Kamis, 11 Februari 2016

Waktu dan Turbiditas Penyelaman

BAB I
PENDAHULUAN

1.1          Latar Belakang
Semua organisme baik ikan maupun makluk hidup lainnya yang hidup dalam air sangat terpangaruh terhadap kualitas air. Tanpa didukung dengan kualitas air / mutu air yang baik semua organisme yang hidup di perairan akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya. Beberapa factor yang mempengaruhi kualitas air diataranya Suhu, pH, DO, CO2, Turbiditas.
Salah satu factor yang mempengaruhi kualitas air adalah Turbiditas
(Kekeruhan). Turbiditas ( Kekeruhan ) merupakan kandungan bahan Organik maupun Anorganik yang terdapat di peraairan sehingga mempengaruhi proses kehidupan organisme yang ada di perairan tersebut. Turbiditas sering di sebut dengan kekeruhan, apabila di dalam air media terjadi kekeruhan yang tinggi maka kandungan oksigen akan menurun, hal ini disebabkan intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan sangat terbatas sehingga tumbuhan / phytoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengasilkan oksigen.
Pada tahap pemeliharaan benih, factor turbiditas sangat mempangaruhi kahidupan benih maupun larva di dalam perairan. Turbiditas terlalu tinggi dapat menyebabkan kematian masal, hal ini disebabkan adanya luka pada tubuh benih maupun larva sehingga terjadi infeksi dan mempercepat pertumbuhan penyakit. Biasanya kalau terjadi kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan mengelupasnya sisik / kulit benih maupun larva akibat infeksi.

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan tentang Turbiditas adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui, bagaimana terjadinya turbiditas dan bagaimana gejala-gejalanya.
2.     Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya Turbiditas
3.     Untuk mengetahui dampak turbiditas terhadap organisme lain dalam proses berlangsungnya Budidaya ikan ( aquaculture ).
4.     Agar mahasiswa dapat memahami tingkat turbiditas yang ideal pada usaha Budidaya ikan ( aquaculture ) sesuai dengan tahapan-tahapannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor yang mempengaruhi kualitas air secara garis besarnya dapat dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu Aspek fisika, Aspek kimia, dan Aspek biologi.
1.     Aspek Fisika
Di tinjau dari aspek fisika perairan, beberapa diantaranya sebagai berikut:
a. Suhu
Suhu air merupakan satu faktor yang penting bagi ikan. Ikan adalah organisma berdarah dingin dan mempunyai suhu tubuh yang sama dengan suhu persekitarannya (air). Suhu air akan memberi kesan terhadap aktivitas, makan, pembesaran dan pembiakan semua ikan. Suhu air juga dapat berperan didalam menentukan jumlah gas (oksigen, karbon dioksida, nitrogen,dll) yang terlarut didalam air. Semakin dingin air semakin banyak kandungan gas yang dapat terlarut. Suhu juga memegang peranan didalam proses stratifikasi termal "thermal stratification". Bagi para penternak yang menjalankan aktivitas ternakan ikan dalam sangkar harus memahami dengan seksama mengenai perkara ini. Air yang lebih dingin biasanya lebih berat dari air yang panas. Perbedaan yang sedemikian akan menyebabkan air tadi tidak dapat bercampur.. Hujan lebat yang terus menerus selama beberapa hari akan menyebabkan stratifikasi termal "pecah" dan air dibagian bawah tasik/empangan akan bercampur dengan air dibagian permukaan dan kematian masal akan terjadi. Kandungan suhu yang ideal untuk usaha budidaya ikan adalah 23 – 32oC. (Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand. 1982).

2.     Aspek Kimia
Di tinjau dari aspek kimia perairan, beberapa diantaranya sebagai berikut
 a.  Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut, adalah parameter kimia air yang terpenting didalam akuakultur. Kandungan oksigen yang rendah akan mengakibatkan kematian ikan yang banyak, secara langsung atau tidak langsung, Seperti juga manusia, ikan memerlukan oksigen untuk proses respirasi (bernafas). Jumlah oksigen yang diperlukan oleh ikan adalah bergantung kepada saiz (ukuran), kadar makan, tahap aktivitas, dan juga suhu. Anak ikan atau benih memerlukan jumlah oksigen yang lebih dibandingkan dengan ikan yang lebih besar, kerana kadar metabolik anak ikan lebih tinggi.
 Untuk mendapatkan kadar pertumbesaran ikan yang tinggi, ikan harus dipelihara pada kandungan oksigen yang optimal. Sebagai panduan kandungan oksigen didalam air minimal 5 mg/l. Kandungan oksigen yang kurang dari 5 mg/l akan menyebabkan ikan merasa tertekan, dan pada kandungan oksigen < 2 mg/l pula dapat menyebabkan kematian ikan. Walau bagaimanapun harus diingat, terdapat juga jenis-jenis ikan yang tidak memerlukan kandungan oksigen yang tinggi, contohnya ikan Keli
       Seperti yang kita ketahui bukan hanya ikan yang memerlukan oksigen, tetapi juga bakteri memerlukan jumlah oksigen yang besar, Ketika terjadi Dekomposisi (pereputan ) bahan-bahan organik (terdir dari algae, bakteria, dan bahan buangan ikan) adalah merupakan proses yang utama menggunakan oksigen didalam sistem akuakultur.
b.    Karbondioksida (CO2)
Jumlah kandungan CO2 pada tahap 10 mg/l masih tidak mendatangkan kesan kepada kehidupan ikan jika pada masa yang sama kandungan oksigen didalam air yang tinggi. Air kolam yang yang mempunyai kadar penebaran ikan yang normal, selalu mempunyai kandungan CO2 sekitar <5 mg/l. Bagi kolam yang mempunyai kepadatan yang tinggi, misalnya bagi ternakan secara intensif, kandungan CO2 adalah pada tahap antara 0 mg/l pada sebelah tengahari dan 5 - 15 mg/l pada waktu subuh Tahap kandungan CO2 > 20 mg/l akan mendatangkan masalah kepada ikan.
Ada dua cara yang dapat diamalkan untuk mengurangkan kandungan CO2. Cara yang paling mudah adalah dengan memberikan pengudaraan "aeration". Dengan cara ini CO2 boleh dibebaskan ke udara. Cara kedua adalah dengan menambah bahan yang terdiri dari "carbonate" contoh nya CaCO3 atau Na2CO3. Cara ini akan menghilangkan CO2 dari air dan menyimpannya didalam bentuk penampan "bicarbonate" atau "carbonate". Kita akan sentuh perkara ini didalam perkara berkaitan dengan alkalinitas. (Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand. 1982).
3.     Asfek Biologi
Di tinjau dari aspek kimia perairan, beberapa diantaranya sebagai berikut
a. Phytoplankton
Kekeruhan air yang disebabkan oleh plankton (tumbuhan mikroskopik) dan zooplankton (hewani mikroskopik) tidak akan memudaratkan ikan secara langsung. Fitoplankton bukan saja mengeluarkan oksigen malahan menjadi bahan makanan kepada zooplankton dan juga kepada beberapa jenis ikan. Fitoplankton juga akan menggunakan ammonia yang dikeluarkan oleh ikan sebagai sumber nutriennya. Zooplankton pula menjadi sumber makanan anak ikan yang utama.. Selain dari itu pertumbuhan fitoplankton yang keterlaluan ataau dikenali sebagai ledakan "bloom", akan menyebabkan kekurangan oksigen dalam air secara mendadak. Ini berlaku apabila fitoplankton itu mati. Para penternak agar supaya selalu mengawasi kandungan oksigen dan tingkat kekeruhan dalam kolam ternakan. Kandungan oksigen biasanya pada siang dan malam akan membawa kepada keadaan kekurangan oksigen. Namun tidak semua ikan jika kekurangan oksigen akan mati contohnya ikan lele tahan terhadap kekurangan oksigen karena mempunyai labirin yang bias menyimpan oksigen. (Benefield, Lary D., Joseph F.,& Barron L. Weand. 1982).




BAB III
PEMBAHASAN

Kekeruhan dinyatakan dalam bentuk turbiditas. Peralatan yang di gunakan untuk mengukur kekeruhan adalah sehi dish. Dan aspek yang mempengaruhi kekeruhan adalah sebagai berikut :
3.1.     Aspek fisika.
           a.   Suhu.
Suhu yang baik untuk budidaya ikan 23 – 32oC peninkatan suhu menyebabkan meninkatnya metabolisme dan respirasi organisme air yang mengakibatkan kekeruhan. Oksigen terlarut dalam air, peninkatan suhu sebeasar 10OC menyebabkan terjadinya peninkatan komsumsi oksigen oleh organisme sekitar 2 -3 Kali lipat, meninkatkan suhu yang menyebabkan terjadinya peningkatan dekomposisi bahan organic oleh mikraba
Alat yang di gunakan untuk mengukur suhu berupa thermometer.
Apabila suhu meninkat mak Kekeruhan ikut meninkat
Contohnya : Didalam air media terdapat ikan. Apeabila suhu naik menyebabkan metabolisme ikan semakin cepat dan faeces yang di hasilkannya semakin banyak sehingga menyebabkan kekeruhan.
      b.   Cahaya
            Cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan di pengaruhi oleh factor kedalaman air. Khususnya Phytoplankton memerlikan cahaya metahari untuk melakukan proses potosintesis di siang hari Phytoplanktaon atau tumbuhan memerlukan karbon di oksida untuk Phytoplankton dan menhasilkan oksigen yang di gunakan oleh organisme air untuk bernapas
Sedankan malam hari Phytoplankton maupun zooplankton memerlukan oksigen sehingga terjadi persaingan antara organisme yang ada dalam perairan.

Pengetahuan tentang hukum fisika yang erat berhubungan dengan penyelaman adalah syarat penting bagi teknik penyelaman aman. Banyak masalah kesehatan penyelaman yang secara langsung diakibatkan oleh pengaruh fisiologi dari hukum-hukum tersebut terhadap manusia.
Untuk memahami berbagai prinsip-prinsip dasar penyelaman yang aman, penyelam harus mengenal aspek-aspek fisika yang berhubungan tekanan dan berat jenis zat cair dan gas-gas. Pengetahuan inipun amat berguna untuk para dokter yang menangani kasus para penyelam.

Tekanan
Tekanan udara pada permukaan laut pada suhu 0o C, pada dasarnya adalah tekanan yang disebabkan oleh berat asmofir diatasnya. Tekanan ini konstan yaitu sekitar 760 mmHg (14,7 psi) dan dijadikan dasar hukum atmosfir (1 ATA).

Berdasarkan hukum Pascal yang menyatakan bahwa tekanan yang terdapat pada permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah secara merata dan tidak berkurang. Pada setiap tempat di bawah permukaan air tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 Atmosfir) untuk setiap kedalaman 10 meter. Dengan demikian penambahan tekanan air permukaan dengan tekanan kedalaman air disebut tekanan Atmosfir Absolut (ATA).


Hukum-Hukum Gas
Udara yang dihirup manusia adalah udara biasa yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:
  • 78 % Nitrogen (N2)
  • 21 % Oksigen (O2)
  • 0,93 % Argon (Ar)
  • 0,04 % Karbondioksida (CO2)
  • Sisanya gas-gas mulia (He, Ne,dll)

Dalam penyelaman maka hukum-hukum gas berlaku karena tekanan dan volume gas yang keluar masuk tubuh manusia berubah sesuai keadaan.
Ada beberapa hukum gas yang harus dipahami antara lain:

Hukum Boyle
Hukum yang menegaskan hubungan antara tekanan dan volume. Volume dari suatu kumpulan gas akan berbanding terbalik dengan absolut.

Hal ini berarti bahwa bilamana tekanan meningkat, maka volume dari suatu kumpulan gas akan berkurang.
Aplikasi
Seorang penyelam yang bernafas penuh (6 liter) pada kedalaman 10 meter (2 ATA), dengan menahan napas lalu naik kepermukaan (1 ATA), maka udara di dalam paru-parunya akan berlipat ganda menjadi 12 liter. Hal ini mengingatkan agar tidak menahan napas saat muncul kepermukaan bila memakai alat selam scuba.
Hukum ini berlaku terhadap rongga yang ada pada tubuh manusia, dimana penyelam akan mendapat tekanan langsung saat menyelam.

Hukum Charles
Adalah hukum yang menyatakan bahwa bila tekanan tetap konstan, maka volume dari sejumlah gas berbanding lurus dengan suhu absolut, apabila volume konstan/tetap dan suhu meningkat maka tekanan akan meningkat pula. Hukum ini berhubungan dengan kompresi dari kumpulan gas yaitu terhadap peralatan selam: tabung, regulator, chamber dll.
Aplikasi
Dalam menyimpan tabung maka tempatnya harus dijaga supaya tidak panas atau hindari tempat panas. Membawa tabung yang penuh terisi dalam waktu lama sebaiknya di tutup sehingga terhindar dari sinar matahari langsung.
Jika hal ini terabaikan maka suhu tabung akan meningkat menyebabkan tekanan meningkat sehingga tabung meledak.

Hukum Dalton
Menurut hukum ini, Tekanan Total suatu gas campuran adalah jumlah dari tekanan parsial gas-gas di dalam campuran tsb.

Hal ini berarti oksigen yang kita hirup pada kedalaman 40 meter sama dengan menghirup oksigen murni di permukaan. Nitrogen yang dihirup juga semakin banyak hampir 5 kali lipat daripada berada di permukaan laut.
Aplikasi
Hal ini berkaitan dengan aspek medis yaitu apabila kita menghirup oksigen yang banyak maka akan terjadi keracunan oksigen. Banyaknya oksigen akan mendepresi pusat pernapasan sehingga kontrol pernapasan di otak terganggu dan terjadi penumpukan karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan kematian.
Banyaknya nitrogen yang dihirup akan menurunkan kerja sistem saraf pusat, sehingga kewaspadaan penyelam menurun. 

Hukum Gay-Lussac
Menurut hukum ini, dapat dijelaskan juga tentang ledakan saat mengisi tabung scuba.
Bila kita mengisi tabung scuba, dimana Volume nya konstan, dengan bertambahnya Tekanan tabung maka Temperaturnya juga meningkat. Hal ini berbahaya karena sebelum mencapai tekanan yang diinginkan, tabung dapat meledak.
Aplikasi 
Pada saat kita mengisi tabung, sebaiknya tabung tsb diisi sambil direndam di dalam ember yang berisi air dingin, agar temperatur tabung tetap dingin.

Hukum Henry
Hukum ini mengekspresikan tentang daya larut gas pada suatu cairan. Daya larut ini juga tergantung pada temperatur dan tipe cairan.Makin dalam dan makin lama kita menyelam maka gas yang diserap tubuh makin banyak karena tekanan parsial gas semakin tinggi. Semakin dingin suhu air, maka semakin banyak gas yang terlarut di dalamnya.
Aplikasi
Hal inilah yang mengharuskan kita untuk naik kepermukaan dengan sangat perlahan agar gas yang larut tidak berubah menjadi gelembung. 

Daya Apung
Hukum Archimedes berbunyi bahwa jika suatu benda masuk ke dalam suatu cairan maka benda tersebut mendapat daya apung yang sebanding dengan jumlah cairan yang dipindahkan.
Untuk mengetahui apakah suatu benda terapung atau tidak maka kita harus mengetahui berat jenis (berat/volume) benda tersebut. Jika berat jenis benda lebih kecil daripada air maka benda tersebut akan mengapung, begitu pula sebaliknya.
Semakin padat suatu cairan maka semakin besar daya apungnya karena memiliki berat jenis yang besar.
Hal ini berhubungan dengan air tawar dan air laut, dimana mempunyai kepadatan yang berbeda. Air laut lebih padat daripada air tawar, sehingga penyelam-penyelam dan kapal-kapal mengapung lebih tinggi dari air laut daripada air tawar.

Daya apung (bouyancy) ada 3 macam yaitu:
  • Daya apung positif (positive bouyancy) : bila suatu benda mengapung.
  • Daya apung negatif (negative bouyancy) : bila suatu benda tenggelam.
  • Daya apung netral (neutral bouyancy) : bila benda dapat melayang.

Bouyancy adalah suatu faktor yang sangat penting di dalam penyelaman. Selama bergerak dalam air dengan scuba, penyelam harus mempertahankan posisi neutral bouyancy.
Tingkat  daya apung setiap penyelam dipengaruhi oleh beberapa faktor, berat alat-alat yang dipakai dapat menyebabkan penyelam tenggelam. Silinder berisi udara tekan akan menjadi lebih terapung bila udara dipakai hingga menjadikannya ringan. Pakaian selam (wet suit) yang terdiri dari sel-sel karet busa berisi udara, bila kedalamannya bertambah, volume udara di dalam sel-sel tersebut berkurang dengan demikian mengurangi daya apung. Rompi-rompi yang dapat mengembang (Buoyancy Compensator's) dapat diisi udara untuk mendapat daya apung positif. Bila penyelam menghirup nafas volume di dada akan meningkat, yang cenderung membuatnya mengapung, sedang bila ia menghembuskan akan cenderung tenggelam. Maka sering seorang penyelam menghembuskan nafasnya pada saat meninggalkan permukaan untuk memanfaatkan pengaruh tersebut dan hal itu membantunya untuk turun.
Dengan pengetahuan tersebut diatas, diaharapkan seorang penyelam akan dapat menentukan daya apungnya sendiri sesuai kebutuhan dan dapat memperkirakan peralatan selam yang akan dipakainya, sehingga seorang penyelam akan mampu untuk mengatur daya apungnya untuk kenyamanan serta keamanan penyelaman.

Suhu
Suhu air yang berada di sekeliling penyelam menentukan kenyamanan dan lamanya penyelaman secara maksimal. Hampir semua perairan lebih dingin dibandingkan suhu tubuh manusia yang normal, karena itu seorang penyelam akan kehilangan panas tubuh terhadap air. Pada penyelaman saturasi, pemeliharaan suhu tubuh penyelam menjadi suatu kebutuhan utama, suhu air akan makin turun secara nyata bersamaan dengan bertambahnya kedalaman.
Perubahan suhu terbesar terjadi pada 10 meter pertama, dikarenakan hilangnya sebagian besar panas matahari pada kedalaman yang lebih dalam. Air yang dingin dapat menyebabkan gangguan fisiologi seperti vertigo dan sakit kepala. Untuk itu dibituhkan pakaian selam sesuai kebutuhan.

Panas badan dapat hilang bila berada di dalam air melalui beberapa cara :
  • Konduksi adalah transfer panas langsung dari molekul ke molekul. Air mempunyai kapasitas konduksi 25 kali dari pada udara. Jadi kecepatan hilangnya panas di air 25 x lebih cepat dari pada di udara.
  • Konveksi adalah transfer panas dengan adanya pergerakan arus air.
  • Radiasi adalah transfer panas dengan cara pancaran tanpa adanya zat perantara.
  • Evaporasi keringat dari kulit dan keluarnya uap air dari paru menyebabkan hilangnya panas dari badan secara signifikan.

Bila seoseorang menyelam sangat dalam dengan menggunakan Helium-Oxygen (Heliox), hilangnya panas badan dapat menimbulkan hypothermia klinis yang serius. Pada penyelaman sangat dalam dengan gas campuran heliox, gas pernafasan ini dipanaskan untuk menghindari hypothermia.

Penglihatan dan Cahaya

Agar penyelam dapat bekerja dengan baik, maka harus dilengkapi peralatan untuk melihat sejelas mungkin. Mata manusia memerlukan sinar untuk melihat sesuatu. Apapun yang dilihat manusia adalah suatu gambaran yang diciptakan oleh pantulan sinar dari benda yang sedang dilihat. Sinar di dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga dapat langsung mempengaruhi kemampuan melihat seorang penyelam dan menginterpretasikan apa yang dilihatnya. 

Faktor-faktor utama tsb adalah :
  • Kekeruhan air.
  • Diffusi : pemancaran sinar oleh molekul-molekul air dan partikel.
  • Absorpsi : kemampuan untuk merubah warna dan intensitas cahaya.
  • Refraksi : pembelokan sinar yang masuk dari satu media ke media yang lain.
  • Refleksi : kembalinya sinar matahari ke atmosfer yang mengenai permukaan air; akan direfleksikan (dipantulkan) tergantung pada sudutnya pada saat mengenai air.

Penglihatan dibawah air sangat buruk diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan dalam pembiasan sinar di bawah air. Masalah ini sebagian dapat diatasi dengan pemakaian masker, dimana terdapat suatu lapisan udara antara mata dan air, meskipun memperbaiki penglihatan di bawah air tetapi dapat mengakibatkan kesan palsu akan jarak dan menjadikan benda-benda yang terlihat jauh akan terlihat dekat (¡¾ 3/4nya) dan yang kecil akan terlihat lebih besar (¡¾ 1,5 kalinya). Udara mempunyai indeks bias 1, kaca masker berindeks  bias 1,5-1,8, sedangkan air berindeks bias 1,33.


Lensa yang dapat memperbaiki penglihatan (corrective lens) dapat dipasang pada mask untuk mereka yang memakai kacamata. Pemakaian lensa kontak (contact lens) di bawah air telah berhasil baik untuk digunakan pada face mask maupun pemakaian langsung.
Ketajaman penglihatan di bawah air rendah disebabkan penyebaran cahaya yang membentuk bayang-bayang dari benda halus yang mengambang di dalam air. Di bawah air juga berpengaruh terhadap warna dimana tidak tampak sama dengan permukaan. Hal ini disebabkan adanya penyerapan (absorpsi) terhadap panjang gelombang warna yang tidak sama besar.
Sinar matahari tidak dapat menembus lebih dari 1650 ft, meskipun di air yang sangat jernih. Di udara, kecepatan sinar adalah 186.000 mil/detik, di dalam air kecepatan berkurang menjadi 135 mil/detik. Pada kedalaman, sinar matahari merupakan kombinasi warna-warna merah, orange, kuning, hijau, biru, dan ungu akan terlihat sebagai warna biru tua. Karena penyerapan tersebut dapat berpengaruh terhadap warna benda di dalam air.


Suara
Suara dibawah air sangat dipengaruhi oleh penghantarannya oleh media cairan. Kecepatan suara di bawah air lebih cepat 4 kali daripada udara, tapi akan lebih cepat kehilangan energinya bila dipancarkan ke dalam air. Suara di udara akan cepat kehilangan energinya bila dipancarkan ke dalam air, dengan demikian di dalam air akan sukar mendengarkan suara yang dibuat di udara dekat permukaan air.
Telinga manusia diciptakan untuk melokalisir arah suara diudara. Pendengaran penyelam di bawah air akan berkurang akibat pengaruh air terhadap gendang telinga, sehingga sulit bagi penyelam untuk melokalisir arah suara di dalam air. Di bawah air suara akan dihantarkan ke organ pendengaran lebih baik melalui tulang kepala daripada gendang telinga. 
Memakai penutup kepala akan lebih mengurangi ambang pendengaran, akanlah sukar bagi penyelam melokalisir arah suara di dalam air.
Kecepatan suara di udara adalah 1100 ft/detik sedangkan di dalam air rata-rata 4900 ft/detik. Suara yang dihasilkan oleh pemukulan tabung baja scuba dengan benda logam (misalnya dengan pisau selam) dapat didengar pada jarak yang cukup jauh oleh penyelam lain.

Kesimpulan
Dengan mempelajari fisika yang berhubungan dengan penyelaman diharapkan penyelam dapat mengetahui cara mengatasi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena penyelaman terhadap fisiologi manusia. Diantaranya seorang penyelam akan melakukan ekualisasi saat masuk di kedalaman air, tidak menahan napas selama naik ke permukaan dan selalu melaksanakan peyelaman tanpa dekompresi (bila diperlukan pelajari tabel selam), serta dapat melaksanakan penyelaman dengan aman dan nyaman.
3.2 Aspek kimia
 a. Karbon dioksida
Karbonioksida memegan peranan penting sebagai unsur pertan yang mempu berasimilasi. Baik tumbu – tumbuhan renik dan beberapa planton maupun tumbuhan tingkat tinggi. Biasanya lapisan air yang paling bawah mempunyai kadar CO2 karena di tenpat ini banyak terjadi penguraian (dekomposisi).
Karbondioksida dalam air berada dalam bentuk karbonan dalam bentuk bebas.
b.  pH  (Puissance negative de H)
pH yaitu logaridma negative dari keprkatan ion H yang terlepas dalam suatu larutang / cairan. Menurut Tubbut (1992) menyatakan bahwa pH yang menggambarkan konsentrasi yang hydrogen. Semakin tinggi nilai pH semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbiondioksida bebas pH yang mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Untuk meninkatkan pH suatu perairan kita bisa melakukan pengapuran.
    3.3   Aspek biologi.
Warna air di dalam kolam sangat menentukan jenis Pakan alami apa yang tumbuh di dalam perairan. Warna air yang menentukan jenis phytoplankton atau Zooplankton yang tumbuh dudalam Perairan. Zooplanton yaitu organisme renikØ yang menyerupai hewan yang gerakannya tidak di pengaruhi oleh pergerakan air Zooplanton di gunakan sebagai sember makanan bagi Benih maupun larva. Phyplankton yaiu organisme renik yang menyerupaiØ tumbuhan yang bergeraknya di pengaruhi oleh pergerakan air Zooplanton di gunakan sebagai sember makanan bagi Benih maupun larva.

Rumus kimia air dalam lingkungan laboratorium adalah H2O. Tetapi kenyataannya di alam, rumus tersebut menjadi H2O + X, dimana X berbentuk karakteristika bilogik (bersifat hidup) ataupun berbentuk karakteristika non biologic (bersifat mati). Pengotor yang ada dalam air yang akan diolah sebelum digunakan dalam industri dapat bermacam – macam diantaranya adalah kekruhan (turbidity).
Kekeruhan adalah Ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air baku dengan skala NTU (nephelo metrix turbidity unit) atau JTU (jackson turbidity unit) atau FTU (formazin turbidity unit), kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid  di dalam air. Hal ini membuat perbedaan nyata dari segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri.
Koloid berasal dari kata “colla” (Yunani) artinya Lengket/lem, karena nampak seperti lapisan film atau dalam bentuk gelatin. Partikel – partikel koloid umumya berasal dari kwarsa (pasir), tanah liat, sisa tanaman, ganggang, zat organik dan lain-lain
Zat organik adalah zat yang pada umumnya merupakan bagian dari binatang atau tumbuh tumbuhan dengan komponen utamanya adalah karbon, protein, dan lemak lipid. Zat organik ini mudah sekali mengalami pembusukan oleh bakteri dengan menggunakan oksigen terlarut. Beberapa sifat koloid yang penting :
  1. Besarnya partikel
Partikel koloid mempunyai diameter antara 1 – 100  µm tidak dapat dilihat dalam mikroskop. Partikel disper kasar lebih besar dari 100 µm dan partikel larutan sejati lebih kecil dari 1 µm.
  1. Penyaringan
Partikel koloid tidak dapat disaring dengan kertas saring biasa akan tetapi dapat ditahan oleh penyaring ultra. Disper kasar dapat disaring dengan kertas saring biasa.
  1. Diffusi
Karena besarnya partikel koloid dan dispers kasar, zat ini sukar berdiffusi, jadi berbeda dengan larutan sejati. Dari kecepatan diffusi koloid partikel, temperatur, viskositas medium, dan bilangan Avogadro, Einstein dapat memperoleh rumus untuk menentukan besarnya  partkel – partikel koloid.
Partikel – partikel koloid berkehendak mengendap akibat dari gravitasi. Kehendak untuk mengendap ini ditentang oleh diffuse. Pada saat kesetimbangan akan didapatkan, bahwa pada bagian bawah konsentrasi partikel koloid lebih besar. Dari kecepatan pengendapan atau sedimentasi, dapat ditentukan besar dan massa dari partikel koloid. Kecepatan pengendapan dapat diperbesar dengan memperbesar gaya gravitasi.
  1. Rupa
Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan sinar yang mengenai larutan tersebut. Gejala ini disebut dengan efek Tyndall. Bila seberkas sinar dilewatkan larutan koloid, sebagian sinar diserakkan dan sebagian diteruskan Sinar yang terserak disebabkan oleh adanya partikel – partikel koloid yang nampak sebagai butiran – butiran yang bercahaya didasar yang gelap.
Butiran ini selalu bergerak dengan jalan yang zig – zag yang disebut dengan gerak Brown. Gerakan ini disebabkan oleh tumbukan molekul – molekul pelarut kepada partikel – partikel koloid. Walaupun tumbukan ini lenting sempurna, artinya tenaga kinetic molekul pelarut dan partikel koloid sama, tetapi karena partikel koloid diameternya lebih besar, maka gerakannya lebih lambat daripada molekul pelarut.
  1. Luas Permukaan
Partikel – partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar, bila dibandingkan dengan partikel dari dispers kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini larutan koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
  1. Muatan Listrik
Partikel – partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan ion – ion dalam larutan. Muatan partikel ini dapat positif atau negatif. Muatan listrik partkel dapat disebabkan oleh dua hal :
  1. Ionisasi dari partikel koloidnya sendiri
  2. Adsorpsi selektif ion – ion dalam larutan oleh partikel koloid
Adsorpsi selektif dari ion – ion dalam larutan oleh partikel koloid menyebabkan terjadinya lapisan listrik rangkap, partikel koloid menyerap ion positif, ion – ion ini kemudian menyerap ion negative, tetapi jumlah – jumlahnya yang diserap lebih sedikit dari ion positif yang ada.
Disini terjadi lapisan listrik rangkap, yang berkedudukan tetap. Antara permukaan partikel koloid dan larutan terjadi beda potensial, yang disebut potensial elektrokinetik atau tegangan zeta. Ion – ion positif dan negatif diluar lapisan listrik rangkap dapat bergerak bebas didalam larutan.
Partikel Koloid

Cairan

Lapisan Listrik Rangkap
Partikel  - partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik yang bermuatan negative akan bergerak ke anode dan yang bermuatan positif akan bergerak ke katode. Gerakan partikel koloid akibat adanya medan listrik disebut forese atau elektroforese 
Bila pada pemakaian medan listrik partikel – partikel koloid ditahan tetap pada tempatnya, maka pelarut akan bergerak kearah lawan dari gerakan partikel dalam elektroforese, peristiwa ini disebut dengan elektro osmose. Stabilitas partikel – partikel koloid terutam disebabkan karena partikel – partikel ini bermuaatan listrik sama, muatan yang sama saling tolak menolak, hingga mencegah koagulasi atau flokulasi. Bila muatan listrik ini dihilangkan dengan cara tertentu, maka partikel koloid akan bergabung dan kemudian mengendap.
Partikel koloid dapat diendapkan dengan penambahan koloid lain yang muatannya sama atau umumnya dengan penambahan ion – ion dari elektrolit. Ion – ion yang berfungsi ialah ion yang bermuatan lawan, disamping itu makin besar muatan ion makin besar daya pengendapannya.
Koloid dapat bersifat Hidrofobik bila tidak menarik air atau bersifat Hidrofil bila partikel – partkelnya menarik air. Koloid hidrofobik kadang – kadang dapat dapat distabilkan dengan penambahan koloid hidrofil, koloid hidrofil demikian disebut koloid pelindung  Akibat dari hal ini, koloid hidrofobik menjadi lebih tahan terhadap pengaruh elektrolit, artinya lebih sukar mengendap.
Koloid yang berasal dari anion organik besar (asam humus / humat, detergen, dan lain – lain yang bergugus asam di beberapa di tiap partikel) umumnya dapat mengakibatkan Fouling / Clogging  atau penyumbatan dalam membran filter. Ion – ion ini akan bergerak ke membran, tinggal di loka elektropositifnya. Karena melekat, ia merusak daya hantar setempat.
Fouling juga dapat berbiang koloid yang bermuatan permukaan (jadi turut bergerak ke membran), membentuk “lendir “. Besi koloid paling sering mengganggu membran kation, membentuk film inert pada membran, sukar berdifusi, merusak jenjangan konsentrasi.
Bila bahan Foulingnya polielektrolit (beberapa gugus bermuatan tiap partikelnya), sebagian muatan tertaut ke membran, lainnya tetap bebas. Akibatnya gugus – gugus elektronegatif itu justru membentuk lapisan selektif  didepan membran sehingga sulit untuk berdifusi.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 Kesimpulan
 Hasil yang kami dapatkan dari
Ø materi bahwa dari ketiga aspek tersebut menyankut kekeruhan karena kekeruhan sangat di pengaruhi oleh ketiga aspek tersebut yaitu Aspek Fisika ,Aspek kimia, Aspek Biologi.
 Dari ketiga aspek tersebut yang
Ø palin mempegaruhi adalah Aspek biologis yaitu zooplankton dan phytoplankton.
4.2 Saran
 jika melakukan budidaya ikan sebaiknya
Ø di perhatikan kualitas air sebelum melakukan penebaran benih ikan.




DAFTAR PUSTAKA

 Hefni Effendi,2007, Telaa kualitas air ; Kanisius
Ø 2003, yokyakara.
 Ir syaamsudin Adang Rifai, ir Komar Pertagunawan
Ø ,1982 Biologi perikanan .tidak diperjual belikan, milik Depertemen pendidikan dan kebudayaan 1982.
 Benefield, Lary D., Joseph F.,
Ø& Barron L. Weand. 1982. Process Chemistry for Water and Wastewater Treatment, Prentice-Hall, Inc. Englewood, new Jersey. 510 pp.
Ø Boyd, C.E. 1979. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Agriculture Experiment Station, Auburn, Alabama. 359 pp.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar