi
Kontaminasi oleh bakteri protozoa atau spesies lain merupakan masalah yang serius dalam budaya mikroalga mono spesifik atau axenix (Ekawati, 2005).
B. Zooplankton
·       Fisika
1.     Suhu
Pemilihan suhu yang optimal untuk budidaya pada pembesaran tergantung dari tipe morfologinya, small type dan long type juga berbeda dalam kebutuhanya terutama suhu optimal untuk pertumbuhannya. Suhu optimal antara 15-25oC. pada umumnya peningkatan suhu didalam batas-batas optimal biasanya mengakibatkan aktivitas reproduksi juga meningkat (Ekawati, 2005).
2.     Kecerahan
Kecerahan atau kekeruhan air disebabkan oleh adanya partikel-partikel liat lumpur atau lainya yang mengendap, akan merusak nilai guna dasar perairan yang merupakan daerah pemijahan dan habitat berbgai organism (Wirawan, 1992).
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi lapisan permukaan air laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan bertambahnya memiliki peranan penting dalam menentukan pertumbuhan fitoplankton (juga zooplankton yang ada didalamnya) (Rommimohtarto dan Juwono, 2001).
·       Kimia
1.     pH
Zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya bahan organic, zooplankton alam hidup pada pH > 6,6, sedangkan pada kondisi biasa yang optimal hidup pada kondisi pH 6-8 (Ekawait, 2005).
pH merupakan salah satu bagian dari factor yang sangat berpengaruh terhadap banyak tidaknya kelimpahan zooplankton disuatu perairan, adapun pH optimum yang baik untuk pertumbuhan atau kelimpahan zooplankton disuatu perairan alami adalah pH antara 6,2-8.6 (www.research.vi.oc.id, 2005).
2.     DO (Oksigen Terlarut)
Porifera merupakan salah satu zooplankton yang dapat bertahan hidup di air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah yakni 2mg/l. tingkat oksigen tertinggi dalam air budidaya tergantung apda suhu, salinitas, kepadatan, jenis makanan yang yang digunakan (Ekawati, 2005).
3.     TOM
Menurut Barrus (2001), sebagian besar zooplankton menggantungkan sumber nutrisinya pada materi organic, baik berupa fitoplankton maupun detritus.
·       Biologi
1.     Substrat
Menurut Subahjanti (2005), zooplankton biasanya banyak terdapat diperairan yang kaya akan bahan organic karena sebagai makananya.
2.     Kompetisi
Organisme yang mengadakan kompetisi satu sama lain dan hal ini menyebabkan kompetisi inter spesifik dalam memenfaatkan sumber energy maksimum, biasanya digunakan untuk kapasitas reproduksi yang berlebihan (Musa dan Yanuhar, 2005).
3.     Predasi
Predasi adalah hubungan antara mangsa dan pemangsa (predator). Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup, sebaliknya predator juga berfungsi sebagai pengontrol populasi mangsa, seperti adanya zooplankton sebagai pemangsa fitoplankton yang ada diperairan (Pendamping praweda biologi, 2001).














BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini di laksanakan pada hari selasa pukul 13.30 WIB tanggal  11 Oktober 2011 di Labolatorium dasar Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Matematika da Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.

3.2. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang di gunakan di dalam labolatorium adalah :
·       Mikroskop Binokuler
·       Pipet tetes
·       Aquades
·       SRCC (Sedgwick Rafter Counting cell)

3.3. Cara Kerja
Mikroskop dan laptop untuk penyimpanan dan disiapkan
SRCC dibersihkan dengan menggunakan aquadest , lalu dikeringkan dengan tissue.
 




                       
Sampel plankton diambil menggunakan pipet tetes, kemudian diteteskan diatas SRCC sebanyak 1 ml (40 tetes).
Kemudian diamati dengan 20 pandangan, jika ditemukan jenis plankton disimpan dengan cara mengklik snapshot.
Setelah tersimpan 20 lapang pandang dan dilakukan identifikasi plankton dengan menggunakan buku identifikasi
SSRC diletakkan dimikroskop kemudian diatur perbesarannya.
 










DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Plankton dan Tumbuhan air laut http://Wikipedia.com/wiki/2009/plankton-tumbuhan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar