Kamis, 11 Februari 2016

Habitat Pencemaran

Categories: Info
Tags: Pengetahuan
Aktivitas manusia merupakan penyebab utama dari terjadinya polusi laut dunia. Lebih dari 80 persen polusi laut yang terjadi pada lautan berasal dari aktivitas yang terjadi di darat. Mulai dari hancurnya terumbu karang, penumpukan sampah, timbunan zat kimia berbahaya, sampai peningkatan suhu permukaan laut sehingga mengakibatkan tidak seimbangnya ekosistem yang ada di laut.
Global warming (pemanasan global) merupakan salah satu penyebab perubahan dari struktur kimia yang ada di lautan dan proses perubahan ekosistem laut lainnya, dan hal tersebut merupakan ancaman terhadap jutaan spesies biota laut yang tidak dapat bertahan dengan temperatur yang tinggi. Penangkapan ikan yang berlebihan merupakan masalah yang cukup serius di berbagai negara. Banyak para pecinta alam dan para pecinta laut memberikan nasihat dan masukan-masukan untuk menciptakan suasana laut yang dapat melinduingi berbagai mahluk yang ada di laut, tetapi usaha tersebut kelihatannya masih sangat tidak maksimal.

Pencemaran Laut
Ancaman pada ekosistem laut
  • Global warming adalah penyebab naiknya permukaan laut, merupakan ancaman serius pada populasi biota laut.
  • Pestisida dan obat-obatan yang digunakan dalam pertanian yang pada akhirnya bermuara pada air laut, menimbulkan masalah serius diantaranya mengakibatkan kurangnya oksigen dalam air yang dapat membunuh habitat biota laut dan ikan-ikan.
  • Perusahaan dan pabrik industri mengalirkan limbah dan materi-materi kimia lainnya ke dalam laut, hal ini turut berperan besar terhadap pencemaran laut.
  • Tumpahan minyak pada musibah kapal tanker sangat mencemari lautan, disinyalir kejadian ini menimbulkan pencemaran laut yang dahsyat terhadap eksostem laut.
  • Polusi udara bertanggung jawab pada satu sepertiga kontaminasi racun dan bahan-bahan yang dapat masuk ke dalam wilayah perairan pantai dan laut.
  • Biota laut yang telah tercemar seperti ganggang yang telah beracun, cholera, tanaman laut dan telah memasuki wilayah laut dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekologi laut.
Solusi
  • Dirikan taman laut untuk melindungi keberadaan biota laut.
  • Kurangi cara-cara menangkap ikan yang merusak seperti trawling.
  • cegah penggunaan sonar pada kapal militer yang dapat membahayakan atau dapat membunuh biota dan mamalia laut.
  • Bantu nelayan untuk mengelola kehidupannya dengan cara-cara yang ramah lingkungan.
  • Tingkatkan penghijauan pada daerah pantai dengan menanam tanaman seperti mangrove, bakau guna menstabilkan habitat laut dan meningkatkan poplasi ikan di laut.

1. Lamun (Seagrass)
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Menurut Nybakken (1988), biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan pro
duktifitasnya adalah 700 g karbon/m2/hari. Oleh sebab itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi.
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) y
ang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda dengan rumput laut (algae) (Wood et al. 1969; Thomlinson 1974; Askab 1999). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35 jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,
Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum Dari beberpa jenis lamun, Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru (Den Hartog, 1970; Askab, 1999; Bengen 2001).
Menurut Nontji (1987), lamun hidup di perairan dangkal yang agak
berpasir sering dijumpai di terumbu karang, lamun umumnya membentuk padang yang luas di dasar laut yang masih dapat di jangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Padang lamun merupakan ekosistem yang sangat tinggi produktifitas organiknya. Ke dalam air dan pengaruh pasang surut serta struktur substrat mempengaruhi zona sebagian jenis lamun dan bentuk pertu
mbuhannya.
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai substrat yang berlumpur sampai berbatu. Namun padang lamun yang khas lebih sering ditemukan di substrat lumpur berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang.
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas o
rganiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska ( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp, Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).
Lamun, merupakan bagian dari beberapa ekosistem dari
wilayah pesisir dan lautan perlu dilestarikan, memberikan kontribusi pada peningkatan hasil perikanan dan pada sektor lainya seperti pariwisata. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian khusus seperti halnya ekosistem lainnya dalam wilayah pesisir untuk mempertahankan kelestariannya melalui pengelolaan secara terpadu. Secara langsung dan tidak langsung memberikan manfaat untuk meningkatkan perekonomian terutama bagi penduduk di wilayah pesisir.
Mengingat pentingnya peranan lamun bagi ekosistem di laut dan semakin besarnya tekanan ganguan baik oleh ketifitas manusia maupun akibat alami, maka perlu diupayakan usaha pelestarian lamun melalui pengelolaan yang baik pada ekosistem padang lamun.

2. PEMANFAATAN LAMUN

Di daerah padang lamun, organisme melimpah, karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya mapupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan ne
kton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna.
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, menurut hasil penelitian diketahui
bahwa peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut:
2.1 Sebagai produsen primer
Lamun mempunyai tingkat produktifitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).

2.2 Sebagai habitat biota

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977).

2.3 Sebagai penangkap sedimen

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang diseb
abkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958).

2.4 Sebagai pendaur zat hara

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif.
Ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara lain:
1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan dari arus dan gelombang.
2. Daun-daun memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
3. Memberikan perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang lamun.
4. Daun–daun sangat membantu organisme-organisme epifit.
5. Mempunyai produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupuin secara modern.
Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk :
1. Digunakan untuk kompos dan pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak
3. Dianyam menjadi keranjang
4. Tumpukan untuk pematang

5. Mengisi kasur

6. Ada yang dimakan
7. Dibuat jaring ikan
Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan untuk:
1. Penyaring limbah
2. Stabilizator pantai
3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Makanan
5. Obat-obatan
6. Sumber bahan kimia.
Ekosistem
Mangrove
Ekosistem
Lamun
Lamun kadang-kadang membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air.
bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai. Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan akdemisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti ekosistem terumnbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi ekologisnya. Ekosistem padamg lamun memiliki atribut ekologi yang penting yang
berhubungan dengan sifat fisika, kimia dan proses biologi antar ekosistem di wilayah pesisir dan proses keterkaitan ke tiga ekosistem ini dijelaskan pada gambar 1.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnBpHl0-z3-vrHFWpu1poYMxz6Ut25-PQfcbyIAlrPGfrd7E1NSXZREA2t_CGrCCmmAe6Xw8QVpD8k_A22hnDXFbo5CJZa4pKa-Etgd_8VinTCGqfXfyR5MK4mfzTeyAgiu9jP0CZe45ip/s320/Picture1.png

Gambar 1. Model interaksi tiga ekosistem utama di wilayah pesisir yaitu: ekosistem mangrove, padang lamun dan terumbu karang (Bengen,
2001).
Serasah yang dihasilkan oleh lamun (gambar 2) merupakan sumber makanan bagi kehidupan berbagai komunitas organisme di ekosistem padang lamun seperti komunitas Crustacea, ikan – ikan kecil, udang batu dan ikan besar, salah satu jenis ikan yang ketergantungan cukup tinggi dengan lamun adalah dugong dan penyu hijau. Lamun dapat memproduksi 65-85 % bahan organik dalam bentuk detritus dan disumbangkan keperairan adalah sebanayak 10-20% (Keough, et al. 1995)
Ekosistem padang lamun yang memiliki produktivitas yang tinggi, memiliki peranan dalam sestem rantai makanan khususnya pada periphyton dan epiphytic dari detritus yang dihasilkan dan serta lamun mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya seperti yang diisajikan pada gambar 2.
Produksi lamun Enhalus acoroides
8556 kal/m2/hari
Populasi
Siganus canalicatus

Konsumsi lamun
Enhalus acoroides
O,6 kal/m2/hari(0,007%) dari produksi padang lamun
Produksi detritus
0,23 kal/m2/hari(40% konsumsi dari padang lamun)
Gambar 3. Aliran energi pada aktivitas makan populasi Siganus canaliculatus di Teluk Bay, Philipina.
Keterkaitan lamun dengan ikan Siganus canaliculatus (gambar 3) menjelaskan tentang peranan lamun sebagai tempat ikan mencari makan, dalam hal ini lamun di lingkungan pesisir dalam kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan plankton yaitu : mensuplai makanan dan zat hara ke ekosistem perairan, membentuk sedimen dan berinteraksi dengan terumbu karang, memberikan tempat untuk berassosiasinya berbagai flora dan fauna dan mengatur pertukaran air( Fortes 1989).
2.5 Sebagai Bahan Baku Pakan dan Pupuk Hijau
Pemanfaatan lamun secara langsung di berbagai negara sudah banyak dilakukan. Di Denmark, lamun digunakan untuk menggantikan pakan bagi hewan dan komponen pupuk di daerah pesisir. Di Florida lamun digunakan sebagai pupuk untuk menghasilkan tomat dan stroberi dalam jumlah besar. Sedangkan di Jerman, lamun digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas dan bahan pengganti dalam pabrik nitro selulosa. Berbeda dengan di negara-negara yang disebutkan tadi, di Amerika Serikat lamun digunakan untuk bahan mencegah kebakaran (Dahuri, 2003).
Departemen Kelautan dan Perikanan lewat PROTEKAN dengan anggaran APBN sekitar 4 triliun untuk memanfaatkan potensi ekosistem padang lamun sebagai lahan budidaya laut yang hampir mencapai 2,01 juta hektar. Ngangi (2003), produksi ikan dari hasil budidaya adalah 2 juta ton/100 ribu ha/tahun. Bisa dibayangkan jumlah kebutuhan pakan ikan untuk keseluruhan lahan jika dikembangkan, misalnya ikan kerapu tikus (Chromileptes altivelis) untuk mencapai ukuran konsumsi (500 g/ekor) membutuhkan 6 kg pakan.
Dengan jumlah pakan yang sedemikian besar maka tujuan pembudidayaan ikan yaitu mengurangi hasil tangkapan di laut dikhawatirkan akan lebih memacu ke usaha penangkapan untuk memenuhi pakan segar bagi ikan budidaya. Maka perlu dicari alternatifnya, yaitu pemberian pakan buatan. Keuntungan pakan buatan adalah: tersedia dalam jumlah yang banyak, dapat disimpan, nutrisi tinggi, nilai efisiensi tinggi, & nilai ubah pakan yang rendah.
Pakan buatan membutuhkan bahan-bahan baku sebagai penyusunnya, baik bahan baku hewani maupun nabati. Sampai saat ini kendala pembuatan pakan adalah mahalnya tepung ikan. Untuk itu dicari bahan baku yang dapat mensubstitusi tepung ikan. Syarat bahan baku adalah: tersedia dalam jumlah yang banyak, bernutrisi tinggi, tidak beracun, dan bukan sebagai saingan konsumsi manusia.
Hasil penelitian, bahan baku nabati yang bisa mensubstitusi tepung ikan adalah: biji pepaya, daun mengkudu, daun bakau, dan sebagainya. Pakan buatan tersebut dapat diberikan pada ikan-ikan herbivora atau omnivora. Peluang memanfaatkan lamun sebagai bahan dasar pakan buatan sangat besar. Hal ini didukung oleh kandungan nutrisi dan kelimpahannya.
2.6 Lamun berpotensi sebagai sumber makanan kesehatan
Lamun (seagrass) memiliki kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat. Sehingga lamun dapat dijadikan sebagai sumber makanan kesehatan dan obat-obatan. Demikian hasil penelitian tentang “Potensi Berbagai Jenis Lamun sebagai Sumber Makanan Kesehatan dengan Analisa Proksimat yang dilakukan oleh tiga orang peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang (UNDIP) (Dra. Wilis Ari Setyati, MSi., Drs. Ali Ridlo, Msi. Dan Drs. Subagiyo, Msi.). Sumber makanan kesehatan bukan nutrisi, tapi lambat laun bisa sebagai daya tahan penyakit degeneratif atau infeksi. Secara tradisional lamun dimanfaatkan untuk pakan ternak saat tidak ada rumput di Jepara. Siapa tahu juga bisa dimanfaatkan untuk manusia.
Kandungan nutrisi hasil analisa proksimat lamun di pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah :
Lamun
Protein
Gula pereduksi
Lemak
Abu
Serat Kasar
(% berat kering)
Enhalus acoroides
7,65
1,00
6,13
68,14
19,92
Thalassia hemprichii
8,35
1,10
7,38
62,43
17,27
Cymodocea serrulata
9,39
0,91
7,81
67,09
19,25
Syringodium foliforme
5,52
2,19
4,71
70,62
12,16
Halodule uninervis dan Thalassodendrom ciliatum.
Tidak dilakukan analisa proksimat
Namun untuk pengembangannya perlu diperhatikan mengenai konservasi lamun itu sendiri. Diharapkan untuk pengembangannya dilakukan pengadaan lamun secara kultur jaringan agar tidak merusak ekosistem lamun di pantai bila dieksploitasi lebih besar lagi.
Yang melatarbelakangi penelitian tersebut adalah bahwa lamun (seagrass) telah dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan obat-obatan secara tradisional. Selain itu lamun seperti organisme yang lain, memproduksi berbagai produk alam metabolit primer dan sekunder, sehingga lamun sangat prospektif digunakan sebagai sumber obat-obatan dan sebagai makanan kesehatan. Sebagai makanan kesehatan lamun dapat digunakan untuk mencegah berbagai penyakit degenaratif.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari status nutrisi berbagai jenis lamun yang terdapat di perairan Jepara berdasarkan analisis proksimat (total karbohirat, serat, lemak dan protein).
Sampel jenis-jenis lamun yang diperoleh selanjutnya diidentifikasi menurut Amadja dkk (1996). Analisis nutrisi dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Semarang, menggunakan metode dan prosedur seperti yang biasa dilakukan di Laboratorium tersebut.
Ada empat aspek nutrisi yang akan dianalisis yaitu kadar protein, karbohidrat, lipid dan serat.
Hasil penelitian menunjukkan ada enam jenis lamun yang tumbuh di perairan Bandengan Jepara, yaitu : Cymodocea serrulata, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Syringodium foliforme, Halodule uninervis dan Thalassodendrom ciliatum. Kepadatan keenamnya berturut-turut 109,00 ind/m2, 106,87 ind/m2, 89,35 ind/m2, 82,97 ind/m2, 73,65 ind/m2 dan 18,75 ind/m2.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar