LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI
LAUT
Teknik Sampling, Identifikasi, dan
Analisis Plankton
Oleh :
KELOMPOK II
1.
Anita Puspita Dewi (08101005003)
2.
Gandara Satya N.P. (08101005046)
3.
Mutia (08101005042)
4.
Meriansyah Putra (08101005008)
5.
Rachmat Adi F. (08101005021)
LABORATORIUM
DASAR ILMU KELAUTAN
PROGRAM
STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biologi Laut
adalah ilmu yang mempelajari tentang hewan dan mahluk-mahluk lain yang hidup di
laut termasuk tumbuhan tingkat rendah jenis (plankton) dan tumbuhan tingkat
tinggi (berbunga, bersel banyak). Biologi Laut terdiri dari berbagai disiplin
ilmu seperti planktonologi, zoologi, ekologi, invertebrata, avertebrata, dan
oceanografi. Kemajuan teknologi yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi ekosistem laut. Pentingnya keberadaan ekosistem laut bagi seluruh
makhluk hidup membuat pemanfaatan dan pengelolaannya sangat dijaga dan
diperhatikan.
Tidak semua penelitian dapat dilakukan secara
populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran
populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dan
lain-lain. Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat
dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut,
diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama,
keterbatasan biaya, dll. Lebih lanjut Riduan dan Akdon (2006:240) mengatakan
bahwa keuntungan menggunakan sampel antara lain (1) memudahkan jalannya
penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam
pengumpulan data, dan (4) lebih efektif. Dari berbagai alasan di atas, sangat
beralasan jika penelitian dilakukan hanya terhadap sampel saja.
Meskipun
dilaut terdapat kehidupan yang beraneka ragam, tetapi lazimnya biota laut hanya
dikelompokkan ke tiga kategori utama berdasarkan kebiasaan hidup secara umum
yakni plankton ,nekton dan benthos. Plankton merupakan biota dilaut
yang totalnya teramat beraneka-ragam dan terpadat dilaut (Juwana, 2009). Plankton didefinisikan sebagai organisme
hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik
(bagian atas) samudera,
laut, dan badan air tawar.
Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia,
karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.
Bagi
kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri
dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk
sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air
pasang atau angin yang menghanyutkannya. Maka dari itu, Praktikum ini dilakukan
agar praktikan dapat mengetahui teknik sampling, identifikasi, dan cara
menganalisis plankton, khususnya pada fitoplankton.
1.2. Tujuan
a)
Untuk dapat mengetahui jenis dan kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan.
b)
Mengetahui keanekaragaman fitoplankton pada suatu perairan.
c)
Mengetahui keseragaman komunitas fitoplankton pada suatu perairan.
d)
Mengetahui dominasi suatu fitoplankton di perairan.
1.3. Manfaat
a)
Dapat memahami cara mengidentifikasikan fitoplankton.
b)
Dapat memberikan informasi mengenai keanekaragaman suatu fitoplankton.
c) Dapat menambah pengetahuan mengenai
fitoplankton disuatu perairan yang berkaitan
dengan kondisi perairan tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pengertian
Plankton
Plankton adalah mikroorganisme yang ditemui hidup
diperairan baik di sungai, waduk, danau maupun diperairan payau dan laut.
Organisme ini baik dari segi total dan jenisnya sangat banyak. Plankton
merupakan salah satu komponen utama dalam sistem mata rantai makanan (food
chain) dan jaring makanan (food web). Mereka menjadi pakan bagi setotal
konsumen dalam sistem mata rantai makanan dan jaring makanan (Rizky,2009).
Istilah plankton diperkenalkan oleh Victor Hensen
tahun 1887, yang berasal dari bahasa yunani yang berarti “menghanyut atau mengembara”. Plankton berbeda dengan nekton
yang merupakan hewan yang mempunyai kemampuan aktif berenang bebas, tidak
bergantung pada arus, seperti misalnya ikan, cumi-cumi dan paus. Lain pula
dengan bentos yang merupakan biota yang hidupnya melekat, menancap, merayap
didasar laut, seperti misalnya kerang, teripang, bintang laut dan karang.
Plankton dapat dibagi menjadi beberapa golongan sesuai dengan fungsinya,
ukurannya, daur hidupnya atau sifat sebarannya (Nontji, 2008).
Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti
"mengembara". Termasuk dalam plankton adalah semua hewan dan tumbuhan
yang hidup nya air, tetapi melayang-layang di bawah kekuasaan dari angin dan
arus. Sementara demikian, harus diingat bahwa, mengingat ukurannya yang kecil,
banyak plankton hewan adalah perenang yang kuat dan mampu bergerak melalui
relatif arah. Total dan bentuk tanaman dan binatang yang bersama-sama merupakan
plankton
yang
cukup
luar
biasa; hal ini sangat sebenarnya lautan tropis
(John, 1965).
2.2. Jenis – jenis
Plankton
Berdasarkan
jenisnya, plankton dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
· Fitoplankton
Menurut
(Sahala&Stewart, 2008) fitoplankton merupakan tumbuh-tumbuhan air yang
berukuran sangat kecil yang terdiri dari setotal besar kelas yang berbeda.
Fitoplankton merupakan produsen utama zat-zat organik. Seperti tumbuhan,
plankton membuat ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan anorganik
sederhana yang bergantung pada sinar matahari yang cukup. Dua kelompok besar
fitoplankton yang sering teramati yaitu Diatome
dan Dinoflagellata. Dari perairan
laut didapatkan 21 genus dari kelompok Diatome
dan 7 genus dari kelompok Dinoflagellata.
Genus yang paling mendominasi yaitu Chaetoceros
dan Rhizosolenia dari kelompok Diatome.
· Zooplankton
Zooplankton merupakan suatu grup yang terdiri dari
berjenis-jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk protozoa,
coelenterate, moluska, annelida, dan crustacea. Beberapa dari organisme ada
yang bersifat sebagai plankton hanya untuk sebagian dari masa hidupnya. Meskipun
total jenis dan kepadatannya lebih rendah daripada fitoplankton, zooplankton memiliki
bentuk yang beraneka-ragam dengan sembilan filum yang berukuran sangat beragam
(Juwana, 2009).
2.3. Manfaat Plankton
Kedudukan fitoplankton sebagai produksi primer
dengan kandungan nutrisi yang tinggi terdiri dari protein, karbohidrat, dan
lemak serta asam lemak telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain
dalam bidang perikanan, farmasi, dan makanan suplemen. Bukan hanya itu,
plankton juga berfungsi untuk menyerap asam karbonik yang dibuang dilaut.
Zooplankton merupakan kunci pembawa karbon dioksida ke laut dalam, karena
mereka dapat berenang terbawa arus pada kedalaman 500 meter keatas dan 500
meter ke bawah. Zooplankton menyumbang peran fundamental dalam rantai makanan
antara kehidupan tumbuhan laut dan predator. Dalam jaring makanan perairan,
plankton berlaku sebagai produsen (Iyam, 2007).
Sebenarnya sejak zaman dahulu orang telah
memanfaatkan dan melihat gejala perubahan laut yang disebabkan oleh plankton.
Namun mereka tak dapat memahaminya dan menerangkannya. Jenis plankton yang
sudah lama dikenal dan menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat pesisir di
Indonesia adalah rebon. Manfaat ekonomi yang paling jelas adalah dalam bidang
perikanan. Boleh dikatakan semua jenis ikan ekonomi menjalani awal kehidupannya
sebagai plankton dalam bentuk telur dan larva ikan (ikhtioplanton) telah
berkembang menjadi bidang ilmu tersendiri
(Nontji, 2008).
Banyak spesies yang makan fitoplankton lebih berat
daripada tubuhnya dalam setiap harui. Perkiraan kasarnya, dibutuhkan sepuluh
ribu kilogram fitoplankton untuk pakan seribu kilogram zooplankton kecil.
Bintang kecil ini menjadi makanan 100 kilogram zooplankton yang lebih besar,
untuk 10 kilogram ikan kecil, dan selanjutnya ikan kecil hanya menyokong
kehidupan satu kilogram ikan besar. Anugerah Nontji menganggap plankton sebagai
hutan yang tak terlihat yang harus dilindungi karena kemampuan fitoplankton
dalan menyerap gas karbon monoksida kurang-lebih sama dengan tumbuhan darat.
Oleh sebab itu, kuantitas plankton dapat menentukan banyak sedikitnya ikan
dalam suatu perairan.
BAB
III
METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa pada
tanggal 12 Oktober 2011 pukul 16.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB bertempat di
Laboratorium Dasar Kelautan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sriwijaya Inderalaya.
3.2.
Alat dan Bahan
3.2.1.
Alat dan Bahan di Lapangan
Alat dan bahan yang digunakan pada saat di lapangan
untuk mengambilan sampel yaitu Plankton net, ember, formalin 4% dan botol film.
3.2.2.
Alat dan Bahan di Laboratorium
Alat dan Bahan yang digunakan pada saat praktikum di
laboratorium yaitu Laptop, Mikroskop Binokuler, Pipet tetes, Aquadest, dan SRCC
(Sedgwick Rafter Counting Cell).
3.3. Cara Kerja
3.3.1.
Pengambilan sampel
Sampel plankton diambil pada 2 stasiun yang telah
ditentukan lokasinya. Dengan Plankton net yang berukuran 20m, diambil air sebanyak
100 liter kemudian disaring dengan
menggunakan Plankton net. Hal ini
dilakukan dengan 3 kali pengulangan, kemudian sampel yang sudah didapatkan
ditampung pada botol film berukuran 30 ml dan diawetkan dengan menggunaka
formalin 4%.
3.3.2.
Identifikasi plankton
Pertama – tama persiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
terlebih dahulu. SRCC dibersihkan dengan menggunakan aquadest, lalu dikeringkan
dengan menggunakan tissue. Sampel plankton diambil dengan menggunakan pipet
tetes, kemudian diteteskan diatas SRCC sebanyak 1 ml (40 tetes). Kemudian SRCC
diletakkan pada mikroskop binokuler lalu diatur perbesarannya dan amati lapang
pandangnya. Simpan jenis plankton yang ditemukan dengan cara mengklik “shot”
dan setelah tersimpan sebanyak 20 lapang pandang dilakukan identifikasi
plankton dengan mencari pada buku identifikasi.
3.4. Pengolahan Data
3.4.1.
Kelimpahan dan Struktur Komunitas Plankton
N
=
Keterangan :
N : Total
individu per liter
n : Total
plankton pada seluruh lapang pandang
p : Total lapang pandang yang teramati
Oi : Luas Sedgwick
Rafter Counting Cell (mm2)
Op : Luas satu lapang pandang (mm2)
Vr : Volume
air tersaring (ml)
Vo : Volume
air yang diamati pada SRCC (ml)
Vs : Volume
air yang disaring (liter)
3.4.2. Indeks keanekaragaman
H’
= -
Keterangan
:
H’ : Indeks keanekaragaman
Pi : ni/ N
ni : Total individu jenis ke – i
N : Total total individu
3.4.3. Indeks keseragaman
E =
Keterangan
:
E : Indeks keseragaman jenis
H’ : Indeks keragaman
Hmax : log2 S
S : Total jenis
Dimana indeks keseragaman berkisar
antara 0 – 1, dengan ketentuan :
E >
0,6 : Keseragaman jenis
tinggi
0,6
:
Keseragaman jenis sedang
E 0,6 :
Keseragaman jenis rendah
3.4.4.
Indeks dominasi
C =
Keterangan
:
C : Indeks dominasi
ni : Total individu genus ke – i
N : Total total individu
Dimana
kriteria dominasi yaitu :
0
< C 0,5 = tidak ada genus
yang mendominasi
0,5
< C < 1 = terdapat genus yang
mendominasi
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Pencacahan
No.
|
Kelas
|
Stasiun I
|
Stasiun II
|
1
|
Skeletonema
|
45
|
53
|
2
|
Hemiaulus
|
3
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
4
|
12
|
4
|
Thalassionema
|
1
|
2
|
5
|
Ditylum
|
1
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
9
|
0
|
7
|
Rhizosolema
|
1
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
6
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
1
|
|
Total
|
71
|
68
|
4.1.2
Tabel
Kelimpahan
- Stasiun
I
No.
|
Kelas
|
ni
|
Kelimpahan
|
1
|
Skeletonema
|
45
|
1433,12
|
2
|
Hemiaulus
|
3
|
95,54
|
3
|
Chaetoceros
|
1
|
31,85
|
4
|
Thalassionema
|
1
|
31,85
|
5
|
Ditylum
|
1
|
31,85
|
6
|
Bacteriastrum
|
9
|
286,62
|
7
|
Rhizosolema
|
1
|
31,85
|
8
|
Skeletonema
|
6
|
191,08
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
31,85
|
|
Total
|
68
|
2165,61
|
- Stasiun
II
No.
|
Kelas
|
ni
|
Kelimpahan
|
1
|
Skeletonema
|
53
|
1687,90
|
2
|
Hemiaulus
|
0
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
12
|
382,17
|
4
|
Thalassionema
|
2
|
63,69
|
5
|
Ditylum
|
0
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
0
|
0,00
|
7
|
Rhizosolema
|
0
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
0
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
31,85
|
|
Total
|
68
|
2165,61
|
4.1.3
Tabel
Struktur
Ket
|
Stasiun I
|
Stasiun II
|
H'
|
1.717.047
|
O.608907
|
E
|
0.431571206
|
0.198554864
|
C
|
0.415895049
|
0.6087609
|
Gambar 4.1.3 Grafik stuktur Sampel
4.2
Pembahasan
4.2.1 Kelimpahan Plankton
Plankton
mempunyai variasi yang besar dalam distribusi vertikal di dalam air.
Kondisi kualitas air di permukaan sampai dasar yang bervariasi jugaberpengaruh
terhadap kelimpahan plankton di perairan tersebut .Perhitungan kelimpahan
plankton pada suatu perairan berguna untuk mengetahui keberadaan
organisme plankton pada perairan tersebut, mengingat artipentingnya
keberadaan plankton di dalam suatu perairan yang berperan sebagaipakan alami
bagi organisme perairan lainnya. Perhitungan nilai kelimpahanplankton ini
bertujuan untuk penilaian terhadap tingkat kesuburan suatu perairanyang
ditinjau dari parameter biologi suatu perairan.Nilai kelimpahan plankton yang
terlalu tinggi akan membawa dampak negative terhadap biota perairan
lainnya pada perairan tersebut khususnyaterhadap ikan, karena dapat menyebabkan
perairan tersebut kekurangan oksigen.
Keberadaan fitoplankton dalam ekosistem
perairan terutama perairanwaduk sangatlah penting karena dapat menunjang
Kelangsungan hidup organismeair lainnya.Dalam suatu perairan fitoplankton
berfungsi sebagai pengubah zatanorganik menjadi zat organik, yang merupakan
makanan bagi zooplankton dan 8 ikan,
sumber oksigen dan bagian dari daur ulang nutrien yang terkandung dalam
perairan. Fitoplankton biasa ditemukan diseluruh massa air mulai dari
permukaanlaut sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih
memungkinkanterjadinya fotosintesis.
Zona ini dikenal sebagai zona eufotik,
tebalnya bervariasidari beberapa puluh centimeter pada air yang keruh hingga
lebih 150 meter padaair yang jernih. Besarnya dimensi ruang zona eufotik yang
menjadi habitatfitoplankton menyebabkan fitoplankton yang mikroskopis ini
berfungsi sebagaitumbuhan yang paling pentingartinya dalam ekosistem laut
Fitoplankton mempunyai sifat fototaksis positif, sehingga selalu
bergerak untuk mendekati cahaya (Sachlan, 1982). Fitoplankton dalam
kedudukannyasebagai pemula mata rantai makanan di perairan, mempunyai fungsi
sebagai (1) Mengoksigenisasi air, (2)
Mengubah zat anorganik menjadi zat organik (3) Jika mati akan tenggelam di
dasar, sehingga dapat mempertahankan unsurmakanan (nutrien) didalam
air.Fitoplankton adalah organisme nabati yang merupakan kunci utamapenentu
produktivitas primer pada perairan terbuka
Pengambilan unsur hara oleh fitoplankton
hanya terbatas kepada unsurhara yang dapat larut dan menyebar, sehingga dapat
melalui dinding semi-permiabel masuk kedalam sel. Banyak nutrien kompleks
terlarut dan partikel yangtak dapat dimanfaatkan oleh organisme autotrof. Lain
halnya dengan organismeheterotrof apapun bentuknya nutrien tersebut, tetap
diserap dan dikumpulkandalam sel dan dipecah dengan enzim pencerna.
4.2.2 Keseragaman
Komunitas Fitoplankton Pada Suatu Perairan
Setelah
dilakukan perhitungan kelimpahan. Dapat disimpulkan genus dari fitoplankton yang paling banyak
ditemukan adalah Skeletonema. Skeletonema banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis, terdapat
mulai dari pantai sampai lautan sebagai meroplankton dan
benthos.
Skeletonema
memiliki sifat eurythernal yaitu memiliki toleransi yang cukup luas terhadap
perubahan suhu. Selain Skeletonema,
yang dapat diidentifikasi fitoplankton lain yaitu seperti: Fragilaria
oceanica, Thalassonemia nitzschioides , Leptocylindrus danicus, Halosphaera viridis, Rhizosolenia
Skeletonema, Peridiniun, Thalassiosira gravida, Halosphera viridis, Chaetoceros
didymus, C. lineatus, C. macroceros. Strepthotheca, Bacteriastrum.
Perhitungan kelimpahan plankton pada suatu perairan berguna
untuk mengetahui keberadaan organisme plankton pada perairan
tersebut, mengingat arti pentingnya keberadaan plankton di dalam suatu perairan yang
berperan sebagai pakan alami bagi organisme perairan lainnya. Khususnya
fitoplankton yang merupakan produsen primer.
Perhitungan nilai
kelimpahan plankton ini bertujuan untuk penilaian terhadap tingkat kesuburan
suatu perairanyang ditinjau dari parameter biologi suatu perairan. Nilai
kelimpahan plankton yang terlalu tinggi akan membawa dampak negative
terhadap biota perairan lainnya pada perairan tersebut
khususnya terhadap ikan karena perairan tersebut kekurangan oksigen. Penyebaran fitoplankton lebih merata dibandingkan dengan
zooplankton karena kondisi perairan yang memungkinkan produksi fitoplankton
seperti sifat fototaksis positif yang dimiliki dan menyenangi sinar dan
mendekati cahaya.
BAB
V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang
telah dilakukan mengenai teknik sampling, identifikasi, dan analisis plankton
maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Fitoplankton yang berhasil
diidentifikasi antara lain : Skeletonema,
Hemiaulus, Chaetoceros, Thalasionema, Ditylum, Bacteriastrum, Rhizosolema, dan Thalassiosira. Indeks kelimpahan pada
stasiun I 2165,61 dan stasiun II 2165,61.
2.
Keanekaragaman fitoplankton pada suatu
perairan sebesar 1,7356.
3.
Keseragaman komunitas fitoplankton di
perairan adalah sebesar 0,431 yang sebagian besarnya dari genus Skeletonema dan Chaetoceros.
4.
Fitoplankton dari genus Skeletonema yang lebih mendominasi di
suatu perairan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abbas,
Syekh.,dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional
Indonesia. Jakarta: PT Delta Pamungkas.
(Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2011 pukul 15.00 WIB)
Darmadi.
2010. Manfaat Plankton bagi Manusia. http://dhamadharma.wordpress.com/2010/02/11/manfaat-plankton-bagi-manusia
(Diakses pada
tanggal 8 Oktober 2011 pukul 21.30 WIB)
Hutabarat,
Sahala dan Evans M, Stewart. 2008.
Pengantar Oseanografi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Iyam.
2007. Keanekaragaman Biota Laut. Bandung:
Titian Ilmu.
Juwana,
Sri dan Romimohtarto, Kasijan. 2009. Biologi
Laut. Jakarta: Djambatan.
Nontji,
A. 2008. Plankton Laut. Jakarta: LIPI press.
Nontji,
A. 2007. Laut Nusantara. Jakarta:
Djambatan.
Tomas,
R Carmelo. 1997. Identifying Marine
Phytoplankton. London: Harcourt Place.
Wickstead,
John. 1965. An Introduction to the Study
of Tropical Plankton. London: Hutchinson Tropical Monographis.
LAMPIRAN
Tabel
Pencacahan
No.
|
Kelas
|
Stasiun I
|
Stasiun II
|
1
|
Skeletonema
|
45
|
53
|
2
|
Hemiaulus
|
3
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
4
|
12
|
4
|
Thalassionema
|
1
|
2
|
5
|
Ditylum
|
1
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
9
|
0
|
7
|
Rhizosolema
|
1
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
6
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
1
|
|
Total
|
71
|
68
|
Tabel
Kelimpahan
- Stasiun I
No.
|
Kelas
|
ni
|
Kelimpahan
|
1
|
Skeletonema
|
45
|
1433,12
|
2
|
Hemiaulus
|
3
|
95,54
|
3
|
Chaetoceros
|
1
|
31,85
|
4
|
Thalassionema
|
1
|
31,85
|
5
|
Ditylum
|
1
|
31,85
|
6
|
Bacteriastrum
|
9
|
286,62
|
7
|
Rhizosolema
|
1
|
31,85
|
8
|
Skeletonema
|
6
|
191,08
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
31,85
|
|
Total
|
68
|
2165,61
|
b. Stasiun
II
No.
|
Kelas
|
ni
|
Kelimpahan
|
1
|
Skeletonema
|
53
|
1687,90
|
2
|
Hemiaulus
|
0
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
12
|
382,17
|
4
|
Thalassionema
|
2
|
63,69
|
5
|
Ditylum
|
0
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
0
|
0,00
|
7
|
Rhizosolema
|
0
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
0
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
31,85
|
|
Total
|
68
|
2165,61
|
Tabel Keanekaragaman
a. Stasiun
I
No.
|
Kelas
|
ni
|
pi
|
log2 Pi
|
Keanekaragaman
|
1
|
Skeletonema
|
45
|
0,6617647
|
-0,59561
|
0,394153508
|
2
|
Hemiaulus
|
3
|
0,0441176
|
-4,5025
|
0,198639721
|
3
|
Chaetoceros
|
1
|
0,0147059
|
-6,08746
|
0,089521512
|
4
|
Thalassionema
|
1
|
0,0147059
|
-6,08746
|
0,089521512
|
5
|
Ditylum
|
1
|
0,0147059
|
-6,08746
|
0,089521512
|
6
|
Bacteriastrum
|
9
|
0,1323529
|
-2,91754
|
0,386144714
|
7
|
Rhizosolema
|
1
|
0,0147059
|
-6,08746
|
0,089521512
|
8
|
Skeletonema
|
6
|
0,0882353
|
-3,5025
|
0,309044148
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
0,0147059
|
-6,08746
|
0,089521512
|
|
Total
|
68
|
1
|
-41,9555
|
1,735589652
|
b. Stasiun
II
No.
|
Kelas
|
ni
|
pi
|
log2 Pi
|
Keanekaragaman
|
1
|
Skeletonema
|
53
|
0,7794
|
-0,35954
|
0,280231566
|
2
|
Hemiaulus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
12
|
0,1765
|
-2,5025
|
0,441617707
|
4
|
Thalassionema
|
2
|
0,0294
|
-5,08746
|
0,14963126
|
5
|
Ditylum
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
0
|
|
0
|
0
|
7
|
Rhizosolema
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
0,0147
|
-6,08746
|
0,089521512
|
|
Total
|
68
|
1,0000
|
-14,037
|
0,961002046
|
Tabel Keseragaman
a. Stasiun
I
No.
|
Kelas
|
H'
|
S
|
Hmax
|
Indeks Keseragaman
|
1
|
Skeletonema
|
0,423795
|
45
|
5,4919
|
0,077167942
|
2
|
Hemiaulus
|
0,19104
|
3
|
1,5850
|
0,12053282
|
3
|
Chaetoceros
|
0,085693
|
1
|
0
|
0
|
4
|
Thalassionema
|
0,085693
|
1
|
0
|
0
|
5
|
Ditylum
|
0,085693
|
1
|
0
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
0,375
|
9
|
3,1699
|
0,118299329
|
7
|
Rhizosolema
|
0,085693
|
1
|
0
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
0,298747
|
6
|
2,5850
|
0,115571116
|
9
|
Thalassiosira
|
0,085693
|
1
|
0
|
0
|
|
Total
|
1,717047
|
68
|
12,8317
|
0,431571206
|
b. Stasiun
II
No.
|
Kelas
|
H'
|
S
|
Hmax
|
Indeks Keseragaman
|
1
|
Skeletonema
|
0,280232
|
53
|
5,72792
|
0,048923864
|
2
|
Hemiaulus
|
0
|
0
|
0
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
0,089522
|
12
|
3,584963
|
0
|
4
|
Thalassionema
|
0,149631
|
2
|
1
|
0,149631
|
5
|
Ditylum
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
0
|
0
|
0
|
0
|
7
|
Rhizosolema
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
0,089522
|
1
|
0
|
0
|
|
Total
|
0,608907
|
68
|
10,31288
|
0,198554864
|
Tabel Dominasi
a. Stasiun
I
No.
|
Kelas
|
ni
|
pi
|
(Pi)2
|
1
|
Skeletonema
|
45
|
0,625
|
0,390625
|
2
|
Hemiaulus
|
3
|
0,041667
|
0,001736139
|
3
|
Chaetoceros
|
1
|
0,013889
|
0,000192904
|
4
|
Thalassionema
|
1
|
0,013889
|
0,000192904
|
5
|
Ditylum
|
1
|
0,013889
|
0,000192904
|
6
|
Bacteriastrum
|
9
|
0,125
|
0,015625
|
7
|
Rhizosolema
|
1
|
0,013889
|
0,000192904
|
8
|
Skeletonema
|
6
|
0,083333
|
0,006944389
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
0,013889
|
0,000192904
|
|
Total
|
68
|
0,944445
|
0,415895049
|
b.
Stasiun II
No.
|
Kelas
|
ni
|
pi
|
(Pi)2
|
1
|
Skeletonema
|
53
|
0,7794
|
0,60746436
|
2
|
Hemiaulus
|
0
|
0
|
0
|
3
|
Chaetoceros
|
12
|
0,0147
|
0,00021609
|
4
|
Thalassionema
|
2
|
0,0294
|
0,00086436
|
5
|
Ditylum
|
0
|
0
|
0
|
6
|
Bacteriastrum
|
0
|
0
|
0
|
7
|
Rhizosolema
|
0
|
0
|
0
|
8
|
Skeletonema
|
0
|
0
|
0
|
9
|
Thalassiosira
|
1
|
0,0147
|
0,00021609
|
|
Total
|
68
|
0,8382
|
0,6087609
|
LAMPIRAN
Skeletonema Hemiaulus Chaetoceros
Thalassionema Ditylum Chaetoceros
Chaetoceros Bacteriastrum Chaetoceros
Rhizosolema Skeletonema Thalassiosira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar