Kamis, 25 Februari 2016

Identifikasi Fitoplankton

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI LAUT

Teknik Sampling, Identifikasi, dan Analisis Plankton

logo-unsri.jpg

Oleh :
KELOMPOK  II
1. Anita Puspita Dewi             (08101005003)
2. Gandara Satya N.P. (08101005046)
3. Mutia                       (08101005042)
4. Meriansyah Putra    (08101005008)
5. Rachmat Adi F.       (08101005021)





LABORATORIUM DASAR ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biologi Laut adalah ilmu yang mempelajari tentang hewan dan mahluk-mahluk lain yang hidup di laut termasuk tumbuhan tingkat rendah jenis (plankton) dan tumbuhan tingkat tinggi (berbunga, bersel banyak). Biologi Laut terdiri dari berbagai disiplin ilmu seperti planktonologi, zoologi, ekologi, invertebrata, avertebrata, dan oceanografi. Kemajuan teknologi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekosistem laut. Pentingnya keberadaan ekosistem laut bagi seluruh makhluk hidup membuat pemanfaatan dan pengelolaannya sangat dijaga dan diperhatikan.
Tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dan lain-lain. Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Lebih lanjut Riduan dan Akdon (2006:240) mengatakan bahwa keuntungan menggunakan sampel antara lain (1) memudahkan jalannya penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan data, dan (4) lebih efektif. Dari berbagai alasan di atas, sangat beralasan jika penelitian dilakukan hanya terhadap sampel saja.
Meskipun dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya dikelompokkan ke tiga kategori utama berdasarkan kebiasaan hidup secara umum yakni plankton ,nekton dan benthos. Plankton merupakan biota dilaut yang totalnya teramat beraneka-ragam dan terpadat dilaut (Juwana, 2009). Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Maka dari itu, Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui teknik sampling, identifikasi, dan cara menganalisis plankton, khususnya pada fitoplankton.

1.2. Tujuan
a) Untuk dapat mengetahui jenis dan kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan.
b) Mengetahui keanekaragaman fitoplankton pada suatu perairan.
c) Mengetahui keseragaman komunitas fitoplankton pada suatu perairan.
d) Mengetahui dominasi suatu fitoplankton di perairan.

1.3. Manfaat
a) Dapat memahami cara mengidentifikasikan fitoplankton.
b) Dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman suatu fitoplankton.
c) Dapat menambah pengetahuan mengenai fitoplankton disuatu perairan yang     berkaitan dengan kondisi perairan tersebut.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Plankton
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup diperairan baik di sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut. Organisme ini baik dari segi total dan jenisnya sangat banyak. Plankton merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi setotal konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan  (Rizky,2009).
Istilah plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berasal dari bahasa yunani yang berarti “menghanyut atau  mengembara”. Plankton berbeda dengan nekton yang merupakan hewan yang mempunyai kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus, seperti misalnya ikan, cumi-cumi dan paus. Lain pula dengan bentos yang merupakan biota yang hidupnya melekat, menancap, merayap didasar laut, seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut dan karang. Plankton dapat dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan fungsinya, ukurannya, daur hidupnya atau sifat sebarannya (Nontji, 2008).
Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti "mengembara". Termasuk dalam plankton adalah semua hewan dan tumbuhan yang hidup nya air, tetapi melayang-layang di bawah kekuasaan dari angin dan arus. Sementara demikian, harus diingat bahwa, mengingat ukurannya yang kecil, banyak plankton hewan adalah perenang yang kuat dan mampu bergerak melalui relatif arah. Total dan bentuk tanaman dan binatang yang bersama-sama merupakan plankton   yang   cukup   luar   biasa;  hal ini  sangat   sebenarnya  lautan  tropis
     (John, 1965).

2.2. Jenis – jenis Plankton
Berdasarkan jenisnya, plankton dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
·       Fitoplankton
Menurut (Sahala&Stewart, 2008) fitoplankton merupakan tumbuh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari setotal besar kelas yang berbeda. Fitoplankton merupakan produsen utama zat-zat organik. Seperti tumbuhan, plankton membuat ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan anorganik sederhana yang bergantung pada sinar matahari yang cukup. Dua kelompok besar fitoplankton yang sering teramati yaitu Diatome dan Dinoflagellata. Dari perairan laut didapatkan 21 genus dari kelompok Diatome dan 7 genus dari kelompok Dinoflagellata. Genus yang paling mendominasi yaitu Chaetoceros dan Rhizosolenia dari kelompok Diatome.
·       Zooplankton
Zooplankton merupakan suatu grup yang terdiri dari berjenis-jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk protozoa, coelenterate, moluska, annelida, dan crustacea. Beberapa dari organisme ada yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian dari masa hidupnya. Meskipun total jenis dan kepadatannya lebih rendah daripada fitoplankton, zooplankton memiliki bentuk yang beraneka-ragam dengan sembilan filum yang berukuran sangat beragam (Juwana, 2009).

2.3. Manfaat Plankton
Kedudukan fitoplankton sebagai produksi primer dengan kandungan nutrisi yang tinggi terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak serta asam lemak telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain dalam bidang perikanan, farmasi, dan makanan suplemen. Bukan hanya itu, plankton juga berfungsi untuk menyerap asam karbonik yang dibuang dilaut. Zooplankton merupakan kunci pembawa karbon dioksida ke laut dalam, karena mereka dapat berenang terbawa arus pada kedalaman 500 meter keatas dan 500 meter ke bawah. Zooplankton menyumbang peran fundamental dalam rantai makanan antara kehidupan tumbuhan laut dan predator. Dalam jaring makanan perairan, plankton berlaku sebagai produsen (Iyam, 2007).
Sebenarnya sejak zaman dahulu orang telah memanfaatkan dan melihat gejala perubahan laut yang disebabkan oleh plankton. Namun mereka tak dapat memahaminya dan menerangkannya. Jenis plankton yang sudah lama dikenal dan menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat pesisir di Indonesia adalah rebon. Manfaat ekonomi yang paling jelas adalah dalam bidang perikanan. Boleh dikatakan semua jenis ikan ekonomi menjalani awal kehidupannya sebagai plankton dalam bentuk telur dan larva ikan (ikhtioplanton) telah berkembang menjadi bidang ilmu tersendiri          (Nontji, 2008).
Banyak spesies yang makan fitoplankton lebih berat daripada tubuhnya dalam setiap harui. Perkiraan kasarnya, dibutuhkan sepuluh ribu kilogram fitoplankton untuk pakan seribu kilogram zooplankton kecil. Bintang kecil ini menjadi makanan 100 kilogram zooplankton yang lebih besar, untuk 10 kilogram ikan kecil, dan selanjutnya ikan kecil hanya menyokong kehidupan satu kilogram ikan besar. Anugerah Nontji menganggap plankton sebagai hutan yang tak terlihat yang harus dilindungi karena kemampuan fitoplankton dalan menyerap gas karbon monoksida kurang-lebih sama dengan tumbuhan darat. Oleh sebab itu, kuantitas plankton dapat menentukan banyak sedikitnya ikan dalam suatu perairan.












BAB III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa pada tanggal 12 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB bertempat di Laboratorium Dasar Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Inderalaya.

3.2. Alat dan Bahan
         3.2.1. Alat dan Bahan di Lapangan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat di lapangan untuk mengambilan sampel yaitu Plankton net, ember, formalin 4% dan botol film.
3.2.2. Alat dan Bahan di Laboratorium
Alat dan Bahan yang digunakan pada saat praktikum di laboratorium yaitu Laptop, Mikroskop Binokuler, Pipet tetes, Aquadest, dan SRCC (Sedgwick Rafter Counting Cell).

3.3. Cara Kerja
3.3.1. Pengambilan sampel
Sampel plankton diambil pada 2 stasiun yang telah ditentukan lokasinya. Dengan  Plankton net yang berukuran 20m, diambil air sebanyak 100 liter kemudian  disaring dengan menggunakan Plankton net. Hal ini dilakukan dengan 3 kali pengulangan, kemudian sampel yang sudah didapatkan ditampung pada botol film berukuran 30 ml dan diawetkan dengan menggunaka formalin 4%.
3.3.2. Identifikasi plankton
Pertama – tama persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan terlebih dahulu. SRCC dibersihkan dengan menggunakan aquadest, lalu dikeringkan dengan menggunakan tissue. Sampel plankton diambil dengan menggunakan pipet tetes, kemudian diteteskan diatas SRCC sebanyak 1 ml (40 tetes). Kemudian SRCC diletakkan pada mikroskop binokuler lalu diatur perbesarannya dan amati lapang pandangnya. Simpan jenis plankton yang ditemukan dengan cara mengklik “shot” dan setelah tersimpan sebanyak 20 lapang pandang dilakukan identifikasi plankton dengan mencari pada buku identifikasi.

3.4. Pengolahan Data
3.4.1. Kelimpahan dan Struktur Komunitas Plankton
N =
Keterangan :
N  : Total individu per liter
n   : Total plankton pada seluruh lapang pandang
p   : Total lapang pandang yang teramati
Oi : Luas Sedgwick Rafter Counting Cell (mm2)
Op : Luas satu lapang pandang (mm2)
Vr  : Volume air tersaring (ml)
Vo  : Volume air yang diamati pada SRCC  (ml)
Vs  : Volume air yang disaring (liter)
3.4.2. Indeks  keanekaragaman
H’  =  - 
Keterangan :
H’  : Indeks keanekaragaman
Pi   : ni/ N
ni   : Total individu jenis ke – i
N   : Total total individu
3.4.3. Indeks keseragaman
E =
Keterangan :
E       : Indeks keseragaman jenis
H’     : Indeks keragaman
Hmax  : log2 S
S       : Total jenis
Dimana indeks keseragaman berkisar antara 0 – 1, dengan ketentuan :
E       >    0,6      : Keseragaman jenis tinggi
0,6     : Keseragaman jenis sedang
E         0,6      : Keseragaman jenis rendah
3.4.4. Indeks dominasi
C =

Keterangan :
C     : Indeks dominasi
ni     : Total individu genus ke – i
N     : Total total individu
Dimana kriteria dominasi yaitu :
0 < C 0,5 = tidak ada genus yang mendominasi
0,5 < C < 1  = terdapat genus yang mendominasi













BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pencacahan

No.
Kelas
Stasiun I
Stasiun II
1
Skeletonema
45
53
2
Hemiaulus
3
0
3
Chaetoceros
4
12
4
Thalassionema
1
2
5
Ditylum
1
0
6
Bacteriastrum
9
0
7
Rhizosolema
1
0
8
Skeletonema
6
0
9
Thalassiosira
1
1

Total
71
68

4.1.2       Tabel Kelimpahan
  1. Stasiun I
No.
Kelas
ni
Kelimpahan
1
Skeletonema
45
1433,12
2
Hemiaulus
3
95,54
3
Chaetoceros
1
31,85
4
Thalassionema
1
31,85
5
Ditylum
1
31,85
6
Bacteriastrum
9
286,62
7
Rhizosolema
1
31,85
8
Skeletonema
6
191,08
9
Thalassiosira
1
31,85

Total
68
2165,61





  1. Stasiun II
No.
Kelas
ni
Kelimpahan
1
Skeletonema
53
1687,90
2
Hemiaulus
0
0
3
Chaetoceros
12
382,17
4
Thalassionema
2
63,69
5
Ditylum
0
0
6
Bacteriastrum
0
0,00
7
Rhizosolema
0
0
8
Skeletonema
0
0
9
Thalassiosira
1
31,85

Total
68
2165,61

4.1.3       Tabel Struktur

Ket
Stasiun I
Stasiun II
H'
1.717.047
O.608907
E
0.431571206
0.198554864
C
0.415895049
0.6087609

      Gambar 4.1.3 Grafik stuktur Sampel



4.2        Pembahasan
4.2.1 Kelimpahan Plankton
          Plankton mempunyai variasi yang besar dalam  distribusi vertikal di dalam air. Kondisi kualitas air di permukaan sampai dasar yang bervariasi jugaberpengaruh terhadap kelimpahan plankton di perairan tersebut .Perhitungan kelimpahan plankton pada suatu perairan berguna untuk mengetahui keberadaan organisme plankton pada perairan tersebut, mengingat artipentingnya keberadaan plankton di dalam suatu perairan yang berperan sebagaipakan alami bagi organisme perairan lainnya. Perhitungan nilai kelimpahanplankton ini bertujuan untuk penilaian terhadap tingkat kesuburan suatu perairanyang ditinjau dari parameter biologi suatu perairan.Nilai kelimpahan plankton yang terlalu tinggi akan membawa dampak negative terhadap biota perairan lainnya pada perairan tersebut khususnyaterhadap ikan, karena dapat menyebabkan perairan tersebut kekurangan oksigen.
Keberadaan fitoplankton dalam ekosistem perairan terutama perairanwaduk sangatlah penting karena dapat menunjang Kelangsungan hidup organismeair lainnya.Dalam suatu perairan fitoplankton berfungsi sebagai pengubah zatanorganik menjadi zat organik, yang merupakan makanan bagi zooplankton dan  8 ikan, sumber oksigen dan bagian dari daur ulang nutrien yang terkandung dalam perairan. Fitoplankton biasa ditemukan diseluruh massa air mulai dari permukaanlaut sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkanterjadinya fotosintesis.
Zona ini dikenal sebagai zona eufotik, tebalnya bervariasidari beberapa puluh centimeter pada air yang keruh hingga lebih 150 meter padaair yang jernih. Besarnya dimensi ruang zona eufotik yang menjadi habitatfitoplankton menyebabkan fitoplankton yang mikroskopis ini berfungsi sebagaitumbuhan yang paling pentingartinya dalam ekosistem laut Fitoplankton mempunyai sifat fototaksis positif, sehingga selalu bergerak untuk mendekati cahaya (Sachlan, 1982). Fitoplankton dalam kedudukannyasebagai pemula mata rantai makanan di perairan, mempunyai fungsi sebagai (1) Mengoksigenisasi air, (2) Mengubah zat anorganik menjadi zat organik (3) Jika mati akan tenggelam di dasar, sehingga dapat mempertahankan unsurmakanan (nutrien) didalam air.Fitoplankton adalah organisme nabati yang merupakan kunci utamapenentu produktivitas primer pada perairan terbuka
Pengambilan unsur hara oleh fitoplankton hanya terbatas kepada unsurhara yang dapat larut dan menyebar, sehingga dapat melalui dinding semi-permiabel masuk kedalam sel. Banyak nutrien kompleks terlarut dan partikel yangtak dapat dimanfaatkan oleh organisme autotrof. Lain halnya dengan organismeheterotrof apapun bentuknya nutrien tersebut, tetap diserap dan dikumpulkandalam sel dan dipecah dengan enzim pencerna.

4.2.2       Keseragaman Komunitas Fitoplankton Pada Suatu Perairan
Setelah dilakukan perhitungan kelimpahan. Dapat disimpulkan  genus dari fitoplankton yang paling banyak ditemukan adalah Skeletonema. Skeletonema banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, terdapat mulai dari pantai sampai lautan sebagai meroplankton dan benthos.
Skeletonema memiliki sifat eurythernal yaitu memiliki toleransi yang cukup luas terhadap perubahan suhu. Selain Skeletonema, yang dapat diidentifikasi fitoplankton lain yaitu seperti: Fragilaria oceanica, Thalassonemia nitzschioides , Leptocylindrus danicus, Halosphaera viridis, Rhizosolenia Skeletonema, Peridiniun, Thalassiosira gravida, Halosphera viridis, Chaetoceros didymus, C. lineatus, C. macroceros. Strepthotheca, Bacteriastrum.
Perhitungan kelimpahan plankton pada suatu perairan berguna untuk mengetahui keberadaan organisme plankton pada perairan tersebut, mengingat arti pentingnya keberadaan plankton di dalam suatu perairan yang berperan sebagai pakan alami bagi organisme perairan lainnya. Khususnya fitoplankton yang merupakan produsen primer.
 Perhitungan nilai kelimpahan plankton ini bertujuan untuk penilaian terhadap tingkat kesuburan suatu perairanyang ditinjau dari parameter biologi suatu perairan. Nilai kelimpahan plankton yang terlalu tinggi akan membawa dampak negative terhadap biota perairan lainnya pada perairan tersebut khususnya terhadap ikan karena perairan tersebut kekurangan oksigen. Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan zooplankton karena kondisi perairan yang memungkinkan produksi fitoplankton seperti sifat fototaksis positif yang dimiliki dan menyenangi sinar dan mendekati cahaya.






















BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan mengenai teknik sampling, identifikasi, dan analisis plankton maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.     Fitoplankton yang berhasil diidentifikasi antara lain : Skeletonema, Hemiaulus, Chaetoceros, Thalasionema, Ditylum, Bacteriastrum, Rhizosolema, dan Thalassiosira. Indeks kelimpahan pada stasiun I 2165,61 dan stasiun II 2165,61.
2.     Keanekaragaman fitoplankton pada suatu perairan sebesar 1,7356.
3.     Keseragaman komunitas fitoplankton di perairan adalah sebesar 0,431 yang sebagian besarnya dari genus Skeletonema dan Chaetoceros.
4.     Fitoplankton dari genus Skeletonema yang lebih mendominasi di suatu perairan.

















DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syekh.,dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas.

Anonim. 2011. Plankton. http://id.wikipedia.org/wiki/Plankton.
(Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011 pukul 15.00 WIB)

(Diakses pada tanggal 8 Oktober 2011 pukul 21.30 WIB)

Hutabarat, Sahala dan Evans M, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Iyam. 2007. Keanekaragaman Biota Laut. Bandung: Titian Ilmu.

Juwana, Sri dan Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.

Nontji, A. 2008.  Plankton Laut. Jakarta: LIPI press.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.

Tomas, R Carmelo. 1997. Identifying Marine Phytoplankton. London: Harcourt Place.

Wickstead, John. 1965. An Introduction to the Study of Tropical Plankton. London: Hutchinson Tropical Monographis.











LAMPIRAN

Tabel Pencacahan
No.
Kelas
Stasiun I
Stasiun II
1
Skeletonema
45
53
2
Hemiaulus
3
0
3
Chaetoceros
4
12
4
Thalassionema
1
2
5
Ditylum
1
0
6
Bacteriastrum
9
0
7
Rhizosolema
1
0
8
Skeletonema
6
0
9
Thalassiosira
1
1

Total
71
68

Tabel Kelimpahan
  1. Stasiun I
No.
Kelas
ni
Kelimpahan
1
Skeletonema
45
1433,12
2
Hemiaulus
3
95,54
3
Chaetoceros
1
31,85
4
Thalassionema
1
31,85
5
Ditylum
1
31,85
6
Bacteriastrum
9
286,62
7
Rhizosolema
1
31,85
8
Skeletonema
6
191,08
9
Thalassiosira
1
31,85

Total
68
2165,61








b.     Stasiun II  
No.
Kelas
ni
Kelimpahan
1
Skeletonema
53
1687,90
2
Hemiaulus
0
0
3
Chaetoceros
12
382,17
4
Thalassionema
2
63,69
5
Ditylum
0
0
6
Bacteriastrum
0
0,00
7
Rhizosolema
0
0
8
Skeletonema
0
0
9
Thalassiosira
1
31,85

Total
68
2165,61
     
Tabel Keanekaragaman
a.      Stasiun I
No.
Kelas
ni
pi
log2 Pi
Keanekaragaman
1
Skeletonema
45
0,6617647
-0,59561
0,394153508
2
Hemiaulus
3
0,0441176
-4,5025
0,198639721
3
Chaetoceros
1
0,0147059
-6,08746
0,089521512
4
Thalassionema
1
0,0147059
-6,08746
0,089521512
5
Ditylum
1
0,0147059
-6,08746
0,089521512
6
Bacteriastrum
9
0,1323529
-2,91754
0,386144714
7
Rhizosolema
1
0,0147059
-6,08746
0,089521512
8
Skeletonema
6
0,0882353
-3,5025
0,309044148
9
Thalassiosira
1
0,0147059
-6,08746
0,089521512

Total
68
1
-41,9555
1,735589652

b.     Stasiun II
No.
Kelas
ni
pi
log2 Pi
Keanekaragaman
1
Skeletonema
53
0,7794
-0,35954
0,280231566
2
Hemiaulus
0
0
0
0
3
Chaetoceros
12
0,1765
-2,5025
0,441617707
4
Thalassionema
2
0,0294
-5,08746
0,14963126
5
Ditylum
0
0
0
0
6
Bacteriastrum
0

0
0
7
Rhizosolema
0
0
0
0
8
Skeletonema
0
0
0
0
9
Thalassiosira
1
0,0147
-6,08746
0,089521512

Total
68
1,0000
-14,037
0,961002046
Tabel Keseragaman
a.      Stasiun I
No.
Kelas
H'
S
Hmax
Indeks Keseragaman
1
Skeletonema
0,423795
45
5,4919
0,077167942
2
Hemiaulus
0,19104
3
1,5850
0,12053282
3
Chaetoceros
0,085693
1
0
0
4
Thalassionema
0,085693
1
0
0
5
Ditylum
0,085693
1
0
0
6
Bacteriastrum
0,375
9
3,1699
0,118299329
7
Rhizosolema
0,085693
1
0
0
8
Skeletonema
0,298747
6
2,5850
0,115571116
9
Thalassiosira
0,085693
1
0
0

Total
1,717047
68
12,8317
0,431571206

b.     Stasiun II
No.
Kelas
H'
S
Hmax
Indeks Keseragaman
1
Skeletonema
0,280232
53
5,72792
0,048923864
2
Hemiaulus
0
0
0
0
3
Chaetoceros
0,089522
12
3,584963
0
4
Thalassionema
0,149631
2
1
0,149631
5
Ditylum
0
0
0
0
6
Bacteriastrum
0
0
0
0
7
Rhizosolema
0
0
0
0
8
Skeletonema
0
0
0
0
9
Thalassiosira
0,089522
1
0
0

Total
0,608907
68
10,31288
0,198554864










Tabel Dominasi
a.      Stasiun I   
No.
Kelas
ni
pi
(Pi)2
1
Skeletonema
45
0,625
0,390625
2
Hemiaulus
3
0,041667
0,001736139
3
Chaetoceros
1
0,013889
0,000192904
4
Thalassionema
1
0,013889
0,000192904
5
Ditylum
1
0,013889
0,000192904
6
Bacteriastrum
9
0,125
0,015625
7
Rhizosolema
1
0,013889
0,000192904
8
Skeletonema
6
0,083333
0,006944389
9
Thalassiosira
1
0,013889
0,000192904

Total
68
0,944445
0,415895049

b.     Stasiun II
No.
Kelas
ni
pi
(Pi)2
1
Skeletonema
53
0,7794
0,60746436
2
Hemiaulus
0
0
0
3
Chaetoceros
12
0,0147
0,00021609
4
Thalassionema
2
0,0294
0,00086436
5
Ditylum
0
0
0
6
Bacteriastrum
0
0
0
7
Rhizosolema
0
0
0
8
Skeletonema
0
0
0
9
Thalassiosira
1
0,0147
0,00021609

Total
68
0,8382
0,6087609









LAMPIRAN

1.jpg       16.jpg     16.jpg
Skeletonema                               Hemiaulus                        Chaetoceros

16.jpg5.jpg          3.jpg
Thalassionema                         Ditylum                                          Chaetoceros

15.jpg      18.jpg 9.jpg
Chaetoceros                          Bacteriastrum                         Chaetoceros


10.jpg        17.jpg       19  
Rhizosolema                          Skeletonema                                      Thalassiosira



                                                     
                                                       


Tidak ada komentar:

Posting Komentar