Kamis, 11 Februari 2016

Pengantar SELAM

BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Menyelam merupakan kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air, dengan atau tanpa menggunakan peralatan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menyelam dapat dipastikan sebagai profesi yang sudah tua usianya dalam sejarah peradaban umat manusia. Kegiatan menyelam sudah dilaksanakan oleh masyarakat Maluku berabad-abad yang lalu. Namun, tidak terdapat catatan khusus yang menjelaskannya.
Pelaksanaan Pendidikan Selam Olah Raga dilakukan secara bertahap yang mewajibkan setiap calon penyelam mempelajarinya setingkat menurut jenjangjenjang yang telah dibakukan dan berlaku di Indonesia. Dengan mengadakan penjejangan, diharapkan setiap penyelam akan menyelam dalam batas-batas kewajaran dan keamanan sesuai dengan tingkat kemahiran yang telah dicapainya.
Hampir sebagian besar orang sepakat bahwa menyelam merupakan aktivitas yang beresiko tinggi baik bagi kesehatan maupun keselamatan pribadi pelakunya. Karena itu, pendidikan dan pelatihan selam harus dikelola sebagai suatu kegiatan belajarmengajar yang bersistem dalam arti mempunyai program yang jelas, terukur dan terorganisir penyelenggaraannya, sehingga memungkinkan diadakan monitoring, supervisi dan evaluasi guna mencapai tingkat keberhasilan yang optimal.
Penyelam harus dapat menguasai peralatan dengan baik dan benar. Peralatan dasar selam dan peralatan scuba merupakan alat bantu kita melakukan kegiatan penyelaman. Latihan yang rutin di kolam sangat membantu agar kita familier dengan semua peralatn tersebut seperti melakukan skin diving, scuba diving, regulator clearing, mask clearing equalization muncul secara lambat (slow ascent) dan bongkar pasang peralatan scuba.

1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1) Untuk mengetahui lebih dalam tentang menyelam.
2) Dapat mencegah sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada saat menyelam.
3) Mengetahui sejarah singkat tentang kegiatan selam.
4) Agar memahami teori dalam menyelam, yang berguna dalam praktek.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Tujuan penyelaman
Berdasarkan tujuannya,  penyelaman bisa dibedakan menjadi :
a. Penyelaman untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara, antara lain :
- Tactical (Combat) diving yaitu penyelaman untuk tugas-tugas tempur
- Submarine Rescue, penyelamatan kapal selam
- Search & Rescue (SAR)
- Inspection & Repair (inspeksi dan perbaikan)
- Ship Salvage
Penyelaman-penyelaman jenis ini pada umumnya dilaksanakan oleh para
penyelam Angkatan Bersenjata
b. Penyelaman komersial
Yaitu penyelaman professional antara lain untuk kepentingan konstruksi dibawah permukaan air, penambangan lepas pantai (Off shore drilling). Salvage, dan lain-lain.
c. Penyelaman Ilmiah (Scientific Diving)
Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan ilmiah, antara lain : penelitian
biologi, geologi, arkeologi dan kelautan pada umumnya.
d. Penyelaman Olah Raga (Sport Diving)
Penyelaman yang dilakukan untuk kepentingan mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan dan kebugaran jiwa dan raga. Penyelaman olahraga (sport diving) ini dapat dibedakan berdasarkan peralatan yang digunakan yaitu :
- Skin Diving : penyelaman yang dilakukan dengan menggunakan peralatan
dasar selam (masker, snorkel dan fins).
Scuba Diving : penyelaman menggunakan peralatan Scuba.
Pada umumnya seseorang harus terlebih dahulu mahir dalam skin diving
sebelum menjadi penyelam scuba (Scuba Diver).
2.2.  Jenjang Selam Olah Raga di Indonesia
1. Untuk Olahragawan :
Sertifikat Lama               Sertifikat Baru
Skin Diver                        –         A1 Skin Diver
Scuba Diver 3                   –         A2 Scuba Diver * - A1
Scuba Diver 2                   –         A3 x) Scuba Diver ** - A2
Scuba Diver 1                   –         A4 Scuba Diver ** - A2
Master Scuba Diver 2  – A5 Scuba Diver *** - A3
Master Scuba Diver 1  – A6 Master Scuba Diver – A4
x) ada tambahan materi yang diberikan oleh instruktur
Bagi pemegang sertifikat lama masih tetap berlaku, tetapi bila akan naik jenjang maka yang keluar adalah sertifikat baru. Atau pemegang sertifikat lama dapat menukar sertifikatnya (cross) dengan sertifikat baru yang sama jenjangnya dengan sertifikat lama.
2. Untuk Instruktur :
a. One Star Instruktur Klab 2 – B1
b. Instruktur Klab 1 – B2
c. Instruktur Regional – B3

2.3. Syarat untuk mengikuti pendidikan selam
1) Kemampuan renang :
a. Berenang sejauh 200 m (minimal dengan 2 gaya);
b. Berenang di bawah permukaan air sejauh 12 m.
c. Berada di permukaan air selama 15 menit.
d. Terapung dengan bantuan kaki saja selama 5 menit.
e. Menyelam ke kedalaman 3 m dan mengambil benda seberat 2,5 kg
serta membawa benda tersebut ke permukaan air.

2.4.  Kemampuan Selam Dasar (Skin + Scuba Diving) :
1) Skin Diving
a. entry
b. snorkling sejauh 50 m;
c. surface dive dengan kepala terlebih dahulu;
d. snorkel clearing;ascent
2) Scuba Diving :
a. merakit Scuba
b. entry;
c. mask clearing;
d. buddy breathing;
e. ascent/exit

2.5. Peralatan – peralatan selam
Penyelaman olah raga pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
Skin Diving dan Scuba Diving.
Skin Diving adalah penyelaman olahraga yang hanya menggunakan peralatan
dasar selam (Skin Diving Equipment), antara lain : Mask, Snorkel, Fins, Wet
Suit, Weight belt dan Buoyancy Vest.
1) Masker
Pengertian mask/face mask adalah peralatan selam yang menutupi sebagian wajah terutama mata dan hidung yang berfungsi :
a. menciptakan kantong udara antara mata penyelam dan air, sehingga memungkinkan si penyelam melihat benda di bawah air.
b. mask mencegah air masuk ke hidung dan mata, sekaligus mencegah timbulnya iritasi, mask haruslah nyaman, pas dan kedap air. Ia harus sedemikian rupa mengikuti bentuk wajah si pemakai. Untuk menguji kedepannya, kenakan mask tersebut di wajah tanpa mengenakan tali kepala, tarik napas sedikit melalui hidung dan lepaskan tangan yang memegang mask tersebut. Jika tidak jatuh berarti mask itu cocok untuk anda. Jika jatuh carilah yang lain.
            Jika memilih masker, perhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Safety tempered glass;
b. Frame terbuat dari bahan anti karat;
c. Memiliki double seal yang lentur untuk wajah;
d. Dilengkapi dengan ikat kepala yang memiliki buckles/gesper
pengencang
Pemeliharaan dan penyimpanan masker :
a. Jangan dibiarkan kena panas matahari terlalu lama;
b. Cuci bersih dengan air tawar selesai dipakai;
c. Jangan sampai tergencet saat menyimpan;
d. Untuk penyimpanan jangka lama, berikan silicon spray/talk dan
masukkan dalam kantong plastik.
2) Snorkel
Snorkel merupakan alat survival penting yang digunakan oleh seorang Skin maupun Scuba Diver, sebab berfungsi :
a. membantu penyelam bernafas di permukaan air tanpa mengangkat kepalanya.
b. Membantu penyelam berenang menuju sasaran penyelaman tanpa harus menggunakan udara dari tabung scuba;
c. Memungkinkan penyelam melihat pemandangan bawah air dengan cara berenang dan menelungkupkan muka di permukaan air.
Jika memilih snorkel, perhatikan cirri-ciri sebagai berikut :
a. pas dan nyaman di mulut;
b. panjang antara 12 s/d 14 inci;
c. semi fleksible;tidak dilengkapi alat penutup apapun pada ujung atas, misalnya bola pingpong.
3) Fins
            Fins yang diindonesiakan dengan istilah “sirip selam” atau “kaki katak” diciptakan untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan piranti penggerak. Fins bukan dibuat demi menambah kecepatan berenang namun menambah daya kayuh. Dengan bantuan fins kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih besar disbanding tanpa menggunakan fins.
Ada tiga macam jenis fins :
Jenis Foot Pocket yang ocok untuk kegiatan skin diving atau fins swimming, biasanya lebih fleksible, dengan letak lempeng lebih menyudut, yang menyebabkan kaki tidak mudah lelah. Ukuran besar-kecil merupakan hal yang lebih menentukan; lebih repot untuk dikenakan maupun mencopotnya untuk kegiatan scuba diving.
• Jenis Open Heel yang cocok untuk kegiatan scuba diving, biasanya berlempeng lurus, semi kaku dengan lempengan lebih panjang. Jenis ini memberikan kekuatan lebih besar, namun membutuhkan waktu penyesuaian bagi otot-otot kaki. Open heel fins mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan waktu mengenakan dan melepasnya.
• Adjustable Open Heel Jenis ini paling cocok/sesuai untuk scuba diving di perairan karena dibuat mempunyai kantong yang cukup besar untuk kaki kaki yang memakai boots (semacam kaos kaki terbuat dari karet), mempunyai lempengan yang lebih lebar untuk menghasilkan tenaga besar dan biasanya terdapat lobang-lobang alur air di bagian atas lempengan tersebut. Lobang alur air ini mengurangi kelelahan kaki yang disebabkan oleh daerah negatif pada lempengan.
•  Boots merupakan pelindung kaki merupakan keharusan, terutama digunakan untuk daerah-daerah berkarang dan batu-batuan juga perlindungan terhadap kejang kaki disebabkan kedinginan dan kemungkinan kaki lecet. Boots dari karet busa dengan sol keras adalah jenis perlengkapan pelindung kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki tebalpun dapat digunakan sebagai pencegah lecet sewaktu latihan. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah pemilihan ukuran fins agar cocok dan pas jika menggunakan pelindung kaki.
4) Wet Suit
          Wet Suit merupakan Pakaian pelindung penyelam yang kini umum dipakai adalah FOAM NEOPRENE WET SUIT, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai gelembung-gelembung busa berudara. Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat dalam berbagai ukuran ketebalan bahan. Fungsi dari Wet Suit adalah untuk melindungi penyelam dari goresan karang dan pengurangan panas badan di bawah permukaan air. Namun Wet Suit sama sekali tidak membuat penyelam menjadi hangat, hanya mencegah penyelam dari kedinginan, dan bukan berarti penyelam tidak basah. Selain Wet Suit, ada juga pakaian selam yang bernama DRY SUIT terbuat dari bahan kanvas dan dilapisi dengan wool dan atau
memakai T-shirt.
5) Weight Belt
Weight belt atau sabuk beban diperlukan guna mengatur daya apung (buoyancy). Setiap penyelam mempunyai daya apung yang berbeda. Seorang penyelam di air laut tanpa menggunakan wet suit memerlukan berat antara 4 s/d 6 pounds untuk mengimbangi daya apung positifnya, sedang bila menggunakan wet suit memerlukan tambahan pemberat antara 10 s/d 12 pounds di atas daya apung normal, sehingga jumlah total yang diperlukan oleh seorang penyelam berkisar antara 14 s/d 16 pounds. Weight belt harus dilengkapi dengan QUICK RELEASE BUCKLE yaitu suatu gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt dipasang paling terakhir dan paling pertama dilepas, jika dalam keadaan darurat.
6)  Buoyancy Vest
Buoyancy vest adalah perlengkapan penting bagi seorang penyelam.
Fungsi dari peralatan tersebut adalah :
• Untuk memberikan daya apung positif selama berenang di permukaan air, dengan demikian seorang penyelam dapat bergerak tanpa banyak mengeluarkan tenaga;
• Untuk memberikan daya apung agar dapat beristirahat atau menyangga penyelam yang mengalami keadaan darurat;
• Untuk memberi daya apung netral (neutral buoyancy) terkendali di dalam air.
Ada beberapa jenis Buoyancy Vest yang digunakan :
a. Standard Safety Vest
b. Buoyancy Compensator (BC)



2.6. Peralatan SCUBA
SCUBA : Self Contained Underwater Breathing apparatus. Penyelam harus yakin akan kemampuan dan keahliannya sendiri untuk memakai SCUBA. Jadi scuba adalah peralatan pernafasan di bawah permukaan air yang dapat dibawa sendiri oleh si penyelam.

Pada saat ini ada 4 macam sistem dasar SCUBA yang dipakai :
a . Sistim Sirkuit Tertutup
Suatu sistim yang menggunakan zat asam/oksigen murni dilengkapi penyerap kimia untuk menghalau zat asam arang/CO2 yang keluar dari paru-paru. Unit ini pada hakekatnya meniupkan kembali O2 tanpa membuang udara ke dalam air. Ini merupakan suatu sistem tertutup sama sekali. Unit ini digunakannya terbatas hingga kedalaman 33 feet. Penggunaan SCUBA jenis ini dituntut keahlian tertentu karena sangat berbahaya.
b. Sistem Sirkuit Terbuka
Terdiri dari Demand Regulator dan Tabung Udara yang dimampatkan (Compressed Air Tank) adalah jenis alat scuba yang pada saat ini merupakan alat yang paling aman dipergunakan. Udara yang dimampatkan disalurkan melalui regulator ke penyelam, dan udara yang telah dihisap dibuang langsung ke air tanpa dipergunakan lagi.
c.  Sistem Sirkuit Semi Tertutup
Dipakai untuk operasi militer dan merupakan kombinasi dari sistim-sistim sirkuit terbuka dan tertutup. Sistem ini mempunyai kantong udara, kotak kimiawi, regulator dan tabung udara yang dimampatkan. Sistem ini memungkinkan penyelam militer untuk bekerja pada kedalaman dan jangka waktu yang lama. Sistim ini memerlukan pemanasan yang khusus serta membutuhkan peralatan pendukung yang khusus pula, hingga unit ini jarang dipakai umum.
d. Sistem Sirkuit Tertutup Gas Campuran
Sistem ini sangat rumit, memerlukan pemeliharaan khusus dan cukup mahal. Unit ini mempunyai kantong pernafasan, kotak kimiawi dan suatu alat elektronis penyaring oksigen yang dapat mengontrol jumlah O2 pada kedalaman lebih dari 1.000 feet, yang memberikan cukup udara untuk turun dan naik kembali ke permukaan untuk pekerjaan-pekerjaan ilmiah dalam penggunaannya memerlukan latihan yang sangat khusus.

2.7. Regulator
Ada beberapa macam Regulator, yaitu :
a. Two Hose / Pipa Ganda
Regulator Demand yang biasa dikenal di Amerika sejak tahun 1949 terdiri dari satu bagian yang dipasang di atas katup tabung dengan sebuah pipa penyalur udara napas, mouthpiece dan sebuah pipa buang udara. Pada saat ini biasanya disebut Two Hose Regulator. Mouthpiece atau Genggam Mulut adalah suatu bagian yang dimasukkan ke dalam mulut.
b. Two Stage / 2 Tingkatan
Tekanan tabung dibagi dalam 2 tingkatan. Dari tekanan tinggi pada tingkat pertama (first stage) ke tekanan lebih rendah kira-kira 140 Psi pada tingkat kedua (second stage). Hal ini diatur di dalam ruang kecil pada regulator. Bila penyelam menarik napas ia akan menciptakan keadaan Vacum (hampa udara) dalam pipa pernapasan dan juga pada ruang regulator. Sekat karet (membran) yang terkena langsung dengan air menekan pengungkit tingkat kedua dan menyebabkan udara bertekanan rendah mengalir ke penyelam.
Apabila penyelam berhenti bernapas, aliran udara secara cepat menjadi seimbang dalam pipa dan ruang regulator, lalu sekat akan kembali ke letak biasa dimana pengungkit tingkat kedua menutup jalannya aliran udara. Oleh karena tekanan air yang mengatur aliran udara, maka dengan sendirinya tekanan disesuaikan dimana penyelam berada.
Suatu Demand Regulator sebenarnya merupakan suatu mekanisme sederhana, dimana udara mengalir hanya bila penyelam menarik napas dan langsung menyesuaikan secara otomatis dengan tekanan air pada kedalaman tersebut melalui cara equalization yang sederhana.
1. Single Stage / Tingkat Pertama
Salah satu jenis regulator dengan pipa ganda yang menggunakan sistem pengungkit sederhana, yang merubah tekanan langsung pada First Stage. Unit regulator ini sudah tidak diproduksi lagi di Amerika.
2. Single Hose / Selang Tunggal
Regulator yang paling umum digunakan pada saat ini adalah Regulator Single Hose, yang terdiri dari :
a. First Stage / Tingkat Pertama dengan tekanan tinggi yang dikembangkan ke katup tabung.
b. Pipa bertekanan antara.
c. Second Stage / Tingkat Kedua yang terdiri dari Sekat Karet Pengungkit Tingkat Kedua, Katup Buang Udara dan Genggam Mulut / Mouthpiece.
Regulator Single Hose / selang tunggal bekerja dengan dua (2) tahap sama halnya Regulator Two Hose / Selang Ganda. Perbedaan utamanya adalah bahwa kedua tingkatannya terpisah. Dimana Second Stage terletak dekat mulut penyelam untuk
memudahkan bernapas, oleh karena itu sekat karet berada pada permukaan yang sama dengan paru-paru dalam posisi berenang biasa. Gelembung udara yang dihembuskan / dibuang keluar melalui saluran pembuang yang terbuat dari karet, yang letaknya di bawah tingkat kedua. Regulator Two Hose untuk perbandingan, membuang udara buangan kembali melalui bagian badan regulator yang terletak di belakang dan agak di atas penyelam melalui pipa pembuang yang terpisah.
Regulator ini menimbulkan suara terlalu banyak serta tidak menghalangi pandangan penyelam, tetapi pengambilan napas agak lebih sukar, disebabkan letak regulator yang berada di belakang.
3. Tombol Kuras
Regulator Single Hose adalah unit yang terpadu, mudah dipakai, mudah dikuras dan sebagai tambahan mempunyai tombol kuras yang terletak di bagian depan tingkatan kedua, yang menempel ke sekat karet demi melancarkan pengurasan. Katup Pembuang Udara dan air keduanya dapat dibuang keluar melalui katup pembuang yang terbuat dari karet, yang terletak di bagian dalam regulator.
Tolok Ukur Tekanan Tinggi (High Pressure Port Submersible Pressure Gauge)
Terletak pada tingkat pertama adalah "High Pressure Port", ini biasanya ditandai dengan huruf HP. Di sinilah "Submersible Pressure Gauge" anda dipasang untuk dapat melihat langsung tekanan tabung anda pada waktu menyelam. Alat ini merupakan salah satu bagian yang penting digunakan bersama regulator hingga penyelam dapat mengetahui secara langsung berapa banyak udara yang tersisa di dalam tabung pada setiap saat. Alat ini merupakan alat ukur anda selama penyelaman.
Submersible Pressure Gauge dapat digunakan dengan atau tanpa katup cadangan pada tabung Scuba, katup cadangan hanya berfungsi sebagai unit penunjang bila lupa melihat Gauge pada saat yang beraturan.

2.8. Memasang Regulator pada tabung
Bila anda sudah siap untuk memasang regulator ke katup tabung, bukalah tutup pelan-pelan untuk menghembuskan kotoran debu pada O-ring yang melindungi inlet tekanan tinggi dan tempatkanlah Yoke pada tingkatan pertama melingkupi katup tabung berkedudukan pada O-ring. Tempatkanlah selalu pipa regulator ke arah kanan melewati bahu kanan penyelam. Keraskanlah pemutar sekuat tangan saja, kemudian bukalah perlahan-lahan katup tekanan tingginya dengan penuh, lalu putar kembali setengah putaran. Ingatlah selalu untuk menguji dengan menarik dan menghembuskan napas, kadang-kadang katup pembuang tersangkut bila kering, dengan menyiram bagian mulut dengan air dan meniup keras-keras maka akan membuka kembali. “Periksalah selalu tekanan udara di tabung” Bila Submersible Pressure Gauge pada regulator tidak dipergunakan atau tidak memiliki peralatan tersebut untuk memeriksa tekanan tabung, maka sebuah tank Pressure Gauge dapat dipergunakan.

2.9. Melepas regulator
Setelah selesai penyelaman, biarkanlah air terlebih dulu menetes hingga kering dari katup sebelum dibuka. Tutuplah katup sekuat kewajaran tangan. Semua regulator masih mempunyai tekanan udara pada tingkat pertama dan tingkat kedua, udara ini harus dikeluarkan sebelum melepaskan regulator dari katup. Hal ini dapat mudah dilakukan dengan menekan tombol kuras pada single house regulator"s atau dengan meniup keluar udara sisa pada Two House Regulator. Bila regulator dilepas tanpa mengeluarkan udara sisa, maka dapat mengakibatkan terjadinya sentakan pada O-ring yang kadang-kadang mengakibatkan Oring tersebut pecah.

2.10. Fisika Penyelaman
       Pengetahuan terapan hukum-hukum fisika yang berhubungan dengan penyelaman adalah persyaratan terpenting bagi tehnik penyelaman yang aman. Banyak masalah kesehatan penyelaman yang secara langsung diakibatkan oleh pengaruh-pengaruh fisiologis dari hukum-hukum tersebut terhadap manusia. Suatu ikhtisar dari hukum-hukum fisika yang penting berkenaan dengan kegunaan pengobatan secara klinis, perlu diketahui.
  1) Satuan tekanan
Tekanan udara di permukaan laut pada suhu OoC pada dasarnya adalah tekanan yang disebabkan oleh berat atmosfir di atasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mm Hg (14.7 Psi) dan dijadikan dasar ukuran satu atmosfir.
Persamaan tekanan
1 Atmosfir = 10.07 (10) *meter air laut
= 33.05 (33) * kaki air Laut
= 33.93 (34) * kaki air tawar
= 1.033 kg/cm2
= 14.696 (14.7) * Lbs/ins2
= 1.013 bars
= 101 kilopascals
= 760 mm air raksa ( mm Hg)
= 760 torr
Tekanan akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga berat udarapun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam dibawah permukaan air. Hal ini disebabkan karena berat dari atmosfir dan berat dari air diatas penyelam. Ukuran-ukuran tekanan dari berbagai kedalaman mengungkapkan bahwa tekanan 760 mm Hg (yaitu sama dengan standard atmosferik pressure) akan terasa pengaruhnya kira-kira pada kedalaman 10 m dari air laut (33 kaki). Berdasarkan Hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat dibawah permukaan laut, tekanan akan meningkat sebesar 760 mm Hg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 m. Tekanan yang terdapat pada suatu titik menunjukkan tekanan 1 atmosfir (tekanan di permukaan + tekanan yang disebabkan oleh kedalaman air laut).
Ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat pada alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan. Karenanya tekanan ini selalu 1 atmosfer lebih rendah dari pada tekanan absolut.

2)  Hukum-hukum Gas
Udara yang kita hirup mengandung komponen-komponen sebagai
berikut :
- 78 % Nitrogen (N2)
- 21 % Oksigen (O2)
- 0,93 % Argon (Ar)
- 0,04 % Carbon Dioxide (CO2)
- Gas-gas mulia (Ne, He, dsb.)
Gas yang umumnya digunakan untuk tujuan penyelaman adalah :
- Udara (bebas kotoran)
- Campuran oksigen
- Campuran O2 dan Helium (He), kadang-kadang + N2
Hukum-hukum gas yang berlaku terhadap gas-gas di dalam ronggarongga tubuh seperti paru-paru, saluran yang menghubungkan hidung dengan sinus dll., serta gas-gas di dalam larutan antara lain adalah :
a. Hukum Boyle
(Hukum Perubahan Tekanan dan Volume)
Hukum ini menegaskan hubungan antara tekanan dan volume dari suatu kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan tekanan absolut, yaitu : V = 1/P
Jadi : PV = K atau P1V1 = P2V2
P = Tekanan
V = Volume
K = Konstan
Ini berarti bahwa bilamana tekanan meningkat, volume dari suatu kumpulan gas akan berkurang atau sebaliknya. Selama tekanan sebanding dengan kedalaman, maka volume akan menjadi setengah volume dari semula. Hubungan ini berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruanganruangan tubuh sewaktu penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu naik ke permukaan. Hukum Boyle pada penyelaman tahan napas Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya sewaktu ia turun.
Semua gas yang berada di dalam rongga tubuh akan terpengaruh oleh hubungan tekanan volume ini. Dalam hal mengenai telinga bagian tengah, tekanan air yang berperan di dalam tubuh akan dihantar oleh cairan-cairan tubuh ke rongga udara di dalam telinga bagian tengah. Selama tekanan meningkat volume akan berkurang, karena telinga bagian tengah ada di dalam rongga tulang yang kaku, rongga yang sebelumnya terisi oleh udara akan diisi jaringan yang membengkak dan menonjol ke dalam gendang telinga. Rangkaian kejadian yang menjurus ke perusakan jaringan dapat dicegah dengan menyeimbangkan tekanan (Equalizing). Udara ditiupkan ke dalam saluran Eustachius dari tenggorokan untuk menjaga agar volume gas yang ada di telinga bagian tengah tetap konstan, sehingga tekanannya menyamai tekanan air. Proses serupa dapat terjadi di dalam rongga-rongga sinus, akan tetapi disini dapat diseimbangkan sendiri (self equalizing) dalam keadaan normal, karena rongga sinus punya hubungan terbuka dengan rongga hidung. Perubahan terbesar volume gas yang mengikuti perubahan air terjadi dekat permukaan.


b. Hukum Dalton (Tekanan Partial dari Campuran Gas).
Hukum ini berhubungan udara (suatu campuran Nitrogen dan Oksigen) dan dengan pernafasan gas campuran. Dinyatakan bahwa jumlah tekanan dari suatu campuran gas-gas adalah jumlah dari tekanan secara tersendiri menempati seluruh ruang (volume), selama tekanan secara menyeluruh meningkat, tekanan partial dari tiap-tiap gas akan meningkat. Karena udara adalah suatu campuran yang terdiri dari kurang lebih 80% bagian N2 dan 20% bagian O2, maka udara di permukaan terdiri dari :
N2 = 80% dari 1 ATA (760 mm Hg).
= 0,8 ATA (608 mm Hg).
O2 = 20 % dari 1 ATA (760 mm Hg)
= 0,2 ATA (152 mm Hg)
Tekanan partial dari suatu gas di dalam campuran diperoleh dengan mengkalikan persentasi gas dengan tekanan total.
c. Henry (Larutan Gas dan Cairan)
Hal ini berhubungan dengan penyerapan gas di dalam cairan. Dinyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari gas tersebut di atas cairan.
Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter larutan Nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2 ATA) tekanan partial dari Nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan akhirnya yang telarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan dan pada kecepatan suplai gas ke jaringan oleh darah.
Pengaruh fisiologis dari hukum ini terhadap seorang penyelam berlaku untuk Penyakit dekompresi, keracunan gas dan pembiusan gas Lembam (Inert Gas Narcosis). Bilamana tekanan yang terdapat dalam larutan terlarut cepat berkurang, gas akan keluar dari larutan dalam bentuk gelembung-gelembung gas. Pada penyelam, pelepasan gelembung gelembung ini dapat menyumbat pembuluh darah atau merusakkan jaringan-jaringan, hal ini menyebabkan berbagai pengaruh dari penyakit dekompresi atau “Bends”.
d. Hukum Charles (Perubahan Suhu dan Volume)
Hukum ini menyangkut hubungan antara suhu, volume dan tekanan. Dinyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, volume dari sejumlah gas tertentu adalah berbanding lurus dengan suhu absolut. Hukum ini ada hubungannya dengan kompresi dan dekompresi dari gas-gas dan pengaruhnya terhadap silinder, regulator, chamber dan lain-lain, serta menerangkan bahwa perubahan tekanan dapat dilihat bilamana silinder yang berisi udara tekan terjemur di matahari. Bila volume tetap konstan dan suhu meningkat, tekanan akan meningkat. Hukum Charles dapat dilihat bila seorang yang secara tidak sengaja melubangi tabung semprot (Spray Can) dan melihat gas yang menguap di udara.

2.11. Daya Apung / Buoyancy
Hukum Archimedes menyatakan bahwa setiap benda yang dibenamkan seluruhnya atau sebagian ke dalam cairan mendapat tenaga dorong sebesar bobot cairan yang digantikan. Semakin padat cairan itu semakin besar daya apungnya. Dengan demikian penyelam dan kapal-kapal mengapung lebih tinggi di air laut daripada di air tawar. Dengan paru-paru mengembang sepenuhnya, orang biasanya akan mengapung di atas permukaan air laut, hal ini karena orang mempunyai daya apung positif.
Ciri daya apung seorang penyelam:
􀂾 Upaya yang diperlukan untuk penyelaman, daya apung positif memberikan kesulitan pada saat turun, tetapi membantu saat naik;
􀂾 Kemungkinan hilangnya orientasi di bawah air. Bilamana perasaan posisi penyelam sudah terganggu, seperti halnya pada daya apungnetral (Netral Buoyancy) yaitu tidak tenggelam atau mengambang, pengurangan lebih lanjut pada setiap rangsangan pancaindra (Sensory Stimulation) seperti berkurangnya penglihatan di dalam air yang suram, dapat mengakibatkan disorientasi yang parah dengan kemungkinan akibat-akibat yang berbahaya.
Tingkat daya apung setiap penyelam dipengaruhi oleh beberapa faktor, berat alat-alat yang dipakai dapat menyebabkan penyelam tenggelam. Silinder berisi udara tekan akan menjadi lebih terapung bila udara dipakai hingga menjadikannya ringan. Pakaian selam (wet suit) yang terdiri dari sel-sel karet busa berisi udara, bila kedalamannya bertambah, volume udara di dalam sel-sel tersebut berkurang dengan demikian mengurangi daya apung. Rompi-rompi yang dapat mengembang (Buoyancy Compensator’s) dapat diisi udara untuk mendapat daya apung positif. Bila penyelam menghirup nafas volume di dada akan meningkat, yang cenderung membuatnya mengapung, sedang bila ia menghembuskan akan cenderung tenggelam. Maka sering seorang penyelam menghembuskan nafasnya pada saat meninggalkan permukaan untuk memanfaatkan pengaruh tersebut dan hal itu membantunya untuk turun.

2.12. Keadaan Darurat pada Penyelaman
Keadaan darurat selalu dimungkinkan terjadi pada setiap penyelaman, betapapun sempurnanya persiapan untuk itu telah dilakukan. Cukup banyak variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai faktor penyebabnya. Kondisi penyelaman, panik, cuaca, kedalaman, kerusakan peralatan dan seterusnya. Keadaan ini bila tidak segera ditanggulangi secara tepat dan cepat sangat potensial menjadi penyebab terjadinya kecelakaan penyelaman.
Ironisnya sebagian besar kecelakaan penyelaman justru terjadi pada saat seorang penyelam sudah mulai merasa berpengalaman (kawakan), merasa cukup mampu menangani masalah penyelaman. Suatu keadaan yang cenderung membuat orang menjadi lengah dan ceroboh. Kelengahan dan kecerobohan di sini mencakup fisik maupun mental. Kelengahan mental menyebabkan “human error”, atau kekhilafan manusiawi yang bila dihadapkan pada kondisi rawan dapat berakibat fatal. Human error / kekhilafan manusiawi, itulah sebab utama terjadinya kecelakaan penyelaman.
Karena itu tetap relevan untuk dianjurkan agar para penyelam senantiasa bersedia melatih diri, mempersiapkan diri, briefing, de-briefing, dive planning, check dan re-check peralatan sebelum menyelam, mempelajari kembali prosedur-prosedur baku dalam penyelaman dan sebagainya. Filosofinya, lebih baik belajar mengenali dan menghindari bahaya sebelumnya daripada mengatasi bahaya setelah terjadi, karena hasilnya sangat spekulatif.
  1). Keadaan Tanpa Udara
Dari sekian banyak keadaan darurat yang dapat terjadi setiap kali menyelam, situasi “tanpa udara” merupakan hal yang paling riskan penanggulangannya. Bertahun-tahun orang memperdebatkan jalan atau cara apa yang terbaik untuk dilakukan jika menghadapi keadaan “kehabisan udara”. Pada kenyataannya, tidak ada satu carapun yang dapat disepakati sebagai cara yang memuaskan dan memberikan jaminan keselamatan bagi pelakunya. Persatuan Olah raga Selam Seluruh Indonesia, menawarkan beberapa cara atau prosedur yang dianggap “layak” untuk mengatasi keadaan darurat tersebut.
Cara menghadapi keadaan darurat dapat dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
a. Dengan “bantuan”
Menghadapi keadaan darurat penyelaman dengan bantuan dibagi menjadi 2 ialah :
·       Octopus Assisted Ascent (OAA)
OAA dapat dilakukan dalam hal seorang penyelam memberikan bantuan udara kepada mitranya yang kehabisan udara, melalui “extra second stage” yang lazim disebut “octopus”. Cara ini relatif aman dan mudah pelaksanaannya karena masing-masing penyelam bernapas melalui sebuah “second stage” tersendiri.
·        Buddy Breathing (BB)
Dilakukan dengan cara bergantian bernapas melalui satu “Second Stage” dari satu regulator dari si penolong (Donor). Hendaknya terus menerus dilakukan sambil naik ke permukaan secara terkendali, karena itu BB sering juga disebut buddy breathing ascent (BBA).

b. Dengan “Berdikari”
Cara menghadapi keadaan darurat yang terjadi dalam penyelaman, khususnya kehabisan udara, mungkin harus dilakukan sendiri oleh si penderita, dalam hal tidak ada lagi mitra yang bisa dimintai bantuan.
Ada dua macam cara “berdikari” yang bisa dilakukan yaitu :
·       Emergency Swimming Ascent (ESA)
Ini adalah cara menghadapi keadaan darurat secara berdikari yang terpenting, dimana si penyelam yang kehabisan udara berenang ke permukaan secara terkendali sambil terus menerus menghembuskan udara keluar, untuk menjaga agar tidak terjadi pengembangan paru-paru yang berlebihan.
·       Buoyancy Ascent (BA)
Adalah prosedur ”Berdikari” pilihan terakhir. Dilakukan dengan cara membuang weight belt dan menggunakan daya apung positif yang diperoleh dengan mengembangkan BC di kedalaman. Buoyancy ascent dipraktekkan jika penyelam serius meragukan bahwa ia tidak mungkin dapat mencapai permukaan dengan berenang. Buoyancy ascent dari kedalaman sangat berbahaya karena ada kemungkinan gerak laju ke permukaan menjadi tidak terkendali. Buoyancy ascent ini sering disebut pula emergency / exhaling buoyancy ascent.
Apabila anda sungguh-sungguh menghadapi keadaan darurat dalam arti kehabisan udara, cobalah mengikuti prosedur di bawah ini melalui urutan teratas yaitu :
1. Berhenti dan berpikir. Hentikan manuver anda dan berpikir secara wajar tentang situasi yang sedang anda alami;
2. Hembuskan udara lambat-lambat (kalau masih ada) dan perhatikan SGP anda;
3. Jika SGP masih menunjukkan :
- adanya tekanan udara, maka tekanlah tombol kuras;
- tidak ada tekanan udara, cek katup tabung, mungkin tombol katup masih dalam posisi “off” yang biasanya terjadi pada awal penyelaman.
4. Usahakan untuk menarik napas lagi kalau masih ada hantaran udara, beri isyarat pada mitra anda dan jelaskan keadaannya. Bila tekanan udara pada posisi cadangan, hentikan penyelaman dan naik saja ke permukaan.
5. Bila tidak ada hantaran udara, mintalah mitra anda untuk melakukan OAA / BB. Bila mitra telah jauh, pilih manuver ESA / EBA (sebagai alternatif terakhir).
6. Bila mitra anda tidak bisa diajak komunikasi dan tidak mengerti siatuasi yang anda hadapi, maka lakukanlah ESA / EBA sebagai alternatif terakhir.

Khusus tentang ESA perhatikanlah beberapa prinsip di bawah ini :
1. Buang weight belt anda untuk memperoleh / meningkatkan daya apung anda.
2. Anda sedang melaju ke permukaan dengan menggunakan upaya renang kendali.
3. Hembuskan udara keluar selagi melaju ke permukaan (karena menarik napas juga tidak dimungkinkan).

2.13. Mengatasi kecelakaan pada saat menyelam
Menyelam adalah kegiatan yang berisiko tinggi, terlebih-lebih bila penyelaman itu dilakukan seorang diri. Bila terjadi suatu keadaan darurat yang membahayakan keselamatan jiwa dan raga, tidak akan ada orang yang mengetahui dan membantu kesulitan tersebut. Oleh karena itu dunia penyelaman menganut dan mempraktekan prinsip penyelaman yang mengatakan never dive alone. Jadi menyelamlah selalu dalam suatu team dengan sitim mitra (buddy sistim). Keadaan darurat pada penyelaman lazim diidentikkan dengan keadaan tanpa atau kehabisan udara. Salah satu cara yang paling efektif mengantisipasi situasi ini adalah dengan melakukan “buddy breathing” (patungan udara). Jika keadaan masih dapat dikendalikan dan buddy berada di dekat, udara dapat dipakai bersama (patungan) di dalam air atau ketika naik ke atas.
Tehnik penyelamatan dengan vest sangat penting dikuasai. Hal ini sangat berguna apabila terjadi masalah di bawah permukaan air pada saat melakukan penyelaman. Dengan tambahan daya apung dari vest tersebut kita dapat mengangkat korban dari dasar menuju ke permukaan dan segera memberikan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut sebelum sampai di pantai.
Setiap penyelam harus mahir mengambil dan memasang kembali peralatan weight belt di bawah permukaan air. Hal ini dikarenakan bisa saja terjadi weight belt terlepas pada saat penyelam melakukan manuver-manuver di bawah air. Pada saat penyelam sudah berada di permukaan, namun jauh dari kapal maka penyelam dapat berenang menuju ke kapal. Berhubung penyelam masih menggunakan peralatan selam lengkap, maka cara yang terbaik dan tidak melelahkan adalah dengan mengisi udara ke BC untuk mengurangi beban tersebut dan berenang dengan menggunakan snorkel menuju ke kapal.

2.14. Penanganan Peralatan didasar
Seorang penyelam harus dapat secara mudah menangani peralatannya di bawah permukaan air apabila mengalami kesulitan. Maka seorang bpenyelam dituntut untuk mampu membongkar pasang peralatan secara benar di bawah air.
1. Cara membongkar peralatan :
􀂾 Melepaskan ikat pinggang
􀂾 Angkat lewat atas kepala
􀂾 Atur regulator agar tidak terjepit
2. Cara memasang peralatan :
􀂾 Raih regulator, pasang mouth piece ke dalam mulut dan hembuskan udara agar air terkuras;
􀂾 Angkat tabung melewati atas kepal, usahakan agar regulator tidak terbelit;
􀂾 Atur ikat pinggang/gesper supaya BC terpasang dengan nyaman.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan
Menyelam memang merupakan kegiatan yang menyenangkan, dengan tujuan yang berbeda-beda berdasarkan maksud yang ingin dicapai dari seorang penyelam. Dalam menyelam diterapkan sistem peningkatan jenjang, yang artinya dalam setiap tingkatan-tingkatan dalam penyelaman memiliki kesulitan yang berbeda yang akan membandingkan antara jenjang yang bawah dengan jenjang yang lebih tinggi.
Penggunaan alat penyelaman dapat digunakan dengan yang dasar, maupun peralatan yang lebih lengkap tergantung dari tingkat kesulitan serta kedalaman dari suatu kegiatan penyelaman. Alat penyelaman tentunya harus digunakan dan dirawat dengan sebaik mungkin agar tidak mengalami penurunan fungsi atau rusak. Penggunaan alat untuk menyelam pun sebaiknya dipilih dengan baik yang sesuai dengan tubuh, sebagaimana masker yang sesuai dengan bentuk wajah serta ukuran fins yang pas dan peralatan lainnya.
3.2. Saran
Sebagaimana cara keamanan dalam penyelaman menggunakan prinsip “never dive alone” yang artinya jangan menyelam sendiri yang secara jelas menyebutkan bahwa menyelamlah dengan rekan anda. Karena apabila terdapat sesuatu hal yang diinginkan terjadi dalam penyelaman, maka akan dapat diketahui serta dapat dibantu oleh rekan menyelam anda.
Memasuki dunia bawah laut yang indah namun berbahaya, hendaknya selalu waspada dalam penyelaman. Persiapan yang matang sangat diperlukan dalam sebuah penyelaman. Siapkan peralatan menyelam dengan baik, serta pahamilah kondisi lokasi yang ingin anda tuju. Gunakanlah alat yang baik, sehingga keselamatan anda akan lebih terjamin. Serta belajarlah bersikap untuk tidak cepat panik, serta selalu tenang.

DAFTAR PUSTAKA


Jacques-Yves Cousteau, The Ocean World of Jacques Cousteau,Vol. 20, Revised Edition, The Danbury Press, Santa Anna, 1975.
Jeppesen, Sport Diver Manual, Vol. II, Jeppeson-Sanderson, Inc., Denver, Colorado, 1980.
P.B. Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia, Persyaratan & Persatuan Dasar Selam Olahraga Indonesia, Jakarta, 1980.
-----------, Standart Instruksi Selam Olahraga Indonesia, Jakarta, 1979
Robert W. Smith, New Science of Skin and Scuba Diving, Sixth Edition, New Century Publishers, Inc., 1980.
Santosa, Kesehatan Kelautan, Jakarta, 1983.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar