Kamis, 11 Februari 2016

[WAWANCARA] Dr. Fauziyah, S.Pi

Dr. Fauziyah, S.Pi
Revolusi Biru Yang Patut Ditegakkan






Terkadang, susah sekali mencari dosen yang tidak ditakuti oleh mahasiswanya. Hal ini disebabkan oleh ketakutan mahasiswa akan ketersinggungan dosen-dosen. Begitu juga hal ini berlaku bagi dosen yang bernama Dr. Fauziyah, S.Pi, dosen Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya. Banyak yang berkata bahwa dosen kita yang satu ini termasuk dosen yang perfeksionis dan lumayan “killer”. Tetapi, kabar burung yang didapatkan oleh kami dipatahkan setelah kami melakukan wawancara terhadap beliau.
Buk Ozi, begitulah panggilan dari dosen cantik yang lahir 35 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal  31 Desember 1975 di Cirebon. Ibu dari seorang anak berumur 4 tahun ini menghabiskan masa SMA nya di kota kecil bernama Cirebon. Sampai suatu saat, guru pembimbing (Bimbingan Konseling) mengajukan usul Program Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai tempat yang tepat untuk melanjutkan langkah pendidikannya.
Iseng-iseng berhadiah, beliau memilih Program Studi Ilmu Kelautan dalam pilihan pendaftaran UMPTN. Tanpa di sangka, beliau secara resmi menjadi mahasiswa Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor pada tahun 1994. Beliau mengakui, bahwa mata kuliah Eksplorasi Sumber Daya Hayati Laut merupakan mata kuliah terfavorit selama kuliah S1 di Institut Pertanian Bogor. Beliau menyelesaikan Strata 1 di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1998 dengan skripsi yang berjudul Efisiensi Teknis Unit Penangkapan Jaring Liong Bun (Naga) di Perairan Cirebon. Selesai menyelesaikan pendidikan S1 nya, karena prestasinya Bu Ozi dapat langsung melanjutkan ke pendidikan S3. Dengan membuat disertasi yang berjudul Identifikasi, Klasifikasi, dan Struktur Kawanan Ikan Lemuru Menggunakan Deskriptor Akustik di Perairan Selat Bali. Mengapa Bali? sekalian jalan-jalan tuturnya sambil tersenyum.
“Sesuatu yang pahit itu tak selamanya berbuah pahit, dan syukuri semua” merupakan motto hidup dosen ini. Langka memang jika ada dosen yang mempunyai predikat serba pertama. Bukan hanya pertama sebagai pionir mendirikan jurusan, beliaupun adalah dosen pertama yang menyandang gelar S3 di Program Studi Ilmu Kelautan. Pada tahun 2001, beliau bersama beberapa dosen lainnya seperti pak Heron, pak Hendri, dan kawan-kawan mendirikan Program Studi Ilmu Kelautan dengan angkatan pertama tahun 2001. Mengapa Ilmu Kelautan tidak bergabung dengan Fakultas Pertanian seperti Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perairan? Hal ini disebabkan karena Ilmu Kelautan dianggap lebih mengarah ke hal-hal yang berbau sains, dan tidak kearah agraris maupun bisnis pertanian, jelas Bu Ozi.
Penasaran, kami menanyakan pendapat Bu Ozi mengapa Program Studi Ilmu Kelautan di Universitas Sriwijaya ini tidak begitu dikenal oleh masyarakat dibandingkan dengan Program Studi Budidaya Perairan dan Teknologi Hasil Perairan. Pertanyaan ini “menggelitik” dosen mata kuliah Akustik Perikanan dan Penangkapan Perikanan. Beliaupun menjawab bahwa hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Ilmu Kelautan. Paradigma “divide et ampere” telah berkembang di tengah masyarakat Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Pengetahuan masyarakat bahwa laut itu berbahaya, laut pun juga di nilai sebagai alat pemisah antar wilayah di Indonesia. Padahal pada kenyataannya laut Indonesia merupakan salah satu  sumber kekayaan baru bagi negara-negara seperti Singapura dan China. Mulai dari terumbu karang, ikan hias, komoditi ikan konsumsi, hingga mangrove.
Terhadap prospek Program Studi Ilmu Kelautan kedepannya, beliau berharap agar para mahasiswa dapat membantu meningkatkan prestasi Program Studi Ilmu Kelautan yang dari akreditasi C menjadi akreditasi A. Hal ini dapat diwujudkan bila meningkatnya jumlah mahasiswa yang masuk, peningkatan mutu IPK mahasiswa, kestabilan mahasiswa yang lulus dengan yang masuk, serta adanya peningkatan kualitas dosen melalui jurnal dan penelitian.
Pada akhir wawancara, beliau berpesan kepada mahasiswa ilmu kelautan harus belajar secara SMART! Smart yang dimaksud adalah pintar memahami dan mengerti, bukan hanya sekedar membaca buku, karena prospek kerja kelautan di Indonesia semakin cerah.




 
Dari kiri : Hansel Simanjuntak, Destri Rizki Arifellia, Dr.Fauziyah,S.Pi, Mutia, Franky Marendi (2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar