BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menyelam merupakan kegiatan yang dilakukan di bawah
permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu
tujuan tertentu. Menyelam dapat dipastikan sebagai profesi yang sudah tua usianya
dalam sejarah peradaban umat manusia. Kegiatan menyelam sudah dilaksanakan oleh
masyarakat Maluku berabad-abad yang lalu. Namun, tidak terdapat catatan khusus
yang menjelaskannya.
Pelaksanaan Pendidikan Selam Olah Raga dilakukan
secara bertahap yang mewajibkan setiap calon penyelam mempelajarinya setingkat
menurut jenjangjenjang yang telah dibakukan dan berlaku di Indonesia. Dengan
mengadakan penjejangan, diharapkan setiap penyelam akan menyelam dalam
batas-batas kewajaran dan keamanan sesuai dengan tingkat kemahiran yang telah
dicapainya.
Hampir sebagian besar orang sepakat bahwa menyelam
merupakan aktivitas yang beresiko tinggi baik bagi kesehatan maupun keselamatan
pribadi pelakunya. Karena itu, pendidikan dan pelatihan selam harus dikelola
sebagai suatu kegiatan belajarmengajar yang bersistem dalam arti mempunyai
program yang jelas, terukur dan terorganisir penyelenggaraannya, sehingga
memungkinkan diadakan monitoring, supervisi dan evaluasi guna mencapai tingkat
keberhasilan yang optimal.
Penyelam harus dapat menguasai peralatan dengan baik
dan benar. Peralatan dasar selam dan peralatan scuba merupakan alat bantu kita
melakukan kegiatan penyelaman. Latihan yang rutin di kolam sangat membantu agar
kita familier dengan semua peralatn tersebut seperti melakukan skin diving,
scuba diving, regulator clearing, mask clearing equalization muncul secara
lambat (slow ascent) dan bongkar pasang peralatan scuba.
1.2. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini yaitu:
1)
Untuk mengetahui lebih dalam tentang menyelam.
2)
Dapat mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada saat menyelam.
3)
Mengetahui sejarah singkat tentang kegiatan selam.
4)
Agar memahami teori dalam menyelam, yang berguna dalam praktek.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Tujuan penyelaman
Berdasarkan
tujuannya, penyelaman bisa dibedakan
menjadi :
a.
Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain :
- Tactical (Combat)
diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur
- Submarine Rescue,
penyelamatan kapal selam
- Search & Rescue
(SAR)
- Inspection &
Repair (inspeksi dan perbaikan)
- Ship Salvage
Penyelaman-penyelaman
jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para
penyelam Angkatan
Bersenjata
b.
Penyelaman komersial
Yaitu
penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah permukaan
air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling). Salvage, dan lain-lain.
c.
Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving)
Penyelaman yang
dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian
biologi, geologi,
arkeologi dan kelautan pada umumnya.
d.
Penyelaman Olah Raga (Sport Diving)
Penyelaman
yang dilakukan untuk kepentingan mempertahankan atau meningkatkan kondisi
kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Penyelaman olahraga (sport diving) ini
dapat dibedakan berdasarkan peralatan yang digunakan yaitu :
-
Skin Diving : penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
dasar
selam (masker, snorkel dan fins).
Scuba
Diving : penyelaman menggunakan peralatan Scuba.
Pada
umumnya seseorang harus terlebih dahulu mahir dalam skin diving
sebelum
menjadi penyelam scuba (Scuba Diver).
2.2. Jenjang
Selam Olah Raga di Indonesia
1. Untuk Olahragawan :
Sertifikat
Lama Sertifikat Baru
Skin Diver – A1 Skin Diver
Scuba Diver 3 – A2 Scuba Diver * - A1
Scuba Diver 2 – A3 x) Scuba Diver ** - A2
Scuba Diver 1 – A4 Scuba Diver ** - A2
Master Scuba Diver 2 – A5
Scuba Diver *** - A3
Master Scuba Diver 1 – A6
Master Scuba Diver – A4
x) ada tambahan materi
yang diberikan oleh instruktur
Bagi pemegang
sertifikat lama masih tetap berlaku, tetapi bila akan naik jenjang maka yang
keluar adalah sertifikat baru. Atau pemegang sertifikat lama dapat menukar
sertifikatnya (cross) dengan sertifikat baru yang sama jenjangnya dengan
sertifikat lama.
2. Untuk Instruktur :
a.
One Star Instruktur Klab 2 – B1
b.
Instruktur Klab 1 – B2
c. Instruktur Regional – B3
2.3. Syarat untuk mengikuti pendidikan
selam
1)
Kemampuan renang :
a. Berenang sejauh 200
m (minimal dengan 2 gaya);
b. Berenang di bawah
permukaan air sejauh 12 m.
c. Berada di permukaan
air selama 15 menit.
d. Terapung dengan
bantuan kaki saja selama 5 menit.
e. Menyelam ke
kedalaman 3 m dan mengambil benda seberat 2,5 kg
serta membawa benda
tersebut ke permukaan air.
2.4.
Kemampuan Selam Dasar (Skin + Scuba
Diving) :
1)
Skin Diving
a. entry
b. snorkling sejauh 50
m;
c. surface dive dengan
kepala terlebih dahulu;
d. snorkel
clearing;ascent
2)
Scuba Diving :
a.
merakit Scuba
b.
entry;
c.
mask clearing;
d.
buddy breathing;
e.
ascent/exit
2.5. Peralatan – peralatan selam
Penyelaman olah raga
pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Skin Diving dan Scuba
Diving.
Skin Diving adalah
penyelaman olahraga yang hanya menggunakan peralatan
dasar selam (Skin
Diving Equipment), antara lain : Mask, Snorkel, Fins, Wet
Suit, Weight belt dan
Buoyancy Vest.
1) Masker
Pengertian mask/face
mask adalah peralatan selam yang menutupi sebagian wajah terutama mata dan
hidung yang berfungsi :
a. menciptakan kantong
udara antara mata penyelam dan air, sehingga memungkinkan si penyelam melihat
benda di bawah air.
b. mask mencegah air
masuk ke hidung dan mata, sekaligus mencegah timbulnya iritasi, mask haruslah
nyaman, pas dan kedap air. Ia harus sedemikian rupa mengikuti bentuk wajah si
pemakai. Untuk menguji kedepannya, kenakan mask tersebut di wajah tanpa
mengenakan tali kepala, tarik napas sedikit melalui hidung dan lepaskan tangan
yang memegang mask tersebut. Jika tidak jatuh berarti mask itu cocok untuk
anda. Jika jatuh carilah yang lain.
Jika memilih masker, perhatikan
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Safety tempered
glass;
b. Frame terbuat dari
bahan anti karat;
c. Memiliki double seal
yang lentur untuk wajah;
d. Dilengkapi dengan
ikat kepala yang memiliki buckles/gesper
pengencang
Pemeliharaan dan
penyimpanan masker :
a. Jangan dibiarkan
kena panas matahari terlalu lama;
b. Cuci bersih dengan
air tawar selesai dipakai;
c. Jangan sampai tergencet
saat menyimpan;
d. Untuk penyimpanan
jangka lama, berikan silicon spray/talk dan
masukkan dalam kantong
plastik.
2) Snorkel
Snorkel merupakan alat
survival penting yang digunakan oleh seorang Skin maupun Scuba Diver, sebab
berfungsi :
a. membantu penyelam
bernafas di permukaan air tanpa mengangkat kepalanya.
b. Membantu penyelam
berenang menuju sasaran penyelaman tanpa harus menggunakan udara dari tabung
scuba;
c. Memungkinkan
penyelam melihat pemandangan bawah air dengan cara berenang dan menelungkupkan
muka di permukaan air.
Jika memilih snorkel,
perhatikan cirri-ciri sebagai berikut :
a. pas dan nyaman di
mulut;
b. panjang antara 12
s/d 14 inci;
c. semi fleksible;tidak
dilengkapi alat penutup apapun pada ujung atas, misalnya bola pingpong.
3) Fins
Fins yang diindonesiakan dengan
istilah “sirip selam” atau “kaki katak” diciptakan untuk memberi kekuatan pada
kaki dan merupakan piranti penggerak. Fins bukan dibuat demi menambah kecepatan
berenang namun menambah daya kayuh. Dengan bantuan fins kemampuan renang kita
bertambah 10 kali lebih besar disbanding tanpa menggunakan fins.
Ada
tiga macam jenis fins :
• Jenis Foot Pocket yang ocok untuk kegiatan
skin diving atau fins swimming, biasanya lebih fleksible, dengan letak lempeng
lebih menyudut, yang menyebabkan kaki tidak mudah lelah. Ukuran
besar-kecil merupakan hal yang lebih menentukan; lebih repot untuk
dikenakan maupun mencopotnya untuk kegiatan scuba diving.
• Jenis
Open Heel yang cocok untuk kegiatan scuba diving, biasanya berlempeng
lurus, semi kaku dengan lempengan lebih panjang. Jenis ini memberikan
kekuatan lebih besar, namun membutuhkan waktu penyesuaian bagi otot-otot
kaki. Open heel fins mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan waktu
mengenakan dan melepasnya.
• Adjustable
Open Heel Jenis ini paling cocok/sesuai untuk scuba diving di
perairan karena dibuat mempunyai kantong yang cukup besar untuk kaki
kaki yang memakai boots (semacam kaos kaki terbuat dari karet),
mempunyai lempengan yang lebih lebar untuk menghasilkan tenaga besar dan
biasanya terdapat lobang-lobang alur air di bagian atas lempengan tersebut.
Lobang alur air ini mengurangi kelelahan kaki yang disebabkan oleh
daerah negatif pada lempengan.
• Boots merupakan pelindung kaki merupakan keharusan, terutama
digunakan untuk daerah-daerah
berkarang dan batu-batuan juga perlindungan terhadap kejang kaki disebabkan kedinginan dan kemungkinan kaki lecet. Boots dari karet busa dengan
sol keras adalah jenis perlengkapan
pelindung kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki tebalpun dapat digunakan sebagai pencegah lecet
sewaktu latihan. Hal penting yang perlu
diperhatikan adalah pemilihan ukuran fins agar cocok dan pas jika menggunakan pelindung kaki.
4) Wet Suit
Wet
Suit merupakan Pakaian
pelindung penyelam yang kini umum dipakai adalah FOAM NEOPRENE WET SUIT, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung-gelembung busa berudara.
Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat
dalam berbagai ukuran ketebalan bahan. Fungsi
dari Wet Suit adalah untuk melindungi penyelam dari goresan karang dan pengurangan panas badan di
bawah permukaan air. Namun Wet
Suit sama sekali tidak membuat penyelam menjadi hangat, hanya mencegah penyelam dari kedinginan,
dan bukan berarti penyelam tidak basah.
Selain Wet Suit, ada juga pakaian selam yang bernama DRY SUIT terbuat dari bahan kanvas dan dilapisi dengan wool dan atau
memakai T-shirt.
5) Weight Belt
Weight belt atau sabuk beban diperlukan guna mengatur daya apung (buoyancy).
Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda. Seorang penyelam di air laut
tanpa menggunakan wet suit memerlukan berat antara 4 s/d 6 pounds untuk
mengimbangi daya apung positifnya, sedang bila menggunakan wet suit memerlukan
tambahan pemberat antara 10 s/d 12 pounds di atas daya apung normal, sehingga
jumlah total yang diperlukan oleh seorang penyelam berkisar antara 14 s/d 16 pounds.
Weight belt harus dilengkapi dengan QUICK RELEASE BUCKLE yaitu suatu gesper
pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt dipasang
paling terakhir dan paling pertama dilepas, jika dalam keadaan darurat.
6) Buoyancy Vest
Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang penyelam.
Fungsi dari peralatan tersebut adalah :
• Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan
air, dengan demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak mengeluarkan
tenaga;
• Untuk memberikan daya apung agar dapat beristirahat atau menyangga
penyelam yang mengalami keadaan darurat;
• Untuk memberi daya apung netral (neutral buoyancy) terkendali di dalam
air.
Ada beberapa jenis Buoyancy Vest yang digunakan :
a. Standard Safety Vest
b. Buoyancy Compensator (BC)
2.6. Peralatan
SCUBA
SCUBA : Self Contained Underwater Breathing
apparatus. Penyelam harus yakin akan kemampuan dan keahliannya sendiri untuk memakai
SCUBA. Jadi scuba adalah peralatan pernafasan di bawah permukaan air yang dapat
dibawa sendiri oleh si penyelam.
Pada saat ini ada 4 macam sistem dasar SCUBA
yang dipakai :
a . Sistim Sirkuit
Tertutup
Suatu sistim yang menggunakan zat
asam/oksigen murni dilengkapi penyerap kimia untuk menghalau zat asam arang/CO2
yang keluar dari paru-paru. Unit ini pada hakekatnya meniupkan kembali O2 tanpa
membuang udara ke dalam air. Ini merupakan suatu sistem tertutup sama sekali.
Unit ini digunakannya terbatas hingga kedalaman 33 feet. Penggunaan SCUBA jenis
ini dituntut keahlian tertentu karena sangat berbahaya.
b. Sistem Sirkuit
Terbuka
Terdiri dari Demand Regulator dan Tabung
Udara yang dimampatkan (Compressed Air Tank) adalah jenis alat scuba yang pada
saat ini merupakan alat yang paling aman dipergunakan. Udara yang dimampatkan
disalurkan melalui regulator ke penyelam, dan udara yang telah dihisap dibuang
langsung ke air tanpa dipergunakan lagi.
c. Sistem Sirkuit Semi Tertutup
Dipakai untuk operasi militer dan merupakan
kombinasi dari sistim-sistim sirkuit terbuka dan tertutup. Sistem ini mempunyai
kantong udara, kotak kimiawi, regulator dan tabung udara yang dimampatkan. Sistem
ini memungkinkan penyelam militer untuk bekerja pada kedalaman dan jangka waktu
yang lama. Sistim ini memerlukan pemanasan yang khusus serta membutuhkan
peralatan pendukung yang khusus pula, hingga unit ini jarang dipakai umum.
d. Sistem Sirkuit
Tertutup Gas Campuran
Sistem ini sangat rumit, memerlukan
pemeliharaan khusus dan cukup mahal. Unit ini mempunyai kantong pernafasan,
kotak kimiawi dan suatu alat elektronis penyaring oksigen yang dapat mengontrol
jumlah O2 pada kedalaman lebih dari 1.000 feet, yang memberikan cukup udara
untuk turun dan naik kembali ke permukaan untuk pekerjaan-pekerjaan ilmiah dalam
penggunaannya memerlukan latihan yang sangat khusus.
2.7. Regulator
Ada
beberapa macam Regulator, yaitu :
a.
Two Hose / Pipa Ganda
Regulator
Demand yang biasa dikenal di Amerika sejak tahun 1949 terdiri dari satu bagian
yang dipasang di atas katup tabung dengan sebuah pipa penyalur udara napas,
mouthpiece dan sebuah pipa buang udara. Pada saat ini biasanya disebut Two Hose
Regulator. Mouthpiece atau Genggam Mulut adalah suatu bagian yang dimasukkan ke
dalam mulut.
b.
Two Stage / 2 Tingkatan
Tekanan
tabung dibagi dalam 2 tingkatan. Dari tekanan tinggi pada tingkat pertama
(first stage) ke tekanan lebih rendah kira-kira 140 Psi pada tingkat kedua (second
stage). Hal ini diatur di dalam ruang kecil pada regulator. Bila penyelam
menarik napas ia akan menciptakan keadaan Vacum (hampa udara) dalam pipa
pernapasan dan juga pada ruang regulator. Sekat karet (membran) yang terkena
langsung dengan air menekan pengungkit tingkat kedua dan menyebabkan udara
bertekanan rendah mengalir ke penyelam.
Apabila
penyelam berhenti bernapas, aliran udara secara cepat menjadi seimbang dalam
pipa dan ruang regulator, lalu sekat akan kembali ke letak biasa dimana
pengungkit tingkat kedua menutup jalannya aliran udara. Oleh karena tekanan air
yang mengatur aliran udara, maka dengan sendirinya tekanan disesuaikan dimana
penyelam berada.
Suatu
Demand Regulator sebenarnya merupakan suatu mekanisme sederhana, dimana udara
mengalir hanya bila penyelam menarik napas dan langsung menyesuaikan secara otomatis
dengan tekanan air pada kedalaman tersebut melalui cara equalization yang
sederhana.
1.
Single Stage / Tingkat Pertama
Salah
satu jenis regulator dengan pipa ganda yang menggunakan sistem pengungkit
sederhana, yang merubah tekanan langsung pada First Stage. Unit regulator ini
sudah tidak diproduksi lagi di Amerika.
2.
Single Hose / Selang Tunggal
Regulator
yang paling umum digunakan pada saat ini adalah Regulator Single Hose, yang
terdiri dari :
a.
First Stage / Tingkat Pertama dengan tekanan tinggi yang dikembangkan ke katup
tabung.
b.
Pipa bertekanan antara.
c.
Second Stage / Tingkat Kedua yang terdiri dari Sekat Karet Pengungkit Tingkat
Kedua, Katup Buang Udara dan Genggam Mulut / Mouthpiece.
Regulator
Single Hose / selang tunggal bekerja dengan dua (2) tahap sama halnya Regulator
Two Hose / Selang Ganda. Perbedaan utamanya adalah bahwa kedua tingkatannya
terpisah. Dimana Second Stage terletak dekat mulut penyelam untuk
memudahkan
bernapas, oleh karena itu sekat karet berada pada permukaan yang sama dengan
paru-paru dalam posisi berenang biasa. Gelembung udara yang dihembuskan /
dibuang keluar melalui saluran pembuang yang terbuat dari karet, yang letaknya
di bawah tingkat kedua. Regulator Two Hose untuk perbandingan, membuang udara
buangan kembali melalui bagian badan regulator yang terletak di belakang dan
agak di atas penyelam melalui pipa pembuang yang terpisah.
Regulator
ini menimbulkan suara terlalu banyak serta tidak menghalangi pandangan
penyelam, tetapi pengambilan napas agak lebih sukar, disebabkan letak regulator
yang berada di belakang.
3.
Tombol Kuras
Regulator
Single Hose adalah unit yang terpadu, mudah dipakai, mudah dikuras dan sebagai
tambahan mempunyai tombol kuras yang terletak di bagian depan tingkatan kedua,
yang menempel ke sekat karet demi melancarkan pengurasan. Katup Pembuang Udara
dan air keduanya dapat dibuang keluar melalui katup pembuang yang terbuat dari
karet, yang terletak di bagian dalam regulator.
Tolok
Ukur Tekanan Tinggi (High Pressure Port Submersible Pressure Gauge)
Terletak
pada tingkat pertama adalah "High Pressure Port", ini biasanya
ditandai dengan huruf HP. Di sinilah "Submersible Pressure Gauge"
anda dipasang untuk dapat melihat langsung tekanan tabung anda pada waktu
menyelam. Alat ini merupakan salah satu bagian yang penting digunakan bersama
regulator hingga penyelam dapat mengetahui secara langsung berapa banyak udara
yang tersisa di dalam tabung pada setiap saat. Alat ini merupakan alat ukur
anda selama penyelaman.
Submersible
Pressure Gauge dapat digunakan dengan atau tanpa katup cadangan pada tabung
Scuba, katup cadangan hanya berfungsi sebagai unit penunjang bila lupa melihat Gauge
pada saat yang beraturan.
2.8.
Memasang Regulator pada tabung
Bila
anda sudah siap untuk memasang regulator ke katup tabung, bukalah tutup
pelan-pelan untuk menghembuskan kotoran debu pada O-ring yang melindungi inlet
tekanan tinggi dan tempatkanlah Yoke pada tingkatan pertama melingkupi katup tabung
berkedudukan pada O-ring. Tempatkanlah selalu pipa regulator ke arah kanan
melewati bahu kanan penyelam. Keraskanlah pemutar sekuat tangan saja, kemudian
bukalah perlahan-lahan katup tekanan tingginya dengan penuh, lalu putar kembali
setengah putaran. Ingatlah selalu untuk menguji dengan menarik dan
menghembuskan napas, kadang-kadang katup pembuang tersangkut bila kering,
dengan menyiram bagian mulut dengan air dan meniup keras-keras maka akan
membuka kembali. “Periksalah selalu tekanan udara di tabung” Bila Submersible
Pressure Gauge pada regulator tidak dipergunakan atau tidak memiliki peralatan
tersebut untuk memeriksa tekanan tabung, maka sebuah tank Pressure Gauge dapat
dipergunakan.
2.9.
Melepas regulator
Setelah
selesai penyelaman, biarkanlah air terlebih dulu menetes hingga kering dari
katup sebelum dibuka. Tutuplah katup sekuat kewajaran tangan. Semua regulator
masih mempunyai tekanan udara pada tingkat pertama dan tingkat kedua, udara ini
harus dikeluarkan sebelum melepaskan regulator dari katup. Hal ini dapat mudah
dilakukan dengan menekan tombol kuras pada single house regulator"s atau
dengan meniup keluar udara sisa pada Two House Regulator. Bila regulator
dilepas tanpa mengeluarkan udara sisa, maka dapat mengakibatkan terjadinya sentakan
pada O-ring yang kadang-kadang mengakibatkan Oring tersebut pecah.
2.10. Fisika Penyelaman
Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan dengan
penyelaman adalah persyaratan terpenting bagi tehnik penyelaman yang aman.
Banyak masalah kesehatan penyelaman yang secara langsung diakibatkan oleh
pengaruh-pengaruh fisiologis dari hukum-hukum tersebut terhadap manusia. Suatu
ikhtisar dari hukum-hukum fisika yang penting berkenaan dengan kegunaan
pengobatan secara klinis, perlu diketahui.
1) Satuan tekanan
Tekanan
udara di permukaan laut pada suhu OoC pada dasarnya adalah tekanan
yang disebabkan oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan yaitu
sekitar 760 mm Hg (14.7 Psi) dan dijadikan dasar ukuran satu atmosfir.
Persamaan tekanan
1 Atmosfir = 10.07 (10)
*meter air laut
= 33.05 (33) * kaki air
Laut
= 33.93 (34) * kaki air
tawar
= 1.033 kg/cm2
= 14.696 (14.7) *
Lbs/ins2
= 1.013 bars
= 101 kilopascals
= 760 mm air raksa ( mm
Hg)
= 760 torr
Tekanan akan menurun pada ketinggian karena atmosfir
diatasnya berkurang, sehingga berat udarapun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan
akan meningkat bila seorang menyelam dibawah permukaan air. Hal ini disebabkan
karena berat dari atmosfir dan berat dari air diatas penyelam. Ukuran-ukuran
tekanan dari berbagai kedalaman mengungkapkan bahwa tekanan 760 mm Hg (yaitu
sama dengan standard atmosferik pressure) akan terasa pengaruhnya kira-kira
pada kedalaman 10 m dari air laut (33 kaki). Berdasarkan Hukum Pascal yang menyatakan
bahwa tekanan yang terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah
secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat dibawah permukaan laut,
tekanan akan meningkat sebesar 760 mm Hg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10
m. Tekanan yang terdapat pada suatu titik menunjukkan tekanan 1 atmosfir
(tekanan di permukaan + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut).
Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan
yang terlihat pada alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan. Karenanya
tekanan ini selalu 1 atmosfer lebih rendah dari pada tekanan absolut.
2)
Hukum-hukum Gas
Udara
yang kita hirup mengandung komponen-komponen sebagai
berikut
:
- 78 % Nitrogen (N2)
- 21 % Oksigen (O2)
- 0,93 % Argon (Ar)
- 0,04 % Carbon Dioxide
(CO2)
- Gas-gas mulia (Ne,
He, dsb.)
Gas
yang umumnya digunakan untuk tujuan penyelaman adalah :
-
Udara (bebas kotoran)
-
Campuran oksigen
-
Campuran O2 dan Helium (He), kadang-kadang + N2
Hukum-hukum
gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam ronggarongga tubuh seperti
paru-paru, saluran yang menghubungkan hidung dengan sinus dll., serta gas-gas
di dalam larutan antara lain adalah :
a.
Hukum Boyle
(Hukum
Perubahan Tekanan dan Volume)
Hukum
ini menegaskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu kumpulan gas akan
berbanding terbalik dengan tekanan absolut, yaitu : V = 1/P
Jadi
: PV = K atau P1V1 = P2V2
P = Tekanan
V = Volume
K = Konstan
Ini berarti bahwa bilamana tekanan meningkat, volume
dari suatu kumpulan gas akan berkurang atau sebaliknya. Selama tekanan
sebanding dengan kedalaman, maka volume akan menjadi setengah volume dari
semula. Hubungan ini berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruanganruangan tubuh
sewaktu penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu naik ke permukaan. Hukum
Boyle pada penyelaman tahan napas Seorang penyelam yang menghirup napas penuh
di permukaan akan merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air
di sekelilingnya sewaktu ia turun.
Semua gas yang berada di dalam rongga tubuh akan
terpengaruh oleh hubungan tekanan volume ini. Dalam hal mengenai telinga bagian
tengah, tekanan air yang berperan di dalam tubuh akan dihantar oleh
cairan-cairan tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama
tekanan meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di
dalam rongga tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan
diisi jaringan yang membengkak dan menonjol ke dalam gendang telinga. Rangkaian
kejadian yang menjurus ke perusakan jaringan dapat dicegah dengan
menyeimbangkan tekanan (Equalizing). Udara ditiupkan ke dalam saluran
Eustachius dari tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang ada di telinga
bagian tengah tetap konstan, sehingga tekanannya menyamai tekanan air. Proses
serupa dapat terjadi di dalam rongga-rongga sinus, akan tetapi disini dapat diseimbangkan
sendiri (self equalizing) dalam keadaan normal, karena rongga sinus punya
hubungan terbuka dengan rongga hidung. Perubahan terbesar volume gas yang
mengikuti perubahan air terjadi dekat permukaan.
b.
Hukum Dalton (Tekanan Partial dari Campuran Gas).
Hukum ini berhubungan udara (suatu campuran Nitrogen
dan Oksigen) dan dengan pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah
tekanan dari suatu campuran gas-gas adalah jumlah dari tekanan secara
tersendiri menempati seluruh ruang (volume), selama tekanan secara menyeluruh
meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas akan meningkat. Karena udara
adalah suatu campuran yang terdiri dari kurang lebih 80% bagian N2 dan 20%
bagian O2, maka udara di permukaan terdiri dari :
N2
= 80% dari 1 ATA (760 mm Hg).
=
0,8 ATA (608 mm Hg).
O2
= 20 % dari 1 ATA (760 mm Hg)
=
0,2 ATA (152 mm Hg)
Tekanan partial dari suatu gas di dalam campuran
diperoleh dengan mengkalikan persentasi gas dengan tekanan total.
c.
Henry (Larutan Gas dan Cairan)
Hal
ini berhubungan dengan penyerapan gas di dalam cairan. Dinyatakan bahwa pada
suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus
dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan.
Di
permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter larutan
Nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2 ATA)
tekanan partial dari Nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan akhirnya
yang telarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu sampai
terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan pada
kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah.
Pengaruh
fisiologis dari hukum ini terhadap seorang penyelam berlaku untuk Penyakit
dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas Lembam (Inert Gas Narcosis).
Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlarut cepat berkurang, gas akan
keluar dari larutan dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Pada penyelam,
pelepasan gelembung gelembung ini dapat menyumbat pembuluh darah atau
merusakkan jaringan-jaringan, hal ini menyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit
dekompresi atau “Bends”.
d.
Hukum Charles (Perubahan Suhu dan Volume)
Hukum
ini menyangkut hubungan antara suhu, volume dan tekanan. Dinyatakan bahwa bila
tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding
lurus dengan suhu absolut. Hukum ini ada hubungannya dengan kompresi dan
dekompresi dari gas-gas dan pengaruhnya terhadap silinder, regulator, chamber
dan lain-lain, serta menerangkan bahwa perubahan tekanan dapat dilihat bilamana
silinder yang berisi udara tekan terjemur di matahari. Bila volume tetap
konstan dan suhu meningkat, tekanan akan meningkat. Hukum Charles dapat dilihat
bila seorang yang secara tidak sengaja melubangi tabung semprot (Spray Can) dan
melihat gas yang menguap di udara.
2.11.
Daya Apung / Buoyancy
Hukum
Archimedes menyatakan bahwa setiap benda yang dibenamkan seluruhnya atau
sebagian ke dalam cairan mendapat tenaga dorong sebesar bobot cairan yang digantikan.
Semakin padat cairan itu semakin besar daya apungnya. Dengan demikian penyelam
dan kapal-kapal mengapung lebih tinggi di air laut daripada di air tawar.
Dengan paru-paru mengembang sepenuhnya, orang biasanya akan mengapung di atas permukaan
air laut, hal ini karena orang mempunyai daya apung positif.
Ciri
daya apung seorang penyelam:
Upaya yang diperlukan untuk penyelaman, daya apung positif memberikan kesulitan
pada saat turun, tetapi membantu saat naik;
Kemungkinan hilangnya orientasi di bawah air. Bilamana perasaan posisi penyelam
sudah terganggu, seperti halnya pada daya apungnetral (Netral Buoyancy) yaitu
tidak tenggelam atau mengambang, pengurangan lebih lanjut pada setiap
rangsangan pancaindra (Sensory Stimulation) seperti berkurangnya penglihatan di
dalam air yang suram, dapat mengakibatkan disorientasi yang parah dengan kemungkinan
akibat-akibat yang berbahaya.
Tingkat
daya apung setiap penyelam dipengaruhi oleh beberapa faktor, berat alat-alat
yang dipakai dapat menyebabkan penyelam tenggelam. Silinder berisi udara tekan
akan menjadi lebih terapung bila udara dipakai hingga menjadikannya ringan.
Pakaian selam (wet suit) yang terdiri dari sel-sel karet busa berisi udara,
bila kedalamannya bertambah, volume udara di dalam sel-sel tersebut berkurang
dengan demikian mengurangi daya apung. Rompi-rompi yang dapat mengembang
(Buoyancy Compensator’s) dapat diisi udara untuk mendapat daya apung positif.
Bila penyelam menghirup nafas volume di dada akan meningkat, yang cenderung
membuatnya mengapung, sedang bila ia menghembuskan akan cenderung tenggelam.
Maka sering seorang penyelam menghembuskan nafasnya pada saat meninggalkan
permukaan untuk memanfaatkan pengaruh tersebut dan hal itu membantunya untuk
turun.
2.12.
Keadaan Darurat pada Penyelaman
Keadaan darurat selalu dimungkinkan terjadi pada
setiap penyelaman, betapapun sempurnanya persiapan untuk itu telah dilakukan.
Cukup banyak variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai faktor penyebabnya.
Kondisi penyelaman, panik, cuaca, kedalaman, kerusakan peralatan dan
seterusnya. Keadaan ini bila tidak segera ditanggulangi secara tepat dan cepat
sangat potensial menjadi penyebab terjadinya kecelakaan penyelaman.
Ironisnya sebagian besar kecelakaan penyelaman
justru terjadi pada saat seorang penyelam sudah mulai merasa berpengalaman
(kawakan), merasa cukup mampu menangani masalah penyelaman. Suatu keadaan yang cenderung
membuat orang menjadi lengah dan ceroboh. Kelengahan dan kecerobohan di sini
mencakup fisik maupun mental. Kelengahan mental menyebabkan “human error”,
atau kekhilafan manusiawi yang bila dihadapkan pada kondisi rawan dapat
berakibat fatal. Human error / kekhilafan manusiawi, itulah sebab utama
terjadinya kecelakaan penyelaman.
Karena itu tetap relevan untuk dianjurkan agar para
penyelam senantiasa bersedia melatih diri, mempersiapkan diri, briefing,
de-briefing, dive planning, check dan re-check peralatan sebelum menyelam,
mempelajari kembali prosedur-prosedur baku dalam penyelaman dan sebagainya.
Filosofinya, lebih baik belajar mengenali dan menghindari bahaya sebelumnya
daripada mengatasi bahaya setelah terjadi, karena hasilnya sangat spekulatif.
1). Keadaan Tanpa Udara
Dari sekian banyak
keadaan darurat yang dapat terjadi setiap kali menyelam, situasi “tanpa
udara” merupakan hal yang paling riskan penanggulangannya. Bertahun-tahun
orang memperdebatkan jalan atau cara apa yang terbaik untuk dilakukan jika
menghadapi keadaan “kehabisan udara”. Pada kenyataannya, tidak ada satu
carapun yang dapat disepakati sebagai cara yang memuaskan dan memberikan
jaminan keselamatan bagi pelakunya. Persatuan Olah raga Selam Seluruh Indonesia,
menawarkan beberapa cara atau prosedur yang dianggap “layak” untuk
mengatasi keadaan darurat tersebut.
Cara menghadapi keadaan
darurat dapat dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
a. Dengan “bantuan”
Menghadapi keadaan
darurat penyelaman dengan bantuan dibagi menjadi 2 ialah :
·
Octopus Assisted Ascent (OAA)
OAA dapat dilakukan
dalam hal seorang penyelam memberikan bantuan udara kepada mitranya yang kehabisan
udara, melalui “extra second stage” yang lazim disebut “octopus”.
Cara ini relatif aman dan mudah pelaksanaannya karena masing-masing penyelam
bernapas melalui sebuah “second stage” tersendiri.
·
Buddy Breathing (BB)
Dilakukan dengan cara
bergantian bernapas melalui satu “Second Stage” dari satu regulator dari
si penolong (Donor). Hendaknya terus menerus dilakukan sambil naik ke permukaan
secara terkendali, karena itu BB sering juga disebut buddy breathing ascent (BBA).
b. Dengan “Berdikari”
Cara menghadapi keadaan
darurat yang terjadi dalam penyelaman, khususnya kehabisan udara, mungkin harus
dilakukan sendiri oleh si penderita, dalam hal tidak ada lagi mitra yang bisa
dimintai bantuan.
Ada dua macam cara “berdikari”
yang bisa dilakukan yaitu :
·
Emergency Swimming Ascent (ESA)
Ini adalah cara
menghadapi keadaan darurat secara berdikari yang terpenting, dimana si penyelam
yang kehabisan udara berenang ke permukaan secara terkendali sambil terus
menerus menghembuskan udara keluar, untuk menjaga agar tidak terjadi
pengembangan paru-paru yang berlebihan.
·
Buoyancy Ascent (BA)
Adalah prosedur ”Berdikari”
pilihan terakhir. Dilakukan dengan cara membuang weight belt dan
menggunakan daya apung positif yang diperoleh dengan mengembangkan BC di kedalaman.
Buoyancy ascent dipraktekkan jika penyelam serius meragukan bahwa ia
tidak mungkin dapat mencapai permukaan dengan berenang. Buoyancy ascent dari
kedalaman sangat berbahaya karena ada kemungkinan gerak laju ke permukaan
menjadi tidak terkendali. Buoyancy ascent ini sering disebut pula
emergency / exhaling buoyancy ascent.
Apabila
anda sungguh-sungguh menghadapi keadaan darurat dalam arti kehabisan udara,
cobalah mengikuti prosedur di bawah ini melalui urutan teratas yaitu :
1.
Berhenti dan berpikir. Hentikan manuver anda dan berpikir secara wajar tentang
situasi yang sedang anda alami;
2.
Hembuskan udara lambat-lambat (kalau masih ada) dan perhatikan SGP anda;
3.
Jika SGP masih menunjukkan :
-
adanya tekanan udara, maka tekanlah tombol kuras;
-
tidak ada tekanan udara, cek katup tabung, mungkin tombol katup masih dalam
posisi “off” yang biasanya terjadi pada awal penyelaman.
4.
Usahakan untuk menarik napas lagi kalau masih ada hantaran udara, beri isyarat
pada mitra anda dan jelaskan keadaannya. Bila tekanan udara pada posisi
cadangan, hentikan penyelaman dan naik saja ke permukaan.
5.
Bila tidak ada hantaran udara, mintalah mitra anda untuk melakukan OAA / BB.
Bila mitra telah jauh, pilih manuver ESA / EBA (sebagai alternatif terakhir).
6.
Bila mitra anda tidak bisa diajak komunikasi dan tidak mengerti siatuasi yang
anda hadapi, maka lakukanlah ESA / EBA sebagai alternatif terakhir.
Khusus
tentang ESA perhatikanlah beberapa prinsip di bawah ini :
1. Buang weight belt
anda untuk memperoleh / meningkatkan daya apung anda.
2. Anda sedang melaju
ke permukaan dengan menggunakan upaya renang kendali.
3. Hembuskan udara
keluar selagi melaju ke permukaan (karena menarik napas juga tidak
dimungkinkan).
2.13. Mengatasi kecelakaan pada saat
menyelam
Menyelam adalah kegiatan yang berisiko tinggi,
terlebih-lebih bila penyelaman itu dilakukan seorang diri. Bila terjadi suatu
keadaan darurat yang membahayakan keselamatan jiwa dan raga, tidak akan ada
orang yang mengetahui dan membantu kesulitan tersebut. Oleh karena itu dunia penyelaman
menganut dan mempraktekan prinsip penyelaman yang mengatakan never dive alone.
Jadi menyelamlah selalu dalam suatu team dengan sitim mitra (buddy sistim).
Keadaan darurat pada penyelaman lazim diidentikkan dengan keadaan tanpa atau
kehabisan udara. Salah satu cara yang paling efektif mengantisipasi situasi ini
adalah dengan melakukan “buddy breathing” (patungan udara). Jika keadaan masih
dapat dikendalikan dan buddy berada di dekat, udara dapat dipakai bersama
(patungan) di dalam air atau ketika naik ke atas.
Tehnik penyelamatan dengan vest sangat penting
dikuasai. Hal ini sangat berguna apabila terjadi masalah di bawah permukaan air
pada saat melakukan penyelaman. Dengan tambahan daya apung dari vest tersebut
kita dapat mengangkat korban dari dasar menuju ke permukaan dan segera
memberikan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut sebelum sampai di pantai.
Setiap penyelam harus mahir mengambil dan memasang
kembali peralatan weight belt di bawah permukaan air. Hal ini dikarenakan bisa
saja terjadi weight belt terlepas pada saat penyelam melakukan manuver-manuver
di bawah air. Pada saat penyelam sudah berada di permukaan, namun jauh dari
kapal maka penyelam dapat berenang menuju ke kapal. Berhubung penyelam masih menggunakan
peralatan selam lengkap, maka cara yang terbaik dan tidak melelahkan adalah
dengan mengisi udara ke BC untuk mengurangi beban tersebut dan berenang dengan
menggunakan snorkel menuju ke kapal.
2.14. Penanganan Peralatan didasar
Seorang
penyelam harus dapat secara mudah menangani peralatannya di bawah permukaan air
apabila mengalami kesulitan. Maka seorang bpenyelam dituntut untuk mampu
membongkar pasang peralatan secara benar di bawah air.
1.
Cara membongkar peralatan :
Melepaskan ikat pinggang
Angkat lewat atas kepala
Atur regulator agar tidak terjepit
2.
Cara memasang peralatan :
Raih regulator, pasang mouth piece ke dalam mulut dan hembuskan udara agar air
terkuras;
Angkat tabung melewati atas kepal, usahakan agar regulator tidak terbelit;
Atur ikat pinggang/gesper supaya BC terpasang dengan nyaman.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Menyelam memang merupakan kegiatan
yang menyenangkan, dengan tujuan yang berbeda-beda berdasarkan maksud yang
ingin dicapai dari seorang penyelam. Dalam menyelam diterapkan sistem
peningkatan jenjang, yang artinya dalam setiap tingkatan-tingkatan dalam
penyelaman memiliki kesulitan yang berbeda yang akan membandingkan antara
jenjang yang bawah dengan jenjang yang lebih tinggi.
Penggunaan alat penyelaman dapat
digunakan dengan yang dasar, maupun peralatan yang lebih lengkap tergantung
dari tingkat kesulitan serta kedalaman dari suatu kegiatan penyelaman. Alat
penyelaman tentunya harus digunakan dan dirawat dengan sebaik mungkin agar
tidak mengalami penurunan fungsi atau rusak. Penggunaan alat untuk menyelam pun
sebaiknya dipilih dengan baik yang sesuai dengan tubuh, sebagaimana masker yang
sesuai dengan bentuk wajah serta ukuran fins yang pas dan peralatan lainnya.
3.2. Saran
Sebagaimana cara keamanan dalam penyelaman
menggunakan prinsip “never dive alone”
yang artinya jangan menyelam sendiri yang secara jelas menyebutkan bahwa
menyelamlah dengan rekan anda. Karena apabila terdapat sesuatu hal yang
diinginkan terjadi dalam penyelaman, maka akan dapat diketahui serta dapat
dibantu oleh rekan menyelam anda.
Memasuki dunia bawah laut yang indah namun
berbahaya, hendaknya selalu waspada dalam penyelaman. Persiapan yang matang
sangat diperlukan dalam sebuah penyelaman. Siapkan peralatan menyelam dengan
baik, serta pahamilah kondisi lokasi yang ingin anda tuju. Gunakanlah alat yang
baik, sehingga keselamatan anda akan lebih terjamin. Serta belajarlah bersikap
untuk tidak cepat panik, serta selalu tenang.
DAFTAR PUSTAKA
Jacques-Yves
Cousteau, The Ocean World of Jacques Cousteau,Vol. 20, Revised Edition,
The Danbury Press, Santa Anna, 1975.
Jeppesen,
Sport Diver Manual, Vol. II, Jeppeson-Sanderson, Inc., Denver, Colorado,
1980.
P.B.
Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia, Persyaratan & Persatuan
Dasar Selam Olahraga Indonesia, Jakarta, 1980.
-----------,
Standart Instruksi Selam Olahraga Indonesia, Jakarta, 1979
Robert
W. Smith, New Science of Skin and Scuba Diving, Sixth Edition, New
Century Publishers, Inc., 1980.
Santosa, Kesehatan Kelautan, Jakarta, 1983.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar